Parkiran

458 68 2
                                    

Embun sedang berjalan dengan Angkasa menuju sebuah parkiran, mereka sudah mengisi perutnya.

Embun dan Angkasa terus berjalan, dengan sesekali mengobrol dan tertawa kecil untuk memberikan suasana hangat.

Seketika Embun dan Angkasa terdiam sejenak, saat melihat satu orang cowo dan dua orang cewek.

Mengapa perempuan yang diikat rambut dua seperti dibentak oleh laki-laki itu? Embun ingin mendekat, namun Angkasa menahannya.

"Jangan cari masalah." larang Angkasa.

"Ini tentang harga diri." Jawab Embun dingin.

Embun segera berjalan menuju ketiganya, wanita itu sudah menangis dengan sesenggukan.

"Ke-napa kamu jahat sama aku?" tanya wanita itu, gemetar.

"Sadar dong! Lo itu engga secantik Anya! Gue malu bawa Lo jalan, miskin!" hina laki-laki itu.

Wanita disebelahnya itu, tersenyum puas. Sudah dipastikan, dia yang bernama Anya.

"Seganteng apa Lo? Sekaya apa kehidupan Lo? Setinggi apa derajat Lo?" tanya Embun, dengan dingin.

Laki-laki itu berdecak, dan memandang Anya sesekali.

"Engga usah ikut campur!" bentak laki-laki itu.

Embun segera mendekat, dan semakin dekat dalam pandangan laki-laki itu. Dengan tatapan, dinginnya.

"Ini memang bukan urusan gue, tapi ngehajar cowo modelan Lo! Adalah urusan gue!" bentak Embun.

Anya semakin mempererat pelukannya ditangan laki-laki itu, Embun tersenyum miring melihatnya.

"Gatel mbak? Sampe cowo orang, Lo ladenin." cibir Embun.

"Berisik lo! In-"

"Iya apa?! Ini bukan urusan gue?! Iya jelas, ini bukan urusan gue. Tapi, gue engga bisa diem aja! Saat lo ngehina, dan ngejelek-jelekin dia!" bentak Embun.

Seketika semuanya berkumpul untuk melihat perdebatan itu, Angkasa mendekat dan memandang wajah laki-laki itu.

"Lo manusia apa bukan hah?!" bentak Embun lagi.

"Kalo Lo emang manusia, bersikap selayaknya manusia. Bukan kayak binatang gini!"

Laki-laki terdiam, tanpa mampu membalas bentakan dari Embun. Tangannya terkepal, wajahnya memerah padam menahan amarah.

"Gue tau lo kaya, tapi gue ingetin. Kekayaan Lo, bisa tuhan ambil kapanpun itu" ujar Embun, tenang.

"Binantang."

Saat laki-laki itu akan memainkan tangannya, menampar Embun. Angkasa sudah lebih, dulu menahan tangannya.

Angkasa memandang laki-laki itu dengan tajam, berani-beraninya dia bermain tangan.

Embun tidak sama sekali menghindar saat laki-laki itu, mengangkat tangannya. Dia tidak takut, jika ia terluka.

"Lo memang binatang" ucap Angkasa pelan.

"Lo banci! Beraninya sama perempuan, kalo Lo berani lawan gue sekarang" ujar Angkasa.

Angkasa segera melepaskan cengkramannya dilengan, laki-laki itu dengan kasar.

"Lo akan mati ditangan gue, kalo sampe dia Lo lukain" ucap Angkasa, menunjuk Embun.

Embun memandang Angkasa, lalu tersenyum tipis karena perkataan Angkasa barusan.

Laki-laki memegang tangannya yang sakit, dan memandang wanita culun itu dengan tatapan sulit diartikan.

Laki-laki itu segera membawa Anya, pergi jauh dari parkiran. Semua, menyurakinya.

Embun melihat sekeliling, ternyata ada yang berani memvideokan sampai memfoto kejadian barusan.

"Kalo ada yang sampai post, foto dan video barusan. Gue pastiin kalian, mati dengan cara mengenaskan!" teriak Embun.

Seketika semuanya menurunkan handphonenya, dan pergi menjauh dari Embun, Angkasa dan wanita itu.

Embun membalikan badannya, dan menatap gadis itu yang sedang menangis dan menunduk ketakutan.

"Engga usah takut, semuanya udah selesai. Dia engga akan, berani ganggu Lo lagi" ucap Angkasa.

"Maaf gue campuri ur-"

"Engga papa kak, aku justru berterimakasih sekali sama kakak" ucap gadis itu, memotong ucapan Embun.

"Jika tanpa kakak, aku engga tau nasib aku akan bagaimana. Mungkin akan terus, dihina" ujar gadis itu bergetar.

"Iya."

TBC
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡

Jangan lupa vote dan komen ya!

Ajak temen kalian juga, buat baca. Biar aku, tambah semangat lagi!

Luka_10



After EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang