Embun sedang duduk di balkon rumahnya, dengan sesekali meminum susu coklatnya yang masih panas.
Lalu tersenyum, menatap langit malam yang indah. Banyak bintang, yang menghiasi malam ini.
Setelah merasa bosan, Embun membuka handphonenya. Dan, melihat aplikasi Instagram.
"Angkasa?"
Saat Embun terus saja menatap foto Angkasa, yang sudah siap balapan malam ini. Embun segera berlari, turun dari balkon.
"Mau kemana?" tanya Elang, saat melihat Embun sudah siap.
"Udah malem, engga baik!" larang Elang.
Embun segera memperlihatkan foto Angkasa, yang sudah siap bertanding malam ini.
"Ayah ikut." ujar Elang, dan segera berlari kecil menuju garasi.
Embun dan Elang sudah berada didalam mobil, tatapan Embun sangat tajam sekarang.
Tangannya sudah siap mononjok siapapun yang berada, didepannya nanti.
"Tahan emosi" ucap Elang, pelan.
¥¥¥
"Wih! Selamat ya bro! Udah lama engga turun lapangan." ujar seorang laki-laki.
Angkasa hanya bisa tersenyum tipis, tatapannya masih kedepan. Memperhatikan, mobil yang sedang berbalapan.
"Oh, ternyata gini kelakuan lo" ujar seseorang, membuat Angkasa segera memutar badannya.
"E-mbun?"
"Kenapa? Kaget gue bisa ada disini?" tanya Embun.
Angkasa menatap Embun tidak menyangka, dan menatap Elang. Elang tersenyum tipis, kepada Angkasa.
"Selesaikan, jangan pake emosi" ujar Elang pelan.
"Ayah tunggu dimobil"
Embun melihat kepergian ayahnya, sekilas. Dan kembali menatap Angkasa, yang masih kebingungan.
"Mana janji lo?" tanya Embun, dingin.
"Gu-e bisa jelasin Mbun" jawab Angkasa, dan mendekat kearah Embun.
"Gue engga butuh penjelasan lo! Yang gue tanya, mana janji lo hah?! Lo janji, engga akan turun lapangan lagi buat balap. Terus ini apa bodoh?!" maki Embun, dia sudah tersulut emosi sekarang.
Semua menyaksikan perdebatan antara, dua sejoli ini. Dengan sesekali, memuji kagum keberanian Embun.
"Gue lagi ada masalah." jawab Angkasa tenang.
"Masalah?" tanya Embun meremehkan.
"Gue tanya sekarang sama lo Sa, apa dengan lo balapan masalah lo akan selesai?" tanya Embun.
Angkasa terdiam ditempatnya, jika sudah begini. Dia tidak bisa, berbuat apa-apa. Dunianya, seperti berhenti bergerak.
"Mana janji lo Sa? Lo janji akan berubah kan? Mana?" tanya Embun.
"Ma-af"
Embun tertawa renyah, dan sesekali menatap wajah Angkasa yang sangat terlihat bersalah.
"Gue kecewa sama lo."
Setelah mengatakan itu, Embun segera berlalu meninggalkan Angkasa yang terdiam ditempatnya.
"Embun"
Angkasa belari mengejar Embun, saat Angkasa memegang tangan Embun. Ia menepisnya, dengan sangat kasar.
"Mau apa lagi hah?!" bentak Embun.
"Ma-af Embun" ucap Angkasa bergetar.
"Puasin balapan lo, yang murahan itu."
Embun kembali berjalan meninggalkan Angkasa, dengan amarahnya. Dia benar-benar kecewa dengan, Angkasa saat ini.
Angkasa mengusap wajahnya dengan kasar, dan menatap Embun yang pergi dari hadapannya.
"Bego lo Angkasa!" makinya.
Angkasa memukul kepalanya, dengan keras. Hatinya, sudah diselimuti dengan beribu rasa penyesalan yang ada.
"Anjing!"
TBC
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡Jangan lupa komen hihi.
Biar tambah semangat, buat up!
KAMU SEDANG MEMBACA
After Embun
JugendliteraturBIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA REVISI DILAKUKAN SETELAH CERITA SELESAI diusahakan untuk membaca cerita Embun terlebih dahulu. Agar tau, alur ceritanya bagaimana. Agar, tidak salah paham. Embun Ravandra Praciska, memang bukanlah bagian keluarga Rava...