Embun sedang berada dirumah keluarga Jalmov, karena Argan meminta Embun untuk bermain kerumah.
Embun memang sudah dekat dengan keluarga Jalmov, dia sudah dianggap sebagai putrinya sendiri.
"Sering-sering main ke sini ya, biar Angkasa engga kesepian" ujar Argan.
Embun melirik Angkasa, dan terkekeh pelan. Angkasa terlihat tampan, hari ini.
"Siap papi!" ujar Embun.
Argan terkekeh melihat reaksi Embun, "Angkasa suka sama kamu deh, kayaknya Embun" ujar Argan, dengan sesekali melirik putranya.
"Papi!" desis Angkasa, dengan membulatkan matanya.
Embun hanya bisa melongo dengan ucapan, Argan barusan. Lalu, melirik Angkasa.
"E-mbun?" beo Embun.
"Iya Embun, Angkasa cinta sama kamu." ucap Argan.
Wajah Angkasa sudah memerah padam, karena malu. Mengapa papinya sangat tega membuatnya malu seperti ini?
Argan tertawa terpingkal-pingkal, melihat reaksi putranya. Angkasa mendongkakan kepalanya, dan menatap datar papinya.
Angkasa segera beranjak dari duduknya, dan pergi meninggalkan Embun dan Argan diruangan tamu.
Embun hanya bisa melirik kearah Angkasa yang berjalan menjauh, dan melirik Argan yang masih tertawa.
Dia seperti orang bodoh sekarang, apa yang harus dia lakukan sekarang?
"Kejar Angkasa, Embun. Siapa tau, dia akan menggunggkapkan perasaanya" ucap Argan, dengan menahan tawanya.
"Ih! Papi!"
Embun segera beranjak dari duduknya, dan segera berlari kecil mengikut kepergian Angkasa.
"Kenapa?"
Angkasa segera mendongkakan kepalanya, dan kembali memainkan jarinya.
"Malu?" tanya Embun, dengan menahan tawanya.
"Berisik!"
Embun hanya bisa menyungingkan, bibirnya. Dengan reaksi Angkasa, saat dia bertanya seperti itu.
"Geser."
Angkasa segera bergeser kesebelah kiri, dan Embun segera duduk disamping Angkasa.
"Gue suka liat lo kayak gitu" ujar Embun.
Angkasa melirik Embun sekilas, dan kembali menatap kedepan.
"Kesannya gue kayak orang goblog, Embun!" tegas Angkasa.
Embun tertawa dengan reaksi Angkasa, bisa-bisanya dia jujur.
"Gue engga mau pacaran, tapi gue. Bakal nikahin lo" ujar Angkasa.
Embun membulatkan matanya, dan menatap Angkasa dengan tatapan yang sulit dipercaya.
"Ap-"
"Gue serius!" potong Angkasa.
Angkasa menatap Embun dengan tatapan datarnya, Embun mengedipkan matanya. Namun, Angkasa tidak terpancing untuk berkedip juga.
"Ta-"
"Dan lo harus mau!" potong Angkasa lagi.
"Hah?"
"Lo harus jadi istri gue! Engga ada, yang bisa rebut lo dari gue!" bentak Angkasa.
"Hah?"
"Lo bakal jadi ibu, dari anak-anak kita"
"H-"
"Lo hah lagi, gue masukin lo ke comberan!" ujar Angkasa.
Embun segera menutup bibirnya rapat-rapat, mengapa Angkasa menjadi seperti ini?
"Inget itu."
¥¥¥
Hari sudah mulai sore, Angkasa segera mengantarkan Embun untuk pulang. Rumah Angkasa dan Embun, tidak lah jauh.
Satu kompleks dengan Aurora, dan Farrel. Walaupun Embun sudah menolak, Angkasa tetaplah Angkasa.
Jika dia mau, harus dilakukan. Tetapi, Embun tidak mau menggunakan motor ataupun mobil.
Dia mau, diantarkan dengan jalan kaki. Jika tidak, dia tetap tidak mau.
"Lo kangen bunda?" tanya Angkasa.
Embun mengganggukan kepalanya, "siapa si yang engga kangen. Sama bundanya sendiri?" tanya Embun.
"Gue bingung, bunda gue siapa si. Papi cuma, ngenalin bunda Embun aja." ucap Angkasa.
"Bunda gue, bunda lo juga" ucap Embun, dengan senyum tipisnya.
"Iyalah, kan lo bakal jadi istri gue. Jelas dong, bunda lo. Bunda gue juga" ujar Angkasa.
Plak!
"Berisik!" bentak Embun.
Angkasa hanya bisa tertawa dengan reaksi Embun, dengan sesekali mengelus tangannya yang sakit karena Embun pukul.
"Mau punya anak berada Mbun?" tanya Angkasa.
"Anak adopsi!" bentak Embun.
"Dih! Engga mau. Gue mau punya anak dari lo! Engga mau adopsi-adopsi!" tolak Angkasa.
"Gue engga mau!" bentak Embun.
"Gue suami lo, jadi. Lo harus nurut!" ucap Angkasa.
"Dih masih calon!" bentak Embun.
"Ciee berarti mau dong?" goda Angkasa.
Embun membulatkan matanya, mengapa mulutnya ini sangat kurang ajar? Embun merutuki dirinya sendiri.
"Iya boleh, tapi lo yang hamil." ujar Embun melenceng.
"Lah emang bisa? Keluarnya dari mana?" tanya Angkasa.
Embun segera berjalan lebih cepat dari Angkasa, Angkasa sungguh gemas dengan reaksi Embun saat ini. Sungguh menggemaskan.
"Tungguin dong!" teriak Angkasa.
"Lemot banget jalan lo!"
TBC
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak tema🧡Luka_10
KAMU SEDANG MEMBACA
After Embun
Teen FictionBIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA REVISI DILAKUKAN SETELAH CERITA SELESAI diusahakan untuk membaca cerita Embun terlebih dahulu. Agar tau, alur ceritanya bagaimana. Agar, tidak salah paham. Embun Ravandra Praciska, memang bukanlah bagian keluarga Rava...