Embun dan Angkasa sedang berada dimobil, Embun sangat ingin berjalan-jalan ke mall.
Apakah ini bisa disebut ngidam? Keinginan calon ibu, juga keinginan calon bayi bukan?
Setelah sampai Angkasa keluar terlebih dahulu, dan membukakan untuk istrinya. Embun tersenyum manis, membuat Angkasa ikut tersenyum.
Pasangan suami istri itu, segera berjalan menuju mall. Embun terus saja, melihat kesana dan kesini.
Dimata Angkasa, hari ini. Embun sangat menggemaskan, seperti anak kecil.
Tiba-tiba Embun akan terjatuh, menabrak seseorang. Angkasa dengan cepat menahan tubuh istrinya agar tidak jatuh.
"Kamu, hati-hati dong!" peringat Angkasa.
"Mohon maaf ya Bu, istri saya tidak sengaja" ucap Angkasa.
"Oh tidak apa-apa, saya juga salah. Kalau begitu, saya duluan ya" ujar wanita paru baya, tersebut.
Angkasa dan Embun mengganggukan kepalanya, Angkasa kembali menatap istrinya. Dan, mengelus perut ratanya.
"Untung, anak kita engga apa-apa" ujar Angkasa.
"Anak? Istri? Jadi, Embun dan Angkasa udah nikah? Mereka udah mau punya anak?" gumam seorang, laki-laki.
Pria tersebut, mengepalkan tangannya. Wajahnya merah padam, menahan emosi.
"Akan gue hancurin kalian!"
¥¥¥
Hari sudah mulai sore, Embun dan Angkasa segera pulang menuju rumahnya. Embun sudah terlelap, dikursi depan mobil.
Angkasa masih sibuk menyetir, dengan sesekali menatap wajah damai istrinya.
Saat sudah sampai didepan rumah, Angkasa tidak membangunkan istrinya. Ia mengendong Embun, menuju kedalam rumah.
Tiba-tiba, ia terkaget dengan laci kamarnya yang terbuka. Apakah ada orang asing masuk kedalam rumahnya?
Setelah menidurkan Embun, ditempat tidur. Angkasa segera berjalan, CDnya masih ada.
Angkasa memegang CDnya, "terus kenapa lacinya terbuka?" tanya Angkasa bingung.
Angkasa mencoba untuk tidak memikirkan hal aneh lainnya, Dan segera berjalan menuju tempat tidurnya.
¥¥¥
"Ayah,"
Fano segera menatap putri satu-satunya itu, "kenapa sayang? Ada yang mau ditanyakan?" tanya Fano, dengan senyumannya.
"A-yah pernah, cinta sama seseorang? Tapi, ternyata dia udah punya pasangan?" tanya Aurora ragu.
Fano menyungingkan senyumnya, "iya Ayah pernah" jawabnya.
"Lalu apa yang ayah lakukan?"
Fano membuang nafasnya perlahan, "walaupun ayah sayang dan cinta sama dia. Ayah, engga pernah ada niatan untuk rebut dia dari pasangannya" jawabnya.
"Ayah akan mencoba selalu ada disisi dia, saat dia membutuhkan sandaran"
"Engga semua cinta, harus memiliki sayang" lanjut Fano.
Aurora terdiam ditempatnya, dengan apa yang dikatakan oleh ayahnya barusan. Hatinya, sedikit lega.
"Melihat dia bahagia, adalah kebahagiaan kita juga bukan?" tanyanya.
Aurora mengganggukan kepalanya, lalu tersenyum dengan tipis.
"Mengapa, nasibku dulu sama seperti putriku ini?" batin Fano.
¥¥¥
"Arrrgh!"
Cantika segera mendekat ketempat putranya itu, Farrel sangat terlihat prustasi didepan komputernya.
"Kenapa si Rel?" tanya Cantika.
"Aku kalah terus Bun! Aku kesel ah, aku engga mau main lagi!" ucap Farrel, dan membuang mukanya.
Cantika hanya bisa terkekeh, dan mengacak rambut putrinya itu degan gemas.
"Masa jagoan ayah, nyerah" ucap seseorang, membuat Cantika dan Farrel menatapnya.
"Kesel yah! Aku sepuluh jam, main engga menang-menang!" keluh Farrel.
"Oh iya, menyerahlah" jawab Baskara.
Cantika hanya bisa tertawa dengan kelakuan, anak dan ayah itu. Cantika membawa piring kotor, bekas Farrel makan siang tadi.
Cantika berjalan turun kebawah, untuk menyelesaikan masaknya untuk makan malam nanti.
¥¥¥
"Kita akan mulai semuanya,"
"Besok," ucapnya dengan senyum liciknya.
TBC
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡Luka_10
KAMU SEDANG MEMBACA
After Embun
Teen FictionBIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA REVISI DILAKUKAN SETELAH CERITA SELESAI diusahakan untuk membaca cerita Embun terlebih dahulu. Agar tau, alur ceritanya bagaimana. Agar, tidak salah paham. Embun Ravandra Praciska, memang bukanlah bagian keluarga Rava...