Minta Adik?

346 54 14
                                    

"Hoek.. Hoek.."

Angkasa segera mendekat kearah Gara, dan segera memangkunya. Dan berjalan, kebawah untuk membawanya kepada istrinya.

"Sayang! Gara nangis!" ucap Angkasa, sedikit berteriak.

"Bawa kesini!" perintah istinya.

Angkasa sedikit cepat, membawa bayinya menuju Embun Yang sedang duduk dikursi ruangan tamu.

Embun segera mengambil alih, anaknya dari pangkuan suaminya. Dan, segera memberikan asi kepada anaknya.

"Anak Dady lapar ya?" tanya Angkasa, dengan sedikit mencubit pipi anaknya yang sedang menyedot ASI.

Angkasa mengelus pelan-pelan, pipi gembul Gara. Embun hanya bisa tersenyum, menatap anaknya.

"Udah dong, gantian ayah yang nenen" ujar Angakasa.

Embun segera mencubit perut suaminya, membuat Angkasa sedikit meringis kesakitan.

"Awww... Sakit sayan." adu Angkasa.

"Makanya! Jangan gitu!" larang Embun.

"Kayaknya, Gara udah siap jadi Abang deh Yang."

Embun spontan menatap suaminya, dengan mata yang sudah melotot siap untuk menghabisi suaminya itu.

"Kamu aja yang lahirin mau hah?" tanyanya.

"Itukan kewajiban kamunya yang, kenapa kamu nawarin ke aku?" tanya Angkasa, membuat Embun mendengus.

Embun segera berdiri, dan menginjak kaki suaminya membuat Angkasa meringis kesakitan.

"Banyak anak, banyak rezeki yang!"

"Berisik kamu! Gara lagi bobo!" teriak Embun.

"Kamu juga, jangan teriak dong!"

Embun segera menutup mulutnya, dan mengelus rambut putranya dengan lembut penuh kasih sayang.

"Maafin, momy ya sayang. Lupa," cengegesnya.

¥¥¥

"Gara udah tidur?"

Embun membalikan badannya, dan mengganggukan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan suaminya.

Angkasa sedikit mengintip, putranya yang sudah tertidur dengan pulas di box bayi milik putranya.

"Semenjak Gara lahir, kira jarang ngabisin waktu berdua" keluh Angkasa, dan memeluk istrinya dari belakang. Lalu, melilitkan kedua tangannya diperut istrinya.

"Dan, semenjak kamu koma" sindir Embun.

Angkasa hanya bisa memperlihatkan, cengirannya kepada istrinya itu. Angkasa, semakin mempererat pelukannya.

"Aku sayang kamu.."

Bisik Angkasa tepat ditelinga istrinya, membuat Embun sedikit menegangkan badannya.

"Geli Sa,"

Angkasa mencium dengan lembut, pipi istrinya dengan memejamkan matanya menikmati setiap kehangatan.

"Yaampun, aku lupa lagi masak!" teriak Embun, dan segera berlari kebawah membuat Angkasa terdiam.

Angkasa berpikir sejenak, "Embun kan engga masak." monolognya.

"Kamu bohong! Kamu kan lagi engga masak!" teriak Angkasa, yang merasa dibohongi oleh istrinya itu.

"Ah! Gue kan cuma mau itu!"

¥¥¥

Angkasa memeluk istrinya yang sedang tertidur dengan pulan, membelai wajah mulus Embun dengan lembut.

"Aku kangen kamu," ujar Angkasa, dengan suara khas bangun tidur.

Lalu, ia mencium kening istrinya cukup lama. Embun perlahan membuka matanya, ia sudah disuguhkan dengan wajah tampan suaminya.

"Udah bangun?" bisik Angkasa.

Angkasa semakin mendekatkan wajahnya, Embun hanya bisa menatap mata suaminya dan tersenyum tipis.

Saat sudah mendekat, keduanya dikagetkan dengan tangisan Gara. Yang membuat Embun, menjauhkan tubuh suaminya.

"Iya sayang, momy datang!" Embun segera beranjak dari tidurnya, dan mengikat rambutnya dengan terburu-buru.

"Yaampun Gara! Dady mau berdua sama momy dulu!" ujar prustasi, dari Angkasa.

TBC
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡

Baru bisa up lagi nii hehe

Luka_10



After EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang