Masalah?

367 58 8
                                    

Sekarang adalah hari Minggu, Embun sedang berada dikamar. Angkasa seperti tidak nyaman, dengan omelan yang terus saja Embun keluarkan.

"Kamu denger engga si?!" tanya Embun, dengan menaikan nada bicaranya.

Angkasa menggangkat kepalanya, dan menatap Embun dengan dingin.

"Bisa engga kamu sopan sedikit? Aku itu suami kamu Embun, engga seharusnya kamu naikin nada bicara kamu." jawab Angkasa dingin.

Embun terdiam sejenak, dan melipatkan kedua tangannya menatap Angkasa tidak kalah dingin.

"Kamu emang suami aku, tapi kamu ha-"

"Jangan karena sekarang kamu lagi pms, kamu boleh marahin orang seenaknya!" potong Angkasa.

"Ini cuma masalah kecil Mbun, kenapa harus diperbesar? Kamu udah dewasa kan?" tanya Angkasa.

"Aku bisa cape lama-lama, kalo kamu terus aja marah-marah engga jelas" ujar Angkasa, dan melepaskan handuk yang ia pengang.

Angkasa segera berjalan menjauh dari Embun, Embun hanya menatap kepergian Angkasa dengan rasa bersalahnya.

Embun meneteskan air matanya, perasaan takut tiba-tiba datang dalam jiwanya.

"Angkasa," panggil Embun dan berjalan lebih cepat.

"Angkasa! Sa!" teriak Embun, turun dari tangga.

Embun melihat Angkasa yang berjalan keluar, menaiki mobilnya. Lalu, Embun berlari kecil meyusul Angkasa.

"Angkasa!"

Angkasa seolah-olah tuli, dengan panggilan istrinya. Angkasa segera menjalankan, mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata.

"Angkasa!" teriak Embun, terisak.

Embun mengelap air matanya, ia harus bagaimana sekarang? Angkasa benar-benar marah kepadanya.

Embun berjalan menuju rumahnya dengan terisak pelan, mengapa semuanya menjadi seperti ini.

"Maaf Sa," isak Embun.

Embun segera menyalakan handphonenya, dan mencari no Angkasa. Namun tidak aktif, Embun terlihat prustasi.

Embun melihat semua ruangan, dengan kebingungan. Apa yang harus ia lakukan sekarang?

Embun memeluk lututnya, dan terus menangis dengan isakan pilunya.

"Ayah,"

"Embun rindu ayah,"

Mengapa saat menstruasi kali ini, Embun sangat cengeng dengan hal sepele. Biasanya, ia akan terlihat kuat.

Embun merebahkan tubuhnya dikursi ruangan tengah, sambil menunggu Angkasa pulang.

Embun masih saja terisak, dan mulai memejamkan matanya yang terasa mengantuk.

¥¥¥

Embun membuka matanya, setelah beberapa jam tertidur. Saat dia membuka matanya, mengapa dia sudah berada dikamar?

"Apa Angkasa udah pulang?" tanyanya, pada dirinya.

"Sa?" panggil Embun.

Tring!

Tiba-tiba handphone Embun menyala, dan Embun segera membuka handphonenya.

Angkasa:

Aku ada, jangan cari aku dulu. Aku lagi mau sendiri, jangan lupa makan. Sore aku pulang

I love you❤️

Embun kembali terisak, setelah membaca chat dari suaminya. Apa Angkasa benar-benar lelah?

"A-ku emang, engga baik jadi istri Sa" ujar Embun, disela isakannya.

"Maaf,"

Kamar ini dipenuhi dengan isakan pilu, dari mulut indah seorang Embun. Yang biasanya, kamar ini dipenuhi dengan canda dan tawa pasangan suami istri.

Embun menatap sebelah kiri laci kamarnya, terlihat foto dirinya dan Angkasa yang sedang tertawa bahagia.

"Maaf Sa,"

TBC
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡

Luka_10

After EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang