Berusaha

340 70 10
                                    

"Lo yakin?"

Embun mengganggukan kepalanya, dan tersenyum kepada wanita yang berada didepannya.

"Jangan khawatir, gue baik-baik aja kak."

"Gue pamit,"

Setelah mengatakan kalimat tersebut, Embun segera keluar dari mobil Aurora.

"Kalo ada apa-apa kabarin gue!"

"Siap!"

Embun terkekeh, dan segera berjalan menuju rumahnya dengan Angkasa. Sebelum membuka pintu rumah, Embun menghembuskannya perlahan.

Setelah membuka pintu, Embun segera berjalan menuju kamarnya. Namun, kakinya terhenti karena suaminya.

"Akhirnya kamu pulang, aku nunggu kamu sayang."

"Oh ya?"

"Maafin aku ya, aku tau aku salah." sesalnya.

Angkasa segera mengeluarkan sebuah kotak mewah, dan diberikan kepada istrinya.

"Maafin aku ya,"

Embun mendongkakan kepalanya, dan menatap wajah memohon suaminya.

"Nyongok?"

"Aku tau Sa, kamu kaya. Kamu bisa beli apapun, yang kamu mau. Dengan harta yang kamu, punya" ucap Embun.

"Tapi engga semuanya, bisa kamu duitin Sa." lanjutnya.

Angkasa terdiam, dan menurunkan kotak itu dari hadapan istrinya.

"Terutama kata maaaf,"

Embun segera berjalan menuju kamarnya, namun lagi-lagi. Angkasa, menghentikan jalannya.

"Aku minta maaf, aku tau aku salah. Aku tau, aku salah banget"

"Banyak orang, yang kehilangan. Karena, terlambat menghargai" jawab Embun.

"Kalimat itu nyata,"

Setelah mengatakan hal tersebut, Embun segera menaiki tangga. Angkasa terpatung, ditempatnya.

"Anjing!"

Angkasa menendang sofa yang berada didepannya, dengan bruntal. Hingga, sofa tersebut bolong .

"Bodoh! Lu bodoh Angkasa!"

"Tolol!"

Umpatan Angkasa, dan juga tendangannya. Sangat terdengar, jelas olah Embun membuatnya memandang perut besarnya.

"Jangan kayak Dady kamu ya, emosian. Nyiksa diri sendiri,"

¥¥¥

Pagi ini, seperti biasa Embun sudah sibuk didapur membuat sarapan. Angkasa tertidur, disofa dengan keadaan yang tidak baik-baik saja.

Angkasa membuka matanya, dan melihat sekeliling. Lalu menatap, keatas. Apakah Embun sudah bangun?

"Makan, aku udah masak."

Angkasa sedikit terlonjak, dengan perintah seseorang. Membuatnya, menatap perempuan dibelakangnya.

"Kamu udah maafin aku?" tanyanya dengan cerah.

"Aku masakin kamu, bukan berarti aku maafin kamu Sa."

Angkasa kembali terdiam, dengan apa yang dikatakan oleh istrinya itu. Harapannya, kembali hancur.

"Sampai kapan kita kayak gini?" tanya Angkasa bergetar.

"Sampe kamu sadar, kamu adalah manusia yang engga tau diri yang aku kenal."

Setelah mengatakan hal tersebut, Embun segera berjalan menuju kamarnya. Tanpa memperdulikan, keadaan Angkasa setelah ia mengatakan hal tersebut.

¥¥¥

Tok! Tok!

"Sayang..."

"Maafin aku, aku tau aku salah."

"Sayang..."

"Aku engga bisa, didiemin kayak gini sama kamu"

Angkasa terus berusaha meminta maaf, tidak terasa air matanya sudah turun. Karena, rasa bersalahnya kepada Embun dan juga anaknya.

"Maafin aku.."

Embun mendengar dengan jelas Isakan Angkasa, walaupun tidak terdengar dengan jelas.

Embun berjalan menuju pintu kamar, dengan hati-hati. Angkasa terus mengatakan, kata maaf.

Embun berusaha untuk menerima apa yang terjadi, dan mencoba membuka pintu kamarnya.

"S-ayang, maaf"

Benar saja dugaannya, Angkasa menangis didepan pintu kamarnya.

"Berdiri Sa,"

Angkasa menggelengkan kepalanya, "maafin aku," ucapnya lagi.

"Aku bilang beridiri."

Angkasa segera berdiri dari duduknya, Embun menatap wajah pucat suaminya. Dan memeriksa, suhu tubuh Angkasa.

Ternyata benar dugaannya, bahwa Angkasa demam. Bayi besar ini demam.

"Kamu demam,"

"Maafin aku..."

Embun menggenggam tanya suaminya, dan mengajak Angkasa untuk masuk kedalam kamar.

Embun membantu Angkasa untuk berbaring, diranjang kamarnya. Angkasa, terus saja menangis dan mengatakan kata maaf.

"Udah, gapapa."

"Peluk,"

Embun tersenyum tipis, dan segera memeluk suaminya yang manja ini. Angkasa, kembali terisak didalam pelukan istrinya.

"Jangan cengeng, malu sama baby"

Angkasa melonggarkan pelukannya, dan mengelus perut besar istinya.

"Maafin Dady ya, Dady janji. Dady, engga akan gitu lagi."

TBC
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡

Luka_10

After EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang