Kekecewaan Embun

316 44 8
                                    

Embun dan Angkasa sedang sibuk didapur, karena mereka telah mengundang semua tamu terdekat.

Untuk mengumumkan kehamilan, dan juga pernikahan mereka kepada Farrel dan juga Aurora.

Tring.. Tring...

"Sayang! Handphone kamu bunyi tuh!" teriak Angkasa.

"Iya sebentar!

Embun segera mematikan kompor, dan berjalan menuju meja ruangan tamu. Saat Embun, membuka handphonenya.

Embun terdiam, dan segera berjalan menuju kamarnya untuk membawa tasnya. Embun sedikit, berlari menuju kamarnya.

Setelah membawa tasnya, ia segera turun kebawah untuk meminta izin kepada suaminya.

"Ih! Jangan lari-lari! Kamu bawa dua nyawa!" ucap Angkasa.

"Mau kemana?" tanyanya, saat melihat istrinya membawa tas.

"Aku mau ke super market, ada bahan yang abis. Aku izin ya," pamitnya.

"Aku anter,"

"Engga usah, aku mau sendiri plis," mohon Embun.

"Yaudah, bawa mobil" perintah Angkasa.

Embun mengganggukan kepalanya, dan mencium pipi sebelah kanan suaminya. Dan segera, berjalan menuju garasi.

"Udah aku bilang! Jangan lari-lari!"

"Iya maaf Sa!"

¥¥¥

"Mau apa? Rahasia apa?" tanya Embun, saat sudah sampai ditujuan.

Galaksi tersenyum dan segera berjalan menuju, Embun.

"Silahkan duduk, dulu" perintahnya.

"Gue engga punya banyak waktu, cepet!"

Galaksi menggangkat bahunya, dan segera menyalakan laptopnya. Embun segera duduk, disamping Galaksi.

"Gue harap, lo kuat. Lihat semuanya,"

Galaksi segera memulai vidionya, betapa kagetnya Embun saat melihat ayahnya didalam Vidio tersebut.

"Hallo, putri ayah yang cantik. Gimana kabar kamu sekarang nak? Baik-baik saja?"

"Ayah, sangat menyayangi kamu. Kamu tetap, putri ayah yang paling hebat!"

"Ini mungkin sudah saatnya ayah mengatakan semuanya, Tentang identitas kamu sebenarnya"

Embun menatap Galaksi, saat Elang mengatakan identitas.

Elang memejamkan matanya, dan mencoba untuk mengatakan hal yang sangat sulit ia katakan selama ini.

"Kamu bukan anak kandung, ayah dan bunda."

Embun dibuat terdiam, dengan apa yang dikatakan ayahnya barusan. Pikirannya, sudah menerka-nerka.

"Ayah dan bunda tidak pernah menikah,"

"Ayah mengadopsi kamu, disebuah panti asuhan. Dulu, bunda kamu sangat menyanyangi kamu saat ia sakit. Kamu memang, sangat mirip dengan almarhumah Embun."

"Kamu bukan anak kandung ayah dan bunda,"

Tidak bisa ditahan lagi, air mata Embun sudah menetes. Dadanya sesak, saat mendengar apa yang dikatakan oleh ayahnya barusan.

"Ayah menutup semuanya, agar kamu tidak membenci ayah sayang"

Embun menggelengkan kepala, tak percaya dengan apa yang ia lihat dan juga ia dengar.

"Semuanya, tau tentang identitas asli kamu. Namun, ayah menahan mereka untuk tidak memberi tahu kamu"

"Ayah engga mau, kamu menjauh dan juga membenci ayah. Kamu warna hidup ayah, kamu hidup ayah"

Elang menangis saat, mengatakan hal tersebut.

"Kamu alasan ayah bertahan, didunia ini."

"Ayah engga punya siapa-siapa selain kamu nak,"

"Ayah sayang kamu, seperti putri kandung ayah sendiri."

Pipi Embun sudah basah, hatinya sakit saat mendengar apa yang sebenarnya. Dadanya, sesak.

"Semua orang rahasiain ini, dari lo" ucap Galaksi.

Embun menatap Galaksi, dan segera beranjak dari duduknya. Menuju mobilnya, dan segera menjalankan mobilnya.

Tanpa, mengatakan satu patah pamit untuk Galaksi. Galaksi, menyungingkan bibirnya.

"Semuanya, akan kita mulai" ucap Galaksi, dengan senyum smirknya.

¥¥¥

"Kemana Embun?" tanya Aurora.

"Dia ke supermarket dulu, untuk membeli bahan yang abis" jawab Angkasa.

"Kapan lo, mau kasih tau. Identitas Embun?" tanya Aurora, tiba-tiba.

Tiba-tiba ada yang membuka pintu rumah, membuat semuanya menatap kearah pintu.

Angkasa segera berlari kecil, saat melihat Embun menangis dengan tersedu-sedu didepannya.

"Kenapa sayang? Ada yang ganggu kamu? Ada yang nyakitin kamu?" tanya Angkasa, khawatir.

Plak!

TBC
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡

Huaa kok sedih ya:(

Luka_10

After EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang