Ruang Bk

482 74 0
                                    

Aurora sudah izin pulang lebih dulu, Embun dan Angkasa sedang berada didalam kelas.

Mereka duduk bersebelahan, tidak ada yang protes akan hal itu. Lagi pula, siapa yang berani protes dengan apa yang Embun lakukan.

"Embun, dipanggil Pak Yusuf." ucap seorang perempuan, segera membuat Angkasa mendongkakan kepalanya.

"Gue suka ini." ucap Embun, dan segera beranjak dari duduknya menuju ruangan BK.

Embun berjalan bagaikan seorang putri, banyak yang menatapnya. Tetapi, Embun sama sekali tidak terusik.

Mereka hanya sekumpulan manusia-manusia tidak berguna, pikir Embun.

Tok! Tok!

"Hallo pak, ini saya Embun." ucap Embun.

"Masuk Embun" ujar pak Yusuf.

Setelah diberikan izin untuk masuk, Embun segera membuka pintu. Dan masuk, lalu pak Yusuf mempersilahkan Embun untuk duduk.

Saat sudah duduk pak Yusuf menatap Embun dengan serius, melipat kedua tangannya.

"Ada kabar dari banyak siswa, bahwa kamu membuat onar dikantin. Ada apa ini Embun?" tanya Pak Yusuf, yang sudah mulai dengan topiknya.

Embun hanya tertawa meremehkan, siapa yang memberi tahu pak Yusuf? Kabarnya, sangat berbeda dengan apa yang terjadi.

"Ketika seorang wanita, direndahkan didepan bapak. Apa bapak akan diam saja?" tanya Embun.

"Tentu saja tidak." jawab Pak Yusuf.

"Begitupun dengan saya, saya tidak akan diam. Ketika, kakak saya direndahkan dihadapan saya. Si binatang itu, telah merendahkan kakak saya!" ujar Embun, yang sudah mulai menaikkan nada bicaranya.

"Jika tiba-tiba saya menghajar dia, berarti saya gila." lanjut Embun.

Seketika pak Yusuf terdiam, dia bisa memaklumi dengan sikap Embun. Embun, hanya menolong kakaknya.

"Bapak setuju dengan sikap kamu, kali ini. Bapak akan segera membawa, orang tuanya Adit. Terimakasih, atas waktu kamu Embun" ucap Pak Yusuf.

"Berikan hukuman yang, setimpal." ucap Embun dingin.

"Saya pamit."

Embun segera beranjak dari duduknya, dan berjalan menuju keluar dari ruangan itu.

Embun berjalan dengan tatapan dinginnya, berjalan menuju kelasnya. Saat sudah sampai didepan kelas, ternyata sama sekali belum ada guru yang mengajar.

Embun segera duduk dibangkunya, Angkasa menatap Embun.

"Apa?" tanya Embun dingin.

"Pak Yusuf bilang apa?" tanya Angkasa.

"Kepo banget Lo. Diem aja deh!" semprot Embun.

Angkasa menatap Embun, dengan tatapan tidak terbaca. Lalu kembali, fokus dengan game di handphonenya.

Embun menggigit jarinya, dengan tatapan kedepan. Angkasa, menatap Embun yang sedang menggigit jarinya.

"Jorok!" bentak Angkasa, lalu memukul lengan Embun. Membuatnya, menurunkan tangannya.

"Maaf."

"Jangan kayak gitu lagi, kenapa? Lo laper?" tanya Angkasa.

Embun mengganggukan kepalanya, Embun sangat terlihat menggemaskan saat dia kelaparan.

Angkasa tersenyum tipis, lalu mengeluarkan sebuah biskuit coklat didalam tasnya.

Embun sudah merampas makanan itu dari tangan Angkasa, lalu membukanya tanpa meminta izin terlebih dahulu.

Embun segera melahap biskuit coklat itu, Angkasa yang mampu menatap Embun. Lalu, menggelengkan kepalanya.

"Gue minta ya." ucap Embun, Angkasa menolah. Saat melihat, bungkus biskuit tidak ada yang tersisa.

"Telat Lo! Itu, udah abis." ucap Angkasa.

"Dih! Yang penting gue udah, minta izin. Buat minta, walaupun telat" ujar Embun.

TBC
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡

Luka_10

After EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang