Embun dan Angkasa sedang berada dikantin, bersama dengan Aurora dan Farrel.
Embun sedang memakan mie ayamnya, walaupun sudah Angkasa larang untuk memakan mie.
Embun tetap lah Embun, keras kepalanya masih menjadi ciri khas seorang Embun.
"Makan yang bener" tegur Angkasa, dan menghapus bekas mie dibibir Embun.
Aurora menatap mereka, hatinya menahan sesak dengan kedekatan keduanya. Aurora segera meminum, es tehnya.
"Eu-h gue ke toilet dulu ya kebelet" pamit Aurora, dan segera berjalan menjauh dari kantin.
Farrel menatap sekeliling, dan menatap kepergian Aurora yang sudah menjauh dari pandangannya.
"Eh, gue juga mau ke kelas dulu ya" pamit Farrel lagi.
Embun dan Angkasa mengganggukan kepalanya, dan Farrel segera beranjak dari duduknya.
"Bisa barengan gitu" ujar Angkasa.
¥¥¥
Aurora sedang berada dibelakang sekolah, air matanya menetes begitu saja. Aurora menahan, sesak didadanya.
"Sakit?" tanya seseorang, membuat Aurora segera membalikan badannya.
"Fa-rrel?"
Farrel segera mendekat dan duduk disamping Aurora, memberikan sapu tangannya.
"Kenapa engga jujur?" tanya Farrel.
Aurora menerima sapu tangan dari Farrel, dan menghapus air matanya.
"Kalo gue jujur, gue egois." jawab Aurora.
"Kenapa? Kok egois?" tanya Farrel.
"Ya gue egois, mentingin diri gue sendiri. Kalo gue jujur, gue suka cinta sama Angkasa. Embun akan rela ninggalin Angkasa, demi gue Rel. Yang terluka bukan satu orang, tapi semuanya" jelas Aurora, dengan air mata yang terus mengalir.
Farrel terdiam sejenak, dan menatap lurus kedepan. Aurora masih terus menangis, hatinya sakit.
"G-ue yang salah, engga seharusnya gue punya perasaan ke Angkasa" ucap Aurora, pelan.
Farrel menatap Aurora, yang terus saja terisak disampingnya. Dan mengerutkan, halisnya.
"Walaupun aku masih kelas 1 SMA, jauh 2 tahun dibawah kakak. Tapi aku paham, sakitnya" jawab Farrel lemah.
Aurora tersenyum kecil, mendengar ucapan Farrel barusan. Aurora menarik nafasnya, dan membuangnya secara perlahan.
"Gue mau coba berhenti." ucap Aurora, dan menatap langit.
"Bukan karena perasaan gue juga, ikut berhenti. Gue cuma menyadari, bahwa. Cowo yang gue cintai selama ini, adalah pacar sahabat gue sendiri" lanjut Aurora.
"Hidup bukan hanya tentang, perihal memperjuangkan. Tetapi juga perihal memilih, antara mempertahankan atau melepaskan" ucap Aurora.
Farrel tersenyum tipis, dan memeluk Aurora. Membuat Aurora, memiliki bahu yang selama ini ia butuhkan.
"Embun udah banyak merasakan kehilangan, gue engga mau dia kehilangan untuk kesekian kalinya" ucap Aurora pelan, didalam dekapan Farrel.
"Gue relakan Angkasa,"
¥¥¥
"Mereka bakal balik lagi engga ya?" tanya Embun.
Angkasa dan Embun masih berada dikantin, menunggu kedatangan Aurora dan Farrel.
Angkasa melihat sekeliling kantin, mencari Aurora dan Farrel.
"Kayaknya engga bakal deh," jawab Angkasa.
Angkasa melihat jam dipergelangan tangannya, jam menunjukkan pukul 11.23.
"Ke kelas Aya yu, tujuh menit lagi masuk" ajak Angkasa.
Embun mengganggukan kepalanya, "ayo" jawab Embun.
Embun dan Angkasa segera beranjak dari duduknya, dan berjalan menuju kelas. Dengan sesekali, melihat sekeliling kantin.
"Bahagia selalu."
"Biarin gue yang nahan semuanya, asalkan kalian selalu bersama."
TBC
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡Luka_10
KAMU SEDANG MEMBACA
After Embun
Teen FictionBIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA REVISI DILAKUKAN SETELAH CERITA SELESAI diusahakan untuk membaca cerita Embun terlebih dahulu. Agar tau, alur ceritanya bagaimana. Agar, tidak salah paham. Embun Ravandra Praciska, memang bukanlah bagian keluarga Rava...