Perjelasan

335 59 11
                                    

"kenapa ayah tega?"

"Kenapa ayah, engga bilang ini sejak awal?"

Tanya Embun, yang sedang berada dimakam orang tua angkatnya. Ia menangis, dengan sesenggukan pagi hari ini.

"Kenapa ayah engga bilang sejak awal, bahwa aku. Hanya seorang, anak adopsi?" tanyanya.

Embun meremas tanah, dan memegang kepalanya yang terasa sangat pusing.

"Kenapa?! Semesta kenapa!" teriak Embun, dengan memegang kepalanya.

"Engga ada gunanya, lo teriak. Dan, meminta keadilan semesta" ujar seseorang, membuat Embun menatapnya.

"Semesta engga akan adil, untuk satu orang."

"Minta perjelasan, ke orang yang udah nutupin semuanya dari lo. Yaitu, suami lo sendiri" lanjut Galaksi.

Embun menelan ludahnya, dan segera beranjak dari duduknya. Dan, masuk kedalam mobil.

Tanpa membalas, ataupun menghiraukan apa yang dituakan oleh Galaksi barusan.

"Kehancuran sudah, tercium" ujarnya dengan senyum licik.

¥¥¥

Angkasa terus saja mondar mandir, dan menelepon istrinya. Namun, tidak diangkat.

Rasa khawatir ini hampir membuatnya gila, Saat Angkasa akan membawa jaket. Tiba-tiba, Embun membuka pintu ruangan utama.

"Kamu dari mana aja sayang?"

Embun tidak memperdulikan, pertanyaan dari suaminya. Saat dia berjalan, akan melewatinya Angkasa menahan tangan istrinya.

"Aku berhak tau, kamu kemana."

"Aku habis kemakam, orang tua angkatku. Tuan Elang, dan nyonya Embun"

Angkasa terdiam, dan sedikit demi sedikit melepaskan genggamannya. Hatinya sakit, saat mendengar apa yang dikatakan Embun.

Embun melepaskan tangannya, dan segera berjalan menaiki tangga. Namun, lagi-lagi ucapan suaminya menahannya.

"Bukan cuma kamu, bukan cuma kamu yang hancur dengan identitas kamu yang sebenarnya" ucap Angkasa, membuat Embun berhenti melangkah.

"Aku juga hancur dulu, saat aku tau. Bahwa aku, juga seorang anak adopsi." lanjut Angkasa, membuat Embun membalikan badannya dan menatap matanya dengan lekat.

"Tapi, kamu masih beruntung Mbun. Orang tua kandung kamu masih ada, sedangkan aku? Dilahirkan sebagai anak yatim piatu"

Badannya bagai disamber petir, dengan apa yang dikatakan suaminya. Rasa bersalah, menyeruak kembali dalam jiwanya.

"Aku hanya punya papi, dalam hidup aku"

"Kenapa ayah Elang, rahasiakan ini dari kamu. Karena dia engga mau kamu sedih, kamu hancur. Dia sayang sama kamu, Kamu ngerti engga?" tanya Angkasa, dengan dingin.

"Kamu hancur? Kamu sakit? Kamu kecewa dengan semesta? Aku juga Embun, aku juga!"

Air mata Angkasa sudah turun Dimata indahnya, Membuat Embun ikut merasakan kesedihan yang suaminya rasakan.

Angkasa menjatuhkan badannya, dan kedua tangannya menutupi wajahnya. Embun segera berlari, dan memeluk Angkasa.

"K-ita sama, kita sama."Isak Angkasa.

"Maaf, maafin aku" lanjutnya.


¥¥¥

Angkasa dan Embun sedang berada dikamar, Embun mencoba menerima semuanya.

Memaafkan semua orang, karena mereka melakukan ini hanya demi dirinya. Namun, yang paling sulit adalah menerima keadaan bahwa dia.

Hanya seorang anak adopsi, dari cinta pertamanya. Yaitu, ayahnya Elang.

"Kita harus kuat, demi ini" ucap Angkasa memegang perut Embun.

"Jangan kebanyakan pikiran sayang, bebaskan semuanya. Kasian, Dede bayi" lanjut Angkasa.

Istrinya itu tersenyum, dan mengganggukan kepalanya.

"Aku, akan menjaganya"

"Aku rindu kamu," jujur Angkasa.

"Aku juga."

Embun segera memeluk suaminya, Angkasa terus saja mengelus dengan lembut perut rata istrinya.

"Terdapat nyawa disini,"

"Kita, akan cari tau dimana bunda kandung kamu."

¥¥¥

"Lo egois! Lo bego! Rela menghancurkan, hubungan seseorang. Demi membangun, kebahagiaan lo!" maki Aurora.

Galaksi hanya bisa tertawa, dengan sangat menggelengar membuat emosi wanita itu semakin memuncak.

"Gue engga tau, sebenci apa Embun saat dia tau. Niat lo bongkar identitasnya, cuma mau hancurin hubungan mereka" ucapnya, membuat Galaksi terdiam.

"Yang lo harap, Embun akan mencintai lo. Ternyata akan, membenci lo. Seumur hidupnya," lanjutnya, membuat pria didepannya ini terdiam.

"Hidup lo, akan hancur sebentar lagi. Kematian mengintai lo, siap-siap akan hal itu."

Aurora segera berlalu, meninggalkan Galaksi yang terdiam ditempatnya.

"GUE ENGGA TAKUT! BUNUH AJA GUE! BUNUH," teriak Galaksi dengan diakhiri tawanya.

"GUE ENGGA TAKUT! DENGAN SEORANG ANGKASA DAMAWANGSA! GUE ENGGA TAKUT!"

Aurora memperlihatkan jari tengahnya, kepada Galaksi. Dengan terus berjalan, tanpa menatap kearahnya.

"Bacot, bicth!"

Bisa author simpulkan disini, bahwa Galaksi gila😭

TBC
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡

Next yu..

Luka_10

After EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang