Elang sedang duduk disofa panjang, dengan Embun dalam pelukannya. Embun memainkan, kancing baju ayahnya.
Gadi kecil itu, tampak sedang berpikir. Dengan sesekali, mendongkakan kepalanya. Untuk sesekali, menatap ayahnya.
"Ayah"
Dengan cepat Elang membenarkan duduknya, dan membenarkan Embun dalam pelukannya.
"Aku boleh, minta foto bunda?" pinta Embun, dengan ragu.
Elang terdiam, dengan permintaan putri kecilnya itu. Apa harus?
"Ayah"
Elang memeluk Embun semakin erat, dan mencium rambut Embun. Sangat terasa, wangi shampo gadis kecil itu.
"Boleh sayang, bentar ayah ambil dulu" ucap Elang, dan melepaskan pelukannya.
Embun memberikan senyuman manisnya, kepada Elang. Elang ikut tersenyum, dan mengacak rambut Embun dengan gemas.
Elang segera naik keatas tangga, menuju kamarnya. Dan mengambil foto, Embun untuk putrinya.
Elang membuka pintu kamar, dan berjalan menuju sebuah ruangan. Dengan cepat, ia mengambil foto kecil.
Terlihat sangat jelas, kebersamaan Elang dan Embun difoto itu. Elang membelai foto itu, dan menghela nafasnya lemah.
"Kemarin, kamu datang kemimpi aku Embun. Kamu terlihat sangat cantik," ucap Elang pelan.
"Kamu menyayangi Embun, seperti putri kamu sendiri. Kamu belum pernah bertemu, dengan gadis kecil itu" ujar Elang, tidak terasa air matanya turun membasahi foto itu.
"Walaupun hanya sebuah mimpi, pesan kamu akan selalu aku jaga. Kamu terlihat memancarkan, sebuah kebahagiaan. Kamu gak sakit lagi ya," lanjut Elang.
"Ayah? Ayah dimana?" tanya seseorang, membuat Elang segera menghapus air matanya.
"Iya sayang, sebentar!"
Elang segera berjalan menuju Embun, dan menutup kembali ruangan itu dengan rapat.
Elang menatap kedepan, terlihat gadis kecilnya itu. Rambut yang diikat, dengan piyama tidurnya.
Tidak sama sekali, berhenti untuk tersenyum. Embun terlihat, sangat menggemaskan.
Dengan cepat, Elang segera mendekat. Dan memberikan foto dirinya, dan Embun difoto itu.
Embun menerimanya, "terimakasih ayah!" ucapnya.
Elang mengganggukan kepalanya, dan tersenyum. Lalu mengacak rambut, Embun.
"Bunda Cantik sekali ayah." puji Embun.
"Ini ayah?" tanya Embun.
Elang mengganggukan kepalanya, "iya sayang. Itu ayah" jawab Elang.
"Aku mau tidur sama bunda, ayah engga usah temenin Embun!" ucap Embun, dengan antusias.
Embun segera berlari, menuju kamarnya. Tanpa mengucapkan, selamat malam untuk ayahnya.
"Jangan lari-lari Embun!"
🌼🌼🌼
Embun sedang berbaring ditempat tidurnya, dengan menatap foto bundanya tanpa berhenti.
Dengan sesekali membelai, mencium dan tersenyum melihat foto orang tuanya.
"Bunda, ini baru pertama kalinya. Aku liat, foto bunda" monolog Embun.
"Bunda Cantik sekali."
Dengan cepat, Embun kembali mencium foto orang tuanya itu. Dan tersenyum, dengan begitu menggemaskan.
"Tapi bunda, tadi siang temen-temen Embun. Ejek Embun," adunya dengan sedih.
"Embun nangis bunda, tapi Embun udah punya bunda kan. Tapi, bunda udah bahagia sama tuhan" ucapnya lagi.
"Aku pengen ketemu bunda! Bunda, datang kemimpi Embun ya bunda." pintanya dengan begitu, menggemaskan.
"Plis bundaa" mohonnya.
Embun memeluk foto itu, seolah-olah bundanya datang. Dan memeluk, Embun.
"Aku mau tidur bunda, tapi ingat! Datang kemimpi aku ya bunda."
"Selamat malam bunda, aku sayang bunda"
Embun kembali memeluk foto itu, lalu menciumnya. Embun mengangkat selimutnya, lalu memejamkan matanya.
Embun tidak sama sekali, melepaskan pelukannya pada foto bundanya. Dia tertidur, dengan memeluk sebuah foto.
Elang menghapus air matanya, ia mendengar semua keluh kesah. Dan permintaan putrinya.
Walaupun Embun bukan anak kandung, Elang dan Embun. Tetapi tetap saja, merea terasa sangat dekat.
Embun sudah mengakui, didalam mimpi Elang. Bahwa gadis kecil itu, adalah putrinya juga.
"Bunda pasti datang kemimpi kamu sayang, bunda sayang Embun" ucap Elang pelan.
"Selamat malam putri kecil, ayah"
TBC
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡Luka_10
KAMU SEDANG MEMBACA
After Embun
Teen FictionBIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA REVISI DILAKUKAN SETELAH CERITA SELESAI diusahakan untuk membaca cerita Embun terlebih dahulu. Agar tau, alur ceritanya bagaimana. Agar, tidak salah paham. Embun Ravandra Praciska, memang bukanlah bagian keluarga Rava...