Izin

378 66 3
                                    

Embun sangat terlihat bahagia dengan Angkasa didepan sana, kebahagiaan mereka. Membuat salah satu hati, hancur.

"Seharusnya kita engga, kesini Rel"

"Maaf kak." ucap Farrel lirih.

Perempuan itu segera berjalan pulang, dan Farrel mengikut arah pulang perempuan itu. Ada rasa bersalah, didalam diri Farrel.

"Udah pulang sana." perintah Embun.

"Gue mau ketemu ayah dulu" ujar Angkasa.

"Masuk." perintah Embun.

Angkasa segera berjalan masuk lebih dulu, karena Embun sedang menutup pintu utama.

"Ayah mertua!" teriak Angkasa.

"Yuhuuuu.. calon menantumu datang!" teriak Angkasa lagi.

Tiba-tiba ada yang menjewer telinga Angkasa, membuatnya meringis kesakitan.

"Aww.. sakit!" ringis Angkasa.

"Jangan gitu! Nanti ayah denger!" ujar Embun kesal.

"Emang kenapa? Kan bener, gue calon menantu ayah Elang" ucap Angkasa.

Embun semakin menarik telinga Angkasa, membuat Angkasa meringis kesakitan.

"Ini kenapa si? Kok berantem?" tanya seseorang, membuat Embun segera melepaskan jewerannya.

"I-ni ayah, Angkasanya ngeselin" ucap Embun.

"Emang kenapa si? Kan emang bener, Angkasa akan menjadi menantu ayah" ujar Elang.

Embun membulatkan matanya, mengapa orang-orang hari ini. Sangat menyebalkan? Pikir Embun.

"Ih!"

Embun menghentakan kakinya, dan segera berjalan menuju kamarnya. Tanpa, memikirkan keberadaan Angkasa.

"Jangan ngambek! Nanti gue nikahin lo sekarang coba!" teriak Angkasa.

"Berisik lo!"

Elang hanya bisa menggelengkan kepalanya, dan terkekeh pelan. Dengan kelakuan putrinya, dan Angkasa.

¥¥¥

Angkasa sudah pulang dari rumah Elang, dan sedang bersantai-santai diruangan tv. Bersama, dengan Argan disampingnya.

"Kalo aku nikahin Embun gimana ya pih?" tanya Angkasa.

Argan segera melirik putranya, dan tertawa kecil. Mengapa anaknya ini?

"Kamu masih SMA! Jangan mikirin nikah dulu." ujar Argan.

"Bosen sekolah pih, jenuh. Aku mau punya pasangan hidup" ujar Angkasa lirih.

"Alah! Masih ngompol juga, so soan nikah" ucap Argan meledek.

"Kebelet namanya juga!" ujar Angkasa.

Argan hanya bisa dibuat geleng-geleng dengan putranya ini, masih kelas 11 SMA sudah minta izin nikah saja.

"Iya boleh, asal kamu udah bisa urus perusahaan papi" ucap Argan.

Angkasa mengganggukan kepalanya, dengan antusias.

"Oke! Nanti aku nikah?" tanya Angkasa.

Dengan pasrah, Argan mengganggukan kepalanya. Kalaupun tidak diizinkan, Angkasa pasti akan terus memaksa Argan untuk mengiyakan.

"Aku juga mau izin ke bunda" ujar Angkasa.

"Bunda Embun! Aku akan menikahi putrimu!"

Argan segera menyomot mulut Angkasa, bisa-bisanya dia berteriak dimalam hari ini.

"Kayak orang gila kamu! Jangan teriak-teriak!"

Angkasa hanya bisa terkekeh, dengan menggarukan kepalanya yang tidak gatal.

¥¥¥

"Bunda, tadi orang orang pada aneh tau!" adu Embun.

"Masa aku kelas 2 SMA, mau dinikahin! Marahin ayah dong bunda" adu Embun lagi.

Embun memeluk foto bundanya dengan erat, tidak pernah bertemu tapi cintanya begitu besar.

Tidak pernah bertatap muka, namun terasa rindu.

"Malam bunda."

TBC
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡

Komen dong! Biar tambah semangat!

Luka_10

After EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang