Embun dan Angkasa sudah pulang dari sekolah, Embun sedang memasak didapur. Sedangkan Angkasa, sedang sibuk dengan handphonenya.
Setelah merasa bosan, Angkasa melihat sekeliling rumahnya. Mencari isterinya, namun tidak terlihat batang hidungnya.
"Sayang!" teriak Angkasa.
"Jangan teriak-teriak! Ini lagi didapur, katanya lapar" ujar Embun.
Angkasa tersenyum tipis, lalu segera beranjak dari duduknya. Untuk membantu Embun, didapur.
Angkasa memeluk Embun dari belakang, membuat Embun sedikit terlonjak saat menggoreng ayam.
"Diem, lepasin Sa" perintah Embun.
Angkasa menggelengkan kepalanya, lalu mencium leher Embun dengan bau Vanilla. Membuat Angkasa, nyaman.
"Geli Sa." ucap Embun dengan sedikit terkekeh.
"Ngapain si kesini?" tanya Embun.
"Mau bantuin," ucap Angkasa pelan.
"Ini bukan bantuin namanya, nambah-nambah kerjaan" jawab Embun dingin.
Angkasa terkekeh lalu melepaskan pelukannya, dan berdiri disamping isterinya.
"Mau ketemu bunda sama ayah," pinta Embun.
Angkasa mengganggukan kepalanya, "ayo kapan?" tanya Angkasa.
"Besok, kan besok hari merah" ujar Embun, dengan senyum cerahnya.
"Boleh" jawab Angkasa, lalu mencium kening istrinya.
Setelah mencium kening Embun, Angkasa berlalu dan berjalan menuju ruang makan.
¥¥¥
Embun sedang berada diatas kasur, dengan Angkasa yang sudah tertidur disampingnya.
Embun menatap foto dirinya saat kecil, bersama dengan Elang yang menggendongnya.
Embun membelai foto itu, air matanya menetes jatuh ditangan jemari Embun. Mengapa rindu ini membuatnya tersiksa?
"E-mbun rindu ayah" isak Embun, dan memeluk fotonya.
Angkasa membuka matanya, karena mendengar isakan tangis dari Embun. Saat menatap Embun, benar saja dia sedang menangis dengan memeluk foto lamanya.
"Kenapa sayang?" tanya Angkasa lembut.
Embun seketika langsung menatap Angkasa, dan menghapus air matanya dengan cepat.
"Kamu bangun gara-gara aku ya?" tanya Embun.
Angkasa menggelengkan kepalanya, lalu tersenyum hangat. Lalu membelai, rambut Embun dengan kasih sayang.
"Sini." perintah Angkasa.
Embun segera memeluk Angkasa, membuatnya berbaring dengan nyaman dipelukan Angkasa.
"Kenapa? Kangen ayah hm?" tanya Angkasa.
"K-angen banget" ucap Embun, dengan isakannya.
"Shut.. udah jangan nangis lagi, aku akan selalu ada buat kamu. Peluk aku, kalo kamu rindu ayah" ujar Angkasa.
"Kamu hidup aku sekarang, kamu bahagia aku sekarang. Makasih, makasih!" ujar Embun, dan mempererat pelukannya.
"Astaga yang, sesak nafas aku. Jangan terlalu kenceng meluknya" ucap Angkasa, seketika Embun melonggarkan pelukannya.
"Ma-af"
Angkasa terkekeh, dan membelai rambut istrinya itu dengan penuh kasih sayang dan kelembutan.
"Ingus aku banyak, aku susut pake baju kamu" ujar Embun, seketika mata Angkasa membulat.
"Jangan dong yang ih, jorok" ucap Angkasa, sedikit merengek.
"Biarin, aku yang nyuci ini" jawab Embun, acuh tak acuh.
"Jangan dong sayang, engga nyaman dipakenya" ucap Angkasa lembut.
Hacuh!
Tiba-tiba Embun bersin, membuat ingusnya keluar. Dengan cepat Embun, menyusutnya dibaju Angkasa.
"Dingin yang, kamu bersinnya. Banjir ludah?" tanya Angkasa.
"Banjir ingus," jawab Embun.
Seketika Angkasa melepaskan pelukannya, dan benar saja yang dikatakan Embun. Angkasa segera membuka bajunya, dan melemparnya.
"Jangan lempar-lempar!" teriak Embun.
"Jijik yang!" jawab Angkasa, dengan memakai bajunya.
Embun segera beranjak dari tempat tidurnya, dan membawa sebuah sabun cuci cair.
"Jangan lama-lama dikamar mandi, masuk angin!" ucap Angkasa.
"Kerok sama kamu!" jawab Embun.
"Sekalian buat anak?" tanya Angkasa.
"Mana ada! Orang dikerok, gara-gara dia masuk angin! Ini malah mau bikin anak," jawab Embun sedikit berteriak.
"Kan sama-sama masuk" jawab Angkasa, dengan diakhiri kekehannya.
Embun membuang nafasnya kasar, dan berjalan menuju tempat tidur. Untuk siap, menerkam dan membunuh suaminya itu.
"Sumpah ya Sa, ya! Aku bunuh kamu!" bentak Embun.
TBC
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman🧡Komen yu! Biar tambah semangat! Buat up-nya!
Luka_10
KAMU SEDANG MEMBACA
After Embun
Teen FictionBIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA REVISI DILAKUKAN SETELAH CERITA SELESAI diusahakan untuk membaca cerita Embun terlebih dahulu. Agar tau, alur ceritanya bagaimana. Agar, tidak salah paham. Embun Ravandra Praciska, memang bukanlah bagian keluarga Rava...