Surat

302 57 4
                                    

3 bulan kemudian...

Tepat dihari ini, adalah sembilan bulan kehamilan Embun. Angkasa selalu menemani Embun, hingga persalinan.

"Baby, bentar lagi lahir ya" ucap Angkasa, seolah berbicara dengan bayinya.

Brak!

Tiba-tiba ada suara yang sangat kencang didepan rumah mereka, Angkasa segera beranjak dari duduknya dan berlari menuju pintu utama yang diikuti oleh istrinya.

Ternyata ada sebuah boks, berukuran kecil. Angkasa segera membukanya, dan ada sebuah surat.

Gue, tantang Lo dua hari lagi. Di gedung Mahardika, jika Lo engga dateng. Gue pastiin anak Lo mati ditangan gue!

Bawa geng Lo yang pengecut itu HAHAHA.

"ANJING!"

Embun segera datang menghampiri suaminya, dan membaca surat dan mengambil sebuah kain yang dipenuhi oleh darah.

"Apa harus, kita bangkitkan lagi Black Wolf?" tanya Angkasa.

"Jangan berbuat hal yang membahayakan diri kamu sendiri!"

"Aku lebih baik mati! Dari pada harus kehilangan anak kita!" bentak Angkasa.

"Dan aku, akan bunuh dia! Yang berani nyakitin kamu, dan anak kita." lanjutnya, dan segera berjalan menuju mobil.

"Aku ikut!" teriak Embun.

"Engga usah! Kamu diem dirumah aja, kasian anak kita"

"Aku juga anggota Black Wolf! Kenapa engga boleh? Jangan, karena aku lagi hamil kamu anggap aku lemah!" bentak Embun.

Angkasa terdiam, dan segera mengganggukan kepalanya. Embun dan juga Angkasa, segera menaiki mobil menuju markas.

¥¥¥

Semua anggota Black Wolf, sudah berada di markas. Termasuk Aurora, dan juga Farrel. Mereka sedang menyusun rencana, untuk dua hari kedepan.

Memikirkan sebuah trik, setelah semua telah bertukar pikiran. Semuanya terdiam, sejenak.

"Apa kita engga bakal main rapih aja?" tanya Satria.

"Ini tentang nyawa anak gue! Gue ngga bisa diem aja, binatang kayak dia harus dikasih pelajaran!" bentak Angkasa, dengan amarah.

"Tenangin hati lo, tenangin emosi lo. Jangan kayak gini, kita harus pikirin dengan kepala dingin Sa." ujar Aurora.

"Apa tujuan dia, ngincar nyawa anak lo?" tanya Surya.

"Gue engga tau, maksud dia apa. Dan siapa dia, gue cuma nemuin boks kecil. Yang berisi, surat dan juga kain yang dipenuhi darah" jawab Angkasa.

"Gue mau, kita bekerja sama dan hal ini. Gue bakal ajak, om Baskara, om Udin, Om Fano dan juga papi gue." ucap Angkasa.

"Gue yang akan bicara sama bokap gue," ucap Farrel.

"Gue juga."

"Oke! Jangan sampe ada yang lengah, kita bunuh habis habisan ketua dan juga anggota gengnya."

"Kalian cari tau tentang ini,"

¥¥¥

Argan, Angkasa, Udin, Baskara, Fano dan yang lainnya sudah berada dirumah Argan. Membicarakan tentang, perang antara geng motor.

"Kita harus bekerja sama tentang hal ini, jangan biarin salah satu diantara kita lengah" ucap Udin.

"Ini tentang masalah, nyawa seorang anak. Kita engga bisa diem aja," ujar Fano.

"Jika ada, salah satu diantara kita yang lengah. Akan berakibat fatal," ucap Baskara.

"Kayaknya aku tau, siapa dia." ucap Aurora.

"Siapa?" tanya Angkasa.

"Galaksi,"

"Apa?"

Semuanya menatap Aurora membutuhkan perjelasan, Aurora menjelaskan semuanya. Tentang tawaran, dan juga perasaannya kepada Angkasa.

Angkasa menatap Aurora tak percaya, dengan apa yang ia dengar. Begitupun, dengan semua orang yang berada didalam ruangan.

Setelah selesai, Aurora tersenyum. Embun memegang kedua tangan, Aurora membuatnya menatap Embun.

"Ka-"

"Jangan pernah mikirin perasaan gue Mbun, gue engga apa-apa. Sekarang, kita harus selamatan Lo sama calon bayi Lo" potong Aurora.

"Ka-"

"Shut! Jangan bicara, dan bahas tentang perasaan gue ini Sa" potong Aurora lagi.

"I-ya maaf kak,"

"Lo tau, nama geng dia?"

"Black Eagle,"

Embun, Farrel dan juga Angkasa menatap Aurora tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Aurora.

"Lo serius?" tanya Farrel.

"Iya, gue baru tau. Ternyata dia ketua geng Black Eagle, yang pernah bertarung dengan kita dua tahun yang lalu" jelas Aurora.

"Anjing! Ternyata gengnya, hidup kembali. Sialan!" teriak Angkasa.

"Dia cinta sama Embun, dia incar nyawa Lo dan juga nyawa anak lo Sa" ucap Aurora.

TBC
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡

Luka_10

After EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang