Sakit

409 61 0
                                    

Embun sedang berada didapur bersama dengan Elang. Dengan sesekali, mereka tertawa renyah dihari Minggu ini.

Saat Elang menghidupkan kompor, pening dikepalanya terasa sangat nyeri. Namun, ia berusaha agar sadar.

Ternyata hidungnya sudah mengeluarkan darah, Elang menatap Embun yang sedang sibuk memotong sayuran.

Elang menahan darah dihidungnya, agar tidak terus keluar dari hidungnya. Nyeri dikepalanya, terasa sangat sakit dari biasanya.

Brak..

"Ayah!"

Embun segera berlari kecil menuju Elang, darah ditangannya sudah terlihat banyak. Darah dihidungnya terus saja mengalir, Embun menepuk pipi ayahnya.

Embun melihat sekeliling dengan panik, dan berlari menuju garasi. Untuk meminta supir, membantunya.

"Pak! Tolongin ayah pak!" teriak Embun, yang terlihat sangat khawatir.

Pak Sudirman, segera berlari kecil bersama dengan Embun didepannya. Saat melihat keberadaan Embun, pak Sudirman segera menggangkat Elang yang dibantu oleh Embun.

"Ayah, bertahan ya. Sebentar lagi kita sampai" ujar Embun, saat sudah berada didalam mobil.

"Cepet pak."

"Siap non!"

Embun kalut sekarang, melihat wajah Elang yang sudah sangat pucat. Membuat hatinya menjerit, dan menangis.

Saat sudah sampai dirumah sakit, Elang segera dilarikan kedalam ruangan. Dan diperiksa, oleh dokter.

Embun segera mengambil handphonenya, dan segera menelpon Angkasa. Untuk menemaninya, disini.

Setelah sudah ditelepon, Angkasa segera bergegas menuju rumah sakit. Embun terus saja, mondar mandir.

Matanya sudah basah, dia takut. Terjadi sesuatu hal, yang tidak diinginkan.

"Gimana dok? Keadaan ayah saya?" tanya Embun, saat dokter keluar dari ruangan.

"Pasien terkena leukimia limfositik akut, atau bisa juga dibilang leukimia imfoblastik akut. Penyakit ini leukemia ini terjadi ketika sumsum tulang terlalu banyak memproduksi sel darah putih jenis limfosit yang belum matang" jawab sang dokter.

"Pasien sudah tidak bisa menerima kemoterapi." lanjut dokter.

Embun tersungkur kebawah, hatinya sakit saat mendengar penuturan dokter. Embun menangis, terisak-isak dibawah lantai.

"Embun!" teriak Angkasa.

Embun membalikan tubuhnya, Angkasa segera berlari dan memeluk tubuh Embun yang rapuh.

"A-yah Sa, ayah" isak Embun.

"Ayah Elang, pasti sebuh Mbun. Shutt.. jangan nangis" ucap Angkasa menenangkan.

Embun terus saja menangis didekapan Angkasa, dengan sesekali Angkasa mencium puncak kepala Embun dengan lembut.

¥¥¥

"Ayah kenapa engga bilang? Kalo ayah sakit?" tanya Embun.

Elang tersenyum tipis, "ayah engga mau ngerepotin banyak orang" jawab Elang lemah.

Embun segera memeluk Elang, dan menangis tersedu-sedu didada Elang.

"Embun sayang ayah" ucap Embun, dengan  air mata yang terus saja mengalir.

Elang mengelus lembut kepala putrinya, Angkasa memegan pundak Embun yang terus saja naik turun.

"Hey, sayang lihat ayah" ucap Elang.

Embun melepaskan pelukannya, dan menatap wajah tenang Elang. Elang memegang, tangan putrinya.

"Sebelum ayah pergi, ayah mau lihat putri ayah menikah" ujar Elang pelan.

Embun terdiam dengan permintaan ayahnya, Embun menatap Angkasa. Angkasa hanya tersenyum, tipis.

"Ayah mau, kalian menikah"

Embun terdiam ditempatnya, dan menatap Angkasa kembali. Angkasa tersenyum, mengganggukan kepalanya.

"Aku mau ayah." ujar Angkasa, membuka suaranya.

Elang tersenyum hangat, dan kembali menatap putrinya yang masih terdiam. Setelah mendengar, permintaan Elang.

"Ayah ingin pergi dengan tenang," ucap Elang.

"Kita bicarakan dulu diluar ya ayah, ayah istirahat" perintah Embun.

Embun segera beranjak dari duduknya, berjalan keluar. Dengan diikuti oleh, Angkasa dibelakangnya.

Saat sudah sampai ditaman belakang rumah sakit, Embun dan Angkasa segera duduk dikursi taman.

"Jangan jadiin ini beban Sa," ucap Embun pelan.

"Gue mau menikah satu kali dalam hidup gue." lanjut Embun.

"Gue ngerasa, ini bukan sebuah beban. Gue siap nikahin lo, demi ayah Elang" jawab Angkasa.

"Dan juga cinta gue."

Embun menatap Angkasa dengan ucapan terakhirnya, Angkasa tersenyum dan menggenggam kedua tangan Embun.

"Jika lo, engga cinta sama gue. Coba menikah karena Allah, dan karena ayah Elang. Bukan karena gue" ucap Angkasa.

"Demi ayah, gue siap."

TBC
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡

Luka_10

After EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang