Disetiap pelajaran hari ini, Embun terus saja memegang perutnya. Membuat, Angkasa khawatir.
"Masih sakit?" bisik Angkasa.
Embun mengganggukan kepalanya, dan terus saja memegang perutnya. Karena, hari ini adalah hari pertama Embun mentruasi.
Angkasa melihat sekeliling, Pak Samsul masih menjelaskan tentang pelajaran hari ini. Angkasa kembali menatap Embun, wajahnya sudah pucat menahan sakit.
Angkasa segera mengacungkan tangannya, membuat semua siswa menatapnya.
"Ada apa Angkasa? Apakah ada pertanyaan?" tanya pak Samsul.
"Embun sedang sakit perut pak, wajahnya sudah pucat" ujar Angkasa.
Pak Samsul segera mendekat, kearah meja Angkasa dan Embun.
"Kenapa perut kamu Embun? Wajah kamu juga udah pucat sekali." tanya Pak Samsul.
"P-erut saya sakit pak, hari pertama menstruasi" jawab Embun.
"Yaudah, Angkasa bawa Embun ke UKS" perintah pak Samsul.
Angkasa mengganggukan kepalanya, dan segera beranjak dari duduknya. Dan menggendong, Embun layaknya seorang berdyl style.
Semua siswa berteriak, karena perilaku Angkasa yang memperlakukan Embun layaknya seorang ratu.
"Ja-ngan gendong aja" ucap Embun.
"Kamu lagi sakit, nurut sama suami." bisik Angkasa.
Angkasa segera berjalan menuju UKS, Embun menatap wajah tampan suaminya dari dekat.
Galaksi menatap kepergian Embun dan Angkasa, dengan wajahnya yang memerah padam menahan cemburu.
Wajah pucat itu, tersenyum dengan lembut. Saat melihat wajah Angkasa, dari dekat.
Embun dan Angkasa sudah berada di UKS, Embun sudah berbaring dengan nyaman diatas kasur UKS.
"Mau apa?" tanya Angkasa.
"Mau pulang," jawab Embun lesu.
Angkasa menatap wajah istrinya sebentar, dan melihat sekeliling. Lalu beranjak, dari duduknya.
"Aku keruang guru dulu sebentar" pamit Angkasa.
Angkasa segera berjalan menuju ruang guru, disebelah kiri ruangan UKS.
Embun memberikan kehangatan, kepada perutnya. Dengan memberikan, olesan kayu putih.
Dan meminum, air hangat. Membuatnya sedikit baikan, tidak terlalu sakit.
"Aku udah izin, ayo aku gendong" ujar Angkasa.
Embun tersenyum tipis, lalu Angkasa segera menggendong Embun. Menuju, parkiran.
¥¥¥
Embun sedang nemplok didalam dekapan Angkasa, dengan sesekali meminum minuman jahenya.
Angkasa mengelus punggung Embun dengan lembut, membuat Embun hanyut dalam kenyamanan.
"Sakit.." ujar Embun lesu.
"Kalo bisa, sakit perutnya kasih ke aku aja." jawab Angkasa.
Embun semakin mempererat pelukannya, dengan sesekali meminum minuman jahenya.
Angkasa memberikan kehangatan berupa kayu putih, pada perut Embun membuatnya semakin enakan.
"Mau makanan pedes," pinta Embun.
"Engga boleh! Kamu lagi sakit perutnya" tolak Angkasa.
"Plis,"
"Kamu mau tambah sakit, perutnya hm?" tanya Angkasa.
Embun memanyunkan bibirnya, karena Angkasa menolak permintaannya. Tetapi, Embun sangat menginginkan makanan pedas sekarang.
"Jangan cemberut, jelek"
Embun melepaskan pelukannya, "mau makanan pedes" pinta Embun lagi.
"Aku bilang engga, ya engga." jawab Angkasa dingin.
Embun semakin memanyunkan bibirnya, dan kembali memeluk Angkasa dengan nyaman.
"Yaudah, elus lagi" pinta Embun.
Angkasa kembali mengelus punggu Embun, dengan lembut. Membuat Embun, sedikit mengantuk.
"Orang-orang, taunya kamu jahat, kejam. Galak, tapi taunya manja banget" ucap Embun terkekeh pelan.
"Ih! Ini cuma gara-gara PMS doang!" ujar Embun tak terima.
¥¥¥
Embun sedang menonton drama Korea, dilaptopnya. Dengan sesekali, senyum-senyum tidak jelas. Membuat, Angkasa mengacak rambutnya prustasi.
"Ih, sayang udah nontonnya. Ayo tidur," rengek Angkasa.
"Tidur duluan sini, disamping aku" perintah Embun, dengan menepuk tempat disampingnya.
"Mau sambil peluk," rengek Angkasa lagi.
"Iya peluk ajak sini," ajak Embun lagi.
Angkasa berdecak dan kembali, mengacak rambutnya. Membuat Embun, menatapnya.
Embun memutuskan untuk selesai, menonton drama koreanya. Ada bayi, gede yang manja malam ini.
Embun membenarkan tidurnya, dan menarik selimutnya. Namun, Angkasa hanya menatap Embun.
"Ayo sini," perintah Embun dan merentangkan tangannya.
Angkasa tersenyum cerah, dan memeluk Embun dengan nyaman. Lalu, Embun mengelus rambut Angkasa.
"Nanti kalo mau bobo, bobo aja. Jangan kayak anak kecil," perintah Embun.
"Engga mau bobo! Kalo engga sama kamu," ucap Angkasa.
"Memang bayi aku," ujar Embun dengan mencium gemas pipi, suaminya.
TBC
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡Jangan lupa, komen dan vote ya!
Aku publish malem-malem, maaf ni ya hhe.
Luka_10

KAMU SEDANG MEMBACA
After Embun
Novela JuvenilBIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA REVISI DILAKUKAN SETELAH CERITA SELESAI diusahakan untuk membaca cerita Embun terlebih dahulu. Agar tau, alur ceritanya bagaimana. Agar, tidak salah paham. Embun Ravandra Praciska, memang bukanlah bagian keluarga Rava...