Nasihat?

141 26 8
                                    

"Momy jahat!!!!!"

Gara segera berlari meninggalkan Embun, yang merasa tercengang dengan apa yang sudah dikatakan oleh putranya.

"A-bang!"

Saat Embun ingin mengejar Gara, tangannya ditahan oleh seseorang. Embun segera memutar badannya, dan air matanya sudah menetes tak bisa ia tahan.

"A-ku, cuma melarang dia terus bermain karena udah waktunya tidur." ujar Embun, dengan sedikit terisak.

"Gak usah nangis, aku bakal kejar Gara" ujar Angkasa, dan menghapus air mata istrinya lalu pergi mengejar putranya.

Angkasa terus saja mencari keberadaan putranya, dan ternyata Gara sedang berada ditaman belakang rumahnya.

Angkasa mendekat dan membelai rambut putranya dengan lembut, dan tersenyum dengan hangat.

"Momy jahat! Momy engga sayang Abang!"

"Kata siapa momy engga sayang Abang?" tanya Angakasa, dengan lembut.

"Momy malah-malah, cama Abang Dady." adunya, dengan menggemaskan.

"Inikan, udah waktunya tidur siang. Abang, engga boleh main terus."

"Dady sama aja kayak Momy!" kesalnya, dengan membelakangi Dadynya.

Angkasa tersenyum dengan tipis, lalu menggenggam kedua tangannya. Memandang, lurus kedepan tanpa berinteraksi jauh dengan putranya.

"Kalo Abang kesal sama momy, Abang engga harus teriak-teriak. Anak baik engga, pernah marah sama Momynya" nasihat Angkasa.

"Nanti Tuhan marah,"

Gara menatap Angkasa, lalu mengerutkan halisnya merasa heran dengan apa yang dikatakan oleh ayahnya.

"Dady, Dady pelnah bilang. Tuhan itu, maha melihat. Belapa ukulan Tuhan, sampe bica liat seluluh dunia?" tanya Gara, dengan sangat menggemaskan Dimata Angkasa.

Angkasa mendongakkan kepalanya, melihat pesawat yang sedang terbang begitu indah dilangit biru hari ini.

"Berapa ukuran pesawat, yang sedang Abang lihat itu?" tanya Angkasa.

"Kecil Dady, Abang sampe engga lihat"

Angkasa mengeluarkan handphonenya, dan membuka aplikasi YouTube. Lalu, melihatkan sebuah pesawat yang turun dari langit menuju bandara.

"Coba Abang lihat, berapa ukuran pesawat ini?"

"Wow... Besal cekali dad!"

"Tuhan itu seperti ini, ukurannya tergantung antara Abang dan dia. Semakin dekat abang dengannya, maka semakin besar ia dalam hidup Abang." jelas Angkasa, dengan tersenyum tipis.

"Abang halus Deket cama Tuhan, bial ukulannya besal?"

Angkasa mengganggukan kepalanya, lalu mengacak rambut putranya yang semakin menggemaskan saja.

"Minta maaf sama momy ya?"

"Momy malah Dady?"

"Engga kok, ayo minta maaf" ajak Angkasa.

Angkasa segera menggendong Gara, untuk menemui Embun. Yang sedang khawatir dengan Gara, saat kejadian tadi.

"Momy engga akan, malahin Abang lagikan dad?"

"Engga sayang,"

"Tuh Momy."

Gara segera melihat kearah yang ditunjukan oleh sang ayah, lalu ia meminta untuk turun dari pangkuan Angkasa.

Setelah turun, ia segera berlari dan memeluk Embun dengan erat. Embun, sedikit terlonjak sebelum membalas pelukan sang putra.

"Maafin Abang ya momy," ujar Gara dengan melepaskan pelukannya.

Tangan mungilnya, mengusap pipi sang ibu dengan lembut. Lalu tersenyum, dengan manis didepan Embun.

"Jangan nangis momy! Abang janji, engga akan nakal lagi!" ujarnya, dengan penuh kehangatan.

"Iya sayang, momy engga akan nangis lagi." Jawab Embun, dengan tersenyum tipis.

"Momy engga malah Abang lagikan?"

"Kapan momy marah sama, Abang?" tanya balik Embun.

Gara hanya bisa tertawa dengan bingung, Angkasa yang melihat interaksi keduanya hanya bisa tersenyum dengan tipis.

"Momy, sama Abang doang ni yang pelukan? Dady engga diajak?" ujar Angkasa, membuat keduanya berbalik menatapnya.

"Ndak boyeh! Momy punya Abang!" ujar Gara, dengan posesif.

"Punya Dady!"

"Punya Abang!"

"Punya Dady!"

"Punya Abang!"

"Punya Dady!"

"Huaaaa!!!!!! Momy punya Abang!" teriak Gara, dengan tangisannya membuat keduanya membulatkan mata.

Angkasa segera berlari menuju putranya yang sedang menangis, didalam pelukan sang ibu.

Embun membulatkan matanya, menatap Angkasa yang sedang mengelus kepala Gara yang mencoba untuk membuatnya tenang.

"I-ya, momy punya Abang. I-ya, momy punya Abang" ujar Angkasa, sedikit gugup karena takut dengan tatapan Embun yang seperti ingin menerkamnya hari ini juga.

TBC
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡

Siapa nii yang kangen aku update hihii.

Luka_10

After EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang