Janji

372 55 2
                                    

Embun dan Angkasa sedang berada, dimakan orang tua Embun. Embun membelai batu nisan ayahnya, dan juga bundanya.

Angkasa memegang bahu Embun, untuk membantunya bangkit. Karena, beban dibahunya cukup berat.

"A-ku bahagia, sama Angkasa ayah. Ayah juga bahagiakan? Disana." tanya Embun, dengan bergetar.

"Ayah sama bunda udah bertemu, ayah sama bunda engga akan merasakan sakitnya lagi." lanjut Embun.

"Kalian udah bahagia, udah ketemu kan?" tanya Embun.

"Embun kangen ayah" ucap Embun, dengan isakannya.

Angkasa sakit hatinya, saat melihat wanita yang ia cintai menangis. Dan sehancur ini, didepannya.

"Aku janji, akan menjaga Embun." ucap Angkasa, membuka suaranya.

"Ayah dan bunda jangan khawatir, aku akan selalu ada untuk Embun. Mencintai, menyanyangi, dan juga menjaganya" lanjut Angkasa.

"Aku engga akan biarin, siapapun nyakitin dia. Kalo ada yang berani, dia akan mati ditangan aku"

Embun tersenyum, lalu memeluk Angkasa. Dan terus saja mengucap syukur, karena dipertemukan dengan laki-laki hebat seperti Angkasa.

¥¥¥

Embun sedang terlelap disamping Angkasa, karena mereka berdua sedang berada dirumah Argan.

Angkasa memandang wajah cantik istrinya, dengan sesekali mencium gemas wajah Embun.

"Jangan biarkan satu tetes air mata, jatuh pelupuk mata indah Embun" ujar seseorang, membuat Angkasa segera membalikan tubuhnya.

"Kamu laki-laki, harus bisa bertanggung jawab dan menjaga istri kamu!" ujar Argan lagi.

Angkasa mengganggukan kepalanya, "Angkasa janji. Akan selalu menjaga dan menemani Embun, sampai kapanpun itu" jawab Angkasa dengan sungguh-sungguh.

"Ayah tau, kamu laki-laki hebat. Jangan hilangkan kepercayaan, orang tua Embun. Untuk menitipkan anaknya, ke kamu" ucap Argan.

"Walaupun mereka sudah tiada, merak bisa melihat semuanya" lanjut Argan.

Angkasa mengganggukan kepalanya, dan menatap papihnya. Lalu tersenyum, dengan hangat.

"Papih juga akan marah, jika Embun menangis walaupun hanya satu tetes. Karena kebodohan kamu dimasa depan" ujar Argan.

"Aku engga akan menyakiti Embun."

"Buktikan, jangan hanya omong kosong. Jika hanya berbicara, anak kecil lebih pandai" jawab Argan.

Angkasa terkekeh dengan ucapan papihnya barusan, "aku akan buktikan." ujar Angkasa.

Argan menepuk bahu Angkasa, tersenyum hangat. Lalu berjalan keluar, dari kamar Angkasa.

Angkasa menyungingkan senyumnya, lalu menatap Embun kembali. Embun masih tertidur, dengan tenang.

"Aku akan menjaga kamu."

¥¥¥

"Sa lagi ngapain?" tanya Embun.

Angkasa sama sekali tidak menjawab pertanyaan dari istrinya itu, dia masih sibuk dengan handphonenya.

"Sa?"

Angkasa sama sekali, tidak terusik dengan panggilan Embun. Embun hanya menatap datar Angkasa, lalu membuang mukanya.

"ANGKASA LO LAGI NGAPAIN!" teriak Embun, membuat Angkasa melempar handphonenya.

"Yaallah sayang!" gerutu Angkasa.

"Sibuk sendiri terus! Engga denger gue manggil?!" bentak Embun.

"Shutt.. jangan lo gue, kasar sayang" jawab Angkasa, dengan lembut.

Angkasa menyimpan handphonenya dilaci, dan membenarkan duduknya. Embun menatap lurus kedepan, dengan muka galaknya.

"Kok marah?" tanya Angkasa.

"Ya lo-"

"Shut..."

Angkasa menempelkan jari telunjuknya, dibibir Embun. Membuat Embun terdiam ditempatnya.

"Jangan lo, gue. Kasar, buat kita yang udah menikah" ujar Angkasa, mencoba memberi tahu Embun lagi.

Embun melepaskan jari telunjuk Angkasa dari bibirnya, dengan kasar. Dia kesal, Angkasa terus saja fokus dengan handphonenya.

Entah ada apa dihandphonenya, Angkasa terkekeh saat melihat Reaksi Embun. Marahnya sangat menggemaskan, Dimata Angkasa.

"Iya, maaf ya sayang. Kalo aku sibuk, dan fokus sendiri sama handphone" ujar Angkasa, dan memegang kedua tangan Embun.

Embun menepisnya dengan kasar, "diem! Engga usah, pegang-pegang!" bentak Embun.

"Yaudah."

Angkasa kembali membuka handphonenya, membiarkan Embun sendiiri.

Embun menatap Angkasa, lalu kembali menatap lurus kedepan. Mengapa rasanya sangat hampa?

Tidak bertahan lama kediaman Embun, Embun segera memeluk Angkasa dari samping.

Membuat Angkasa terkekeh, dan menyimpan kembali handphonenya. Dan membalas pelukan Embun.

"Hampa..."

"Jangan nangis lagi, aku engga suka liat kamu nangis lagi."

TBC
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡

Luka_10

After EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang