23. Sayang Lo

630 159 128
                                    

vote komen dulu

!!!

"Gak lanjut ngomelnya?" tanya Bara melihat Tessa terdiam saja di tempatnya. Antara percaya atau tidak dengan kejadian barusan Bara menciumnya. Lebih heboh ni ya. Baraaaa cium diaaaa. Kurang heboh, ni lebih heboh. BARAAAA CIUM TESSAAAA WOIII.

"Eng-enggak." Tessa jadi gelagapan sendiri melihat kelakuan Bara. Tadi aja marah-marah, terus sekarang kok manis sih, nah bentar lagi berubah lagi ni sifatnya. Mudah berubah ubah sifat Bara, Tessa jadi heran.

Tessa berusaha menyembunyikan rona merah di pipinya dengan menghadapkan badannya ke arah lain. Malu lah, Bara lihat-lihat lagi. Kan Tessa jadi malu. Deg-degan lagi.

Bara juga tak mengerti mengapa dia bisa melakukan hal ini? Bara tak mengerti dengan dirinya sendiri.

"Bara lo gak masuk kelas?" tanya Tessa mengalihkan topik. Bara tersadar dan langsung berbalik, meninggalkan Tessa sendirian di sana.

Kan kan, apa kata Tessa tadi, Bara itu berubah-ubah orangnya, dia yang bawa Tessa ke sini malah dia yang ninggalin Tessa di sini.

"BARAA," teriak Tessa menghentikan langkah Bara.

"GUE SAYANG SAMA LO." Bara tak berbalik badan, ia hanya berdiri di situ lalu sedikit menoleh ke samping.

"LO HARUS BENCI GUE." Bara kira setelah dia mencium Tessa tadi maka Tessa akan membencinya, tapi ternyata Bara salah, dia salah besar.

Tessa makin menyukainya. Harusnya Tessa marah kan? Dengan seenaknya Bara menciumnya seperti itu. Harusnya Tessa marah besar, menampar Bara atau memarahi Bara, tapi dia malah makin suka dengan Bara.

"HALOOO HALOOO, UDAH HIDUP KAH INIII? HALO HALOOO, KALIAN SEMUA DENGAR?" Suara dari pengeras suara sekolah itu mengalihkan perhatian Bara dan Tessa. Itu suara berat dari pak Broto.

"Udah pak udah." Nah itu suara Bu Rina, sepertinya baru saja masuk ke ruangan itu, ingin mendengarkan suara Pak Broto di luar.

"HALO KALIAN SEMUA KOK GAK ADA YANG JAWAB SIH, JAWAB DONG, DENGAR GAK." Suara Pak Broto semakin kuat menggema di seluruh penjuru lorong.

Bara sudah meninggalkan Tessa di sini, Tessa berjalan ke arah lorong dengan pelan-pelan, ingin mendengarkan apa yang akan Pak Broto katakan.

"Udah Pak, udah dengar," kata Bu Rina lagi, suaranya juga besar. Memanglah ya tu guru-guru. Padahal suara udah sebesar itu.

"TAPI MEREKA GAK ADA YANG JAWAB," sangkal Pak Broto lagi makin keras. Semua yang ada di lorong itu melepas tawanya.

"Iya ya? Tadi saya keluar udah dengar kok Pak suaranya." Bu Rina sepertinya keluar lagi karna bunyi decitan pintu terdengar.

"HALO KALIAN DENGAR SUARA GANTENG SAYA INI GAK," teriak Pak Broto lagi berkoar-koar.

"Udah Pak, langsung saja," ujar Bu Rina.

"PERHATIAN-PERHATIAN, KEPADA SELURUH SISWA KELAS SEBELAS DIHARAPKAN SEGERA KE LAPANGAN. SEKALI LAGI KEPADA SISWA KELAS SEBELAS DIHARAPKAN SEGERA KE LAPANGAN SEKARANG JUGA GAK ADA BANTAHAN GAK ADA SANGKALAN, POKOKNYA SEKARANG. DAN BUAT REGAL JANGAN BANYAK CERITA." Suara Pak Broto membuat semuanya tertawa.

Regal lagi sasarannya, emang iya sih tu anak banyak ceritanya, nanti dia ngomel lah, ngelawan lah. Tanya-tanya gak jelas lah. Tessa aja terbayang gimana wajah Regal yang sangat longor itu.

"KOK SAYA SIH PAK." Teriakan Regal itu membuat Tessa menoleh pada Regal yang berada di ujung lorong. Ada Bara juga di sana. Lebih baik Tessa duluan menghampiri dari pada Morza nanti kan.

TRISTE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang