Mau Nambah?

187 27 12
                                    

Setelah menidurkan Gara, Embun segera berbaring disamping suaminya. Lalu memeluk, Angkasa dengan erat.

Angkasa yang paham, membalas pelukan istrinya dengan kehangatannya. Lalu, membelai rambut Embun dengan lembut.

"Ternyata cape ya, ngurus anak itu." keluh Embun.

"Pasti,"

"Tapi kamu hebat, aku bangga sama kamu." ujar Angkasa, lalu mencium kening istrinya cukup lama.

Embun semakin mempererat pelukannya, dan mencari kenyamanan didada bidang sang suami.

Angkasa yang mengerti ketika istrinya sedang dalam mode, manja seperti ini. Ia harus lebih, pengertian.

"Mau nambah?" tanya Angkasa, membuat Embun mendongakkan kepalanya dan mengerutkan halisnya heran.

"Nambah? Nambah apa?" tanyanya.

Angkasa tersenyum tipis, lalu mengelus perut rata milik istrinya. Membuat Embun, sedikit geli dibuatnya.

"Baby," bisik Angkasa tepat ditelinga istrinya.

Embun segera menjauh dari suaminya, dan segera berbaring. Sedikit berjaga jarak dengan suaminya, itu.

Angkasa terkekeh dengan pelan, melihat kelakuan istrinya ini. Pipinya, yang memerah membuatnya sangat terlihat lucu Dimata Angkasa.

"Kenapa si yang? Kayak baru, pertama kali aja" tanya Angkasa, membuat Embun ketar ketir.

"Malu?"

"Bu-kan malu!" sentaknya, membuat Angkasa sedikit terlonjak dibuatnya.

"Terus kenapa?"

"A-ku,"

"A-ku, datang bulan! Ya, datang bulan" ujar Embun, dengan sedikit gelagapan.

"Bukannya kamu, datang bulan baru selesai seminggu yang lalu?" tanya Angkasa, membuat Embun membulatkan matanya.

"Kenapa, dia masih inget si!"  ujarnya dalam hati.

Angkasa menggenggam tangan Embun, membuat Embun menatap tangannya yang digenggam oleh suaminya.

"Aku tau, kamu masih trauma kan? Waktu kamu melahirkan Gara? Aku engga ada disamping kamu, dan peperangan it-"

"Aku mohon, kamu jangan bahas kejadian itu lagi." potong Embun, dengan mata yang berharap penuh kepada suaminya.

"Aku minta maaf,"

"Ayo tidur,"

"Peluk aku,"

¥¥¥

Satu tahun kemudian....

"Di ulang tahun kedua Gara, kita buat konsepnya gimana ya? Yang pertama kita udah bikin, konsep Kapten amereka." tanya Embun.

"Harus yang lakik!"

Embun terdiam sejenak, lalu berpikir. Konsep apa yang akan, mereka buat dihari ulang tahun kedua putra mereka.

"Momy!" teriak, seorang anak laki-laki.

"Kenapa sayang?"

"Abang mau ulang aunnya, banyak gambal dinosaulus!" pinta Gara.

"Dinosaurus?"

"Iya! Dinosaulus, yang banyak yang momy!!"

Dengan cepat Embun menatap suaminya, yang sedang berada disampingnya. Yang sudah pasti, mendengar permintaan putra pertama mereka.

"Dady? Boyeh kan?" tanya Gara.

Angkasa mengganggukan kepalanya, dan tersenyum dengan tenang. Lalu memangku, tubuh kecil putra duduk di pangkuannya.

"Boleh dong sayang, apasih yang engga momy sama Dady kasih buat Abang." ujar Angkasa.

"Momy cama Dady, engga kacih Abang baby!" ujarnya, dengan melipat kedua tangannya didada.

Sebenernya Gara sudah lama meminta seorang adik, kepada kedua orang tuanya. Dan, terus saja menangih apa yang ia minta.

"Tukan! Momy, sama Dady diem aja."

"Peyitt!"

Gara segera turun dari pangkuan sang ayah, dan segera berjalan menuju luar rumah. Dengan cepat keduanya, menghentikan bocah kecil itu.

"Sayang heii,"

"Momy sama Dady, lagi berusaha buat kasih baby buat Abang"

"Yama!"

"Abang harus sabar, harus nunggu. Karena buat bab-"

Embun segera mencubit perut suaminya, membuat Angkasa sedikit meringis. Embun segera melototi suaminya, agar tidak mengatakan hal bodoh didepan anak mereka.

"Iya, Abang harus sabar. Harus nunggu, ya anak baik?"

"Belapa lama agi? Abang bocen, cendili dilumah" keluhnya.

Embun menatap Angkasa, merasa tidak tega melihat Gara jika sudah seperti ini. Ia, merasa sangat bersalah.

"Iya, sabar ya sayang. Sebentar lagi," ujar Angkasa mencoba menenangkan putranya.

"Ayo kita beli, bahan bahan buat ulang tahun Abang besok!" ajak Angakasa.

"Ayoo!!!" teriak Gara.

Bocah kecil itu segera berlari menuju mobil ayahnya, dengan kaki kecilnya yang sangat lucu.

"Abang! Jangan lari-lari, nanti jatuh!" teriak Embun.

Saat akan menyusul Gara, tiba-tiba Angkasa menarik tangan Embun pelan. Membuat Embun, menatap suaminya.

"Kita, harus berusaha lebih lagi."

"Kasihan Gara,"

TBC
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡

Luka_10

After EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang