Amora Pranciska Darmawangsa

144 24 7
                                    

Embun sudah dipindahkan keruangan inap, dengan Angkasa yang disampingnya. Box bayi, yang sedang terlelap dengan nyamannya.

"Cantik,"

Embun tersenyum, dengan menampakkan gigi putih rapihnya. Kepada Elice, yang memuji putrinya.

"Kulitnya putih,"

"Seperti kamu dan Angkasa," lanjutnya membuat keduanya tersenyum.

"Makasih omah,"

Elice mengelus pipi cucunya itu, "siapa namanya?" tanya Elice menatap Embun dan Angkasa.

"Sudah kalian siapkan?"

"Sudah omah," jawab Angkasa.

"Apa? Siapa?" tanya Farrel beruntun.

"Amora Pranciska Darmawangsa" jawab Angkasa, dengan menatap istrinya itu.

"Pranciska marga dari bunda Embun, dan Darmawansyah marga dari papa." jelas Angkasa.

"Hallo Amora," sapa Cantika membuat Embun tersenyum.

Gara yang duduk didepan orang tuanya, hanya bisa terdiam. Dengan memainkan kedua jarinya, menatap bayi kecil itu sedikit tajam.

Apakah Gara cemburu? Karena semua perhatian semua orang, kepada Amora? Sungguh lucu putra kecil ini.

"Kenapa engga ada yang nanya Abang? Kenapa engga ada yang ngajak main Abang?" tanya Gara, membuat semua orang menatapnya.

"Kenapa cemua olang, sayang ke Dede bayi aja? Udah engga sayang Abang?" tanyanya lagi, dengan menahan tangis.

"Eng-"

Sebelum Angkasa selesai berbicara Gara segera berlari dengan isakan, tangisannya. Saat Angkasa akan berlari, namun dihentikan oleh Farrel.

"Biar gue aja bang, Gara bakal susah kalo lo yang coba jelasin ke dia." ucap Farrel, dan segera berlari mengejar Gara.

Angkasa segera membalikan tubuhnya, dan menatap sang istri yang sudah terisak didekapan Cantika.

"Abang, Abang!"

"Ehh, Abang berenti" perintah Farrel, dan segera menggapai tangan mungil milik Gara.

"Lepasin! Om Farrel, momy, Dady cama omah engga sayang Abang lagi!" teriak Gara.

"Hei, hei. Siapa yang ngajarin Abang buat bicara teriak?" tanya Farrel, membuat Gara terdiam.

Gara menghapus jejak air matanya, dan juga ingusnya. Membuat, Farrel tersenyum dengan tampan.

"Oh om tau, Dady sama momy ya? Yang ajarin Abang teriak-teriak?" tanya Farrel, membuat Gara mendongkakan kepalanya menatap Farrel.

"Engga, momy cama Dady engga pelnah ajalin Abang teliak-teliak! Om, jangan fitnah!" geram Gara, membuat Farrel tertawa renyah.

"Momy sama dady jahat engga, sama Abang?" tanya Farrel, membuat Gara menggelengkan kepalanya.

"Pernah marahin Abang?" lagi-lagi, Gara menggelengkan kepalanya.

"Suka beliin Abang mainan?" Gara mengganggukan kepalanya.

Farrel tersenyum tipis, dan memegang pundak kecil Gara. Lalu, menatap kedua bola mata kecil itu.

"Berarti Dady sama momy sayang sama abang, mereka suka kasih apa yang Abang mau. Cuman, sekarang Abang udah punya Dede bayi jadi kasih sayangnya sedikit terbagi" jelas Farrel, membuat Gara terdiam.

"Abang seneng punya adik baru?" tanya Farrel lagi.

"Seneng om, Abang suka nunggu Dede kelual dari pelut momy" jawab Gala dengan polosnya.

After EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang