15. Pantai

760 330 133
                                    

vote komennya dulu mbaak

!!!

"Udah siap semua kaaan, yok berangkaaat," teriak Carissa dengan amat sangat bersemangat, ia memakai topi pantainya juga kacamata dan memasukkan tasnya di dalam mobil Quenza.

Mereka memasukkan semua keperluan yang sudah disiapkan tadi malam saat mereka tidur di rumah Quenza. Tessa mengulum senyumannya dari tadi, pasalnya dia akan jalan-jalan bersama Bara.

Quenza melajukan mobilnya menuju rumah Reivan, karena, mereka sudah janji akan berkumpul di sana.

Setelah Carissa memberitahu jalannya, walaupun mereka juga sedikit tersesat, katanya belok kiri, eh ternyata ke kanan, karna kiri jalan buntu, dasar Carissa, kasih jalan yang salah, niatnya mau cepat sampai, tapi jadi lama kan.

"Gimana sih lo Sa, rumah pacar sendiri nyasar. Katanya sering kesini, tapi nyasar, ngapain aja lo di motor sama Reivan? Tidur? Molor lo? Dasar," omel Vania dari tadi. Dari semenjak mereka sesat tadi, dia mengomel, entah jelekin Carissa atau yang lainnya. Dasar Vania ngomel aja terus.

"Udah deh Van, gak guna juga lo ngomel, udah terjadi juga, ini udah mau nyampe keknya," kata Quenza yang sakit telinga mendengar ucapan Vania, buat gak fokus bawa mobil jadinya. Dasar.

"Iya-iya, siapa suruh kesasar tadi, kan telat kita." Kan ngomel lagi, bisa gak sih sehari aja gak ngomel. Kalau Carissa suka ngerumpi, Vania suka ngomel, itu makanan sehari harinya.

"Iya maaf, dari tadi kan gue udah minta maaf," kata Carissa kesal, ia menyandarkan badannya ke jok belakang.

Carissa menoleh ke kanan. "Eh ehhh, ni rumahnya. Berhentiiii." Carissa berteriak membuat Quenza langsung rem mendadak. Untung gak di jalan ramai, kalau iya, bisa ditilang mereka.

"Lo tu kalau mau berhenti harusnya bilang dulu dong dari tadi. Emang aneh ni anak," omel Vania lagi lalu keluar dari sana. Karna tadi mereka sudah merembukkan Vania yang akan keluar dan melihat apakah mereka sudah siap atau belum.

Tak sampai lima menit, Reivan dan Langit datang ke mobil Quenza lalu menyuruh Quenza duduk di belakang dan Vania juga Tessa pindah ke mobil satu lagi. Iya, memang itu perjanjian kemarin. Biar kalau ada apa-apa kan ada cowok yang bakalan beraksi.

Tessa dan Vania berjalan ke mobil itu lalu masuk di bagian tengah. Ada Morza juga di sana, dan Regal di depan lalu Ardhan di belakang, awalnya pasti kelahi, karna tu anak selalu kelahi. Dan Bara yang ada di kursi pengemudi.

"Kalian mau tau lagu kesukaan gue gakkk?" tanya Regal dengan bersemangat dan melihat ke belakang.

"Enggak," jawab mereka semua bersama sama membuat Regal kesal dan memajukan bibir bawahnya. Dasar mereka.

"Bara, semangat ya nyetirnya," ucap Tessa menyemangati Bara dari belakang sambil menatap cowok itu, gak ada henti hentinya untuk natap cowok ganteng itu. Gak akan bosan, sumpah deh.

Regal menghidupkqn lagu dengan kencang membuat setiap orang yang ada di dalam mobil itu mengumpat. "Woi kecilkan bego," kata Ardhan yang ada di belakang.

"Gal, kecilih lah," sambung Vania juga tidak setuju.

"OOOOOOO," teriak Regal panjang mengikuti lagunya, taunya cuma ooo doang, dasar Regal.

"Diam bego." Ardhan melempar Regal dengan kain yang ada di sebelahnya. "Sakit bego." Lempar Regal balik.

"Diam." Satu kata dari Bara langsung membuat Regal dan Ardhan diam, Bara juga mengecilkan volume lagu dari hp regal, musiknya tu dari HP, bukan dari radio.

!!!

"Turunnn, yessss. Dah sampeeee," kata Regal lalu turun dari mobil, ia mengambil kacamata hitamnya dengan bersemangat dan memakainya di atas kepala, kaya orang keren walaupun gak keren sebenarnya.

TRISTE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang