Bunuh Diri?

328 56 22
                                    

Galaksi sedang berada di aula perusahaan milik orang tuanya, diketinggian tiga ratus meter. Ia melihat kebawah, banyak mobil yang berlalu lalang.

"Gue mau mati,"

"Percuma gue hidup."

Galaksi menutup matanya, dan membuang nafasnya perlahan. Saat ia, ingin menjatuhkan badannya kebawah.

Tiba-tiba ada seseorang, yang membawanya jauh dari ketinggian itu. Lalu menjatuhkannya.

"Lo mau ngapain bego!" bentaknya.

"Gue mau mati! Inikan yang kalian mau?!" teriak Galaksi.

"Gue engga ada gunanya hidup! Orang yang gue cintai, udah benci sama gue. Orang tua gue, engga peduli lagi" lanjutnya.

"Cukup! Cukup jadi orang goblok! Kenapa lo harus menambah kegoblogan, dan ketololan lo lagi. Dengan cara bunuh diri hah?!" bentak Farrel.

Galaksi terdiam dengan bentakan Farrel, air matanya sudah tidak bisa terbendung lagi. Air matanya, sudah turun membasahi pipinya.

"Apa lo pikir, dengan cara lo terjun kebawah. Terus lo mati, dan masalah hidup lo akan selesai hah?!"

"Lo mati, lo bunuh diri. Itu, akan memperkeruh masalah lo!"

"Semuanya engga akan selesai, cuma karena lo mati" lanjut Farrel, dengan rahangnya yang sudah mengeras.

Bugh! Bugh!

Farrel menonjok pipi Galaksi, membuat sudut bibirnya berdarah. Ia, sudah tidak menahan rasa kesal dan marahnya lagi.

"Kenapa lo nahan gue buat jatuh? Kenapa lo engga marah, atau benci ke gue? Gue adalah alasan lo kehilangan Aurora, dan sekarang Angkasa berjuang sadar dari komanya juga karena gue." tanya Galaksi, menatap wajah Farrel yang memerah.

"Pertanyaan bodoh macam apa ini?" tanyanya, meremehkan.

Galaksi menundukkan kepalanya, dan menghapus sedikit bercak darah karena disudut bibirnya karena tonjokan yang diberikan oleh Farrel.

"Kata siapa gue engga marah sama lo? Kata siapa gue engga benci sama lo?"

"Kalo gue ditanya apa gue marah sama lo, jujur gue marah banget sama lo, sampe pernah berpikir buat bunuh lo. Apa gue benci? Gue benci banget, sama manusia kayak lo!" ungkapnya.

Galaksi terdiam, beranjak dari duduknya dan saat ingin berlari untuk terjun kebawah sana. Namun, lagi-lagi Farrel menahannya.

Bugh! Bugh!

Farrel kembali memukul, didaerah perutnya dan juga pipinya. Membuat, Galaksi tersungkur.

"Lo mau nyerah hah?! Lo segini aja mau nyerah? Banci lo bego!" teriaknya, dan menendang perut Galaksi membuatnya meringis

"IYA! GUE LEMAH, GUE BEGO! GUE TOLOL, GEU GOBLOG. GUE BANCI!"

Farrel terkekeh dengan apa yang dikatakan, lawan bicara yang berada didepannya ini.

"Sadar diri itu, memang penting" ucap Farrel pelan.

"Mau lo apa?" tanya Galaksi.

"Kemauan gue simple, tanggung jawab semuanya. Perbaiki, kekacauan yang udah lo buat." jawab Farrel dingin.

"Setelah semuanya selesai, seperti semula. Gue, persilahkan lo. Buat jatuh kebawah, engga akan larang lo lagi. Kalo perlu, gue yang akan dorong lo, jatuh kebawah" lanjutnya.

Setelah mengatakan hal tersebut, Farrel segera berjalan meninggalkan Galaksi yang masih terdiam dengan apa yang dikatakan oleh Galaksi.

"Sebelum semuanya selesai, gue engga akan biarin lo mati."

"G-ue akan bereskan semuanya, gue janji" gumam Galaksi.

"Buktiin, jangan cuma omong kosong aja."

Farrel segera turun dari aula, Galaksi terdiam sejenak membiarkan angin membelai wajah tampannya.

Galaksi memegang perutnya yang sakit, dan memegang sudut bibirnya yang berdarah.

"Embun kuat banget, gue malu sama dia." gumamnya.

"Gue udah terlalu buat dia menderita, gue terlalu memaksakan kehendak"

Galaksi terdiam, dan mengangkat kepalanya menatap langit indah dan biru siang ini.

"Gue, akan selesaikan semuanya gue janji."

TBC
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman🧡

Luka_10


After EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang