Pesan

395 64 2
                                    

Embun sedang berada diruangan tamu, sibuk menonton tv dan sesekali memakan Snack yang berada di sekitarannya.

Dengan sesekali tersenyum, dan tertawa walaupun tidak menggelengar. Mampu, membuat hatinya bahagia.

"Mbun"

Embun segera mengecilkan volume, tv. Lalu berbalik, menatap ayahnya. Walaupun Embun, kejam dan sering bulak-balik ruangan BK.

Dia tau, sopan santun. Dan attitude saat, berbicara dengan orang tua.

"Kenapa ayah?" tanya Embun.

Elang mendekat, lalu duduk disamping Embun. Elang tersenyum hangat, dan mengelus rambut putrinya.

"Embun bahagia?" tanya Elang.

Embun mengganggukan kepalanya, masih menatap sang ayah dengan dalam.

"Embun akan selalu bahagia, kalo ada disamping ayah. Ayah jangan pergi, biar Embun gak sedih" ucap Embun pelan.

Elang terkekeh pelan, lalu memegang kedua tangan putrinya. Dan mengelusnya, dengan lembut.

"Pertemuan sudah berhubungan sangat erat, dengan perpisahan nak" jawab Elang.

"Saat kita berpisah, suatu saat nanti. Itu pasti, akan menjadi patah hati pertama dan paling menyakitkan yang Embun rasain ayah" ucap Embun, bergetar.

Elang tersenyum, lalu memegang kedua pipi putrinya. Matanya berkaca-kaca ingin menangis, namun Embun tahan.

"Peran apa yang ayah paling sukai?" tanya Embun.

"Peran menjadi ayah Embun" jawab Elang, dengan senyumannya.

"Peran yang sama sekali engga mudah, ayah harus membesarkan Embun sendiri. Tanpa, bunda" lanjut Elang.

"Ayah bukan hanya seorang ayah, tapi juga seorang bunda. Aku sama sekali engga kekurangan, kasih sayang bunda. Karena itu, semua udah ayah berikan buat Embun" ucap Embun.

"Walaupun tidak mudah, ayah menikmati peran ayah. Dan memiliki putri seperti kamu, adalah anugrah yang terindah yang telah Allah berikan untuk ayah" ujar Elang.

Embun tersenyum, tanpa aba-aba air matanya jatuh menetes. Elang tersenyum hangat, dan menghapus air mata putrinya dengan lembut.

"Jangan pernah, bosan berbuat baik untuk orang lain." ucap Elang.

"Jangan pernah menyerah saat masalah datang, jangan putus harapan. Saat kamu terjatuh, datang ke ayah ya sayang. Peluk ayah" ujar Elang.

Embun menganggukan kepalanya, dan segera memeluk Elang dengan erat. Air matanya, tumpah sore ini dibahu tegas milik ayahnya.

"Tapi, sebelum ayah pergi. Ayah mau liat, putri cantik ayah menikah" lanjut Elang.

"Ayah bakal terus sama Embun!" ujar Embun, disela isakannya.

"Kalo ayah pergi, Embun sama siapa ayah? Embun sendirian" lanjutnya.

Elang memeluk Embun, dengan erat. Dan mencium, pucuk kepalanya putrinya cukup lama. Elang meneteskan air matanya. Apa dia siap? Jika suatu saat harus meninggalkan Embun.

"Ayah akan berjuang sekuat ayah.."

¥¥¥

Hari sudah malam, Embun sedang berbaring ditempat tidurnya. Dengan menatap foto, orang tuanya.

Embun mengambil foto satunya, foto bundanya yang begitu sangat cantik. Senyuman tulusnya.

"Bunda, ayah tadi bicara tentang kepergian lagi" adu Embun.

"Kalo ayah pergi, Embun sama siapa bunda?" tanya Embun, dengan bergetar.

"Ayah adalah cinta pertama dan terindah yang, Embun punya." lanjut Embun.

Embun menghapus air matanya, dan memeluk foto kedua orang tuanya dengan erat.

Dia menangis tersedu-sedu dikamar yang bernuansa, biru langit yang indah itu. Malam ini, dia habiskan dengan air mata.

"Ayah adalah bahagianya Embun..."

TBC
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman🧡

Jangan lupa komen hihi.

Aku ikut nangis:)

Luka_10

After EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang