vote komen dulu dong
!!!
Tessa berlari dengan hati yang sudah tak karuan di lorong rumah sakit, dia terus memanjatkan doa dari tadi, sementara Carissa dan Vania mengejar di belakang.
Tessa menghampiri Regal dan Langit yang sedang terduduk di kursi tunggu depan ruangan Bara.
"Gimana keadaan Bara?" tanya Tessa membuat Regal langsung menoleh padanya, muka cowok itu sudah tak bersemangat seperti biasanya.
"Kemana aja lo di telfon dari tadi?" tanyanya dengan nada sinis. Hati Tessa semakin temuk mendengar kata-kata Regal.
"Udah Gal, gak waktunya lo marah sekarang, kita harus doain Bara sekarang," ujar Reivan mengelus punggu Regal untuk menenangkan cowok itu.
"Gimana Bara Lang?" Tessa berpindah duduk di sebelah Langit.
"Bara cariin lo tadi, masuk aja, dokter lagi keluar tadi," ujar Langit membuat Tessa mengangguk dan langsung masuk ke ruangan Bara.
Dapat dia lihat tubuh cowok itu yang penuh dengan alat-alat, Bara menoleh pada Tessa, cowok itu masih sadar, senyumannya terbit melihat kekasihnya itu.
"Bara," panggil Tessa lemah sambil berjalan menghampri cowok itu.
Tessa duduk di kursi samping brankar dan mengambil tangan Bara. "Maafin aku Bara," ujarnya dengan air mata yang terus mengalir.
Bara menggeleng lemah. "Ha-harusnya aku yang mi-minta maaf Tessa." Ucapan Bara terbata-bata, suaranya pun lemah.
"Bara bertahan ya, untuk aku, untuk teman-teman kamu," pinta Tessa meletakkan tangan cowok itu di pipinya.
Bara mengelus pipi Tessa lembut. "Tessa," panggil Bara dengan suara yang paling kecil dan lembut.
"Jangan nangis," pintanya menghapus air mata cewek itu. Bukannya berhenti, tangis Tessa tambah pecah.
"Bara." Isakan Tessa terdengar.
"Jangan nangis sayang," ucapnya dengan sisa tenaga yang ia punya. Tessa menggeleng lemah.
"Ka-kalau aku pergi nanti ja-jangan sedih ya." Bara menarik nafasnya. Tessa tambah mengeratkan pegangannya pada Bara.
Tessa menggeleng. "Jangan ngomong gitu, aku yakin kamu pasti sembuh," ucap Tessa.
"Ka-kamu juga jangan nakal ya sayang, ha-harus rajin belajar, ja-jangan malas. Dan jangan pe-pernah berhenti senyum," lanjut Bara berusaha untuk mengatakan semuanya pada Tessa.
"Bara, bertahan ya, aku mohon Bara," kata Tessa. Dia mencium tangan Bara berkali-kali.
"Mu-mungkin memang sa-saatnya aku untuk pe-pergi Tessa, i-ingat pesan aku ya, ka-kamu bakal jadi gadis te-tercantik aku seumur hidup aku." Bara menghembuskan nafasnya dan menarik nafas kembali untuk melanjutkan bicaranya.
"Se-senyum Te-Tessa," pinta Bara dengan sesak nafas. Badan Bara sudah kuning saat ini, dan lebam-lebam di tubuhnya juga makin banyak.
Tessa menggeleng, tidak mungkin dia tersenyum di saat seperti ini, tidak mungkin dia bisa bahagia di saat seperti ini.
"Se-senyum Te-Tessa, a-aku ma-mau li-lihat ka-kamu senyum u-untuk te-terakhi kali," pinta Bara lagi karna Tessa tak kunjung tersenyum, dia malah semakin manangis.
"Jangan ngomong gitu Bara." Meskipun menolak, Tessa tetap melakukannya, dia tersenyum disela-sela tangisannya membuat Bara ikut tersenyum.
"Se-selalu ba-bahagia ya Te-Tessa, ja-jangan nangis la-lagi, na-nanti aku se-sedih." Bara mengelus pipi Tessa dengan lembut dan menatap mata Tessa yang mampu menenangkan hatinya. Cowok itu menggenggam erat tangan Tessa.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRISTE [TAMAT]
Novela Juvenil(PART MASIH LENGKAP) Ini cerita Albara Samudra, cowok ganteng, irit bicara, cool dan dingin dengan Tessa Kalila, cewek cantik, ceria dan cerewet. Tessa, sejak pertama kali bertemu dengan Bara, Ia langsung menyukainya tapi Bara sama sekali tak ingin...