Posesif

419 61 3
                                    

Embun dan Angkasa sedang berada dikelas, dengan sesekali mengobrol hal-hal yang ringan.

Dengan sesekali Embun terkekeh kecil, walaupun hanya kekehan. Namun, terlihat sangat manis dimata Angkasa.

"Embun"

Embun dan Angkasa segera membalikan badannya, Angkasa menatap Galaksi dengan datar.

"Boleh mi-"

"Engga boleh!" potong Angkasa.

"Minta tolong apa?" tanya Embun.

"Ih Embun!" rengek Angkasa.

"Jangan kayak anak kecil Sa!" bentak Embun.

Angkasa segera membalikan badannya, mengapa Embun selalu saja tidak peduli kepadanya saat bersama Galaksi?

"Gue mau minta ajarin soal matematika, kalo lo mau" pinta Galaksi.

"Engga boleh!" bentak Angkasa.

"Emang lo siapa? Larang-larang Embun?" tanya Galaksi, yang sudah terlihat kesal dengan kelakuan Angkasa.

"Gue calon suaminya, mau apa lo?!" ucap Angkasa.

Embun membulatkan matanya, dan mencubit perut Angkasa. Membuatnya, meringis.

"Engga, dia becanda." ujar Embun.

"Gue serius." ucap Angkasa dingin.

Angkasa segera beranjak dari duduknya, dan menggenggam tangan Embun untuk membawanya pergi.

"Ih Sa! Lo kenapa si?!" bentak Embun.

"Gue engga suka, kalo lo deket-deket sama cowo lain" jawab Angkasa dingin.

"Lo dulu, engga seposesif ini"

"Gue udah ngungkapin semuanya. Berarti lo calon istri gue, dan gue berhak larang lo!" ujar Angkasa.

"Dih! Teori dari mana itu? Udah ungkapin semuanya, berarti gue milik lo?" tanya Embun.

"Gue yang buat, dan engga bisa diganggu gugat!" bentak Angkasa.

¥¥¥

Embun sedang berada disebuah parkiran sekolah, menunggu Angkasa datang untuk membawanya pulang.

"Mana sih? Lama banget" gerutu Embun.

Tiba-tiba ada sebuh motor, yang berhenti didepan pandangan Embun. Membuatnya, mendongkakan kepalanya.

"Belum pulang?" tanya pria itu.

"Belum, Lo belum pulang juga Laksi?" tanya Embun.

Galaksi menggelengkan kepalanya, dan segera membuka helmnya. Ternyata Embun, mengenalinya.

"Mau bareng?"

"Embun udah ada janji sama gue." ujar seseorang, membuat Embun dan Galaksi memutar badannya.

Galaksi menatap kembali Embun, sangat terlihat muka dingin Embun saat ini. Sudah pasti, dia menahan kesal.

"Em.. yaudah, gue duluan ya" pamit Galaksi, dan segera memakai helmnya.

"Eh iya, hati-hati ya!" ujar Embun.

Galaksi mengganggukan kepalanya, lalu segera menjalankan motornya. Angkasa segera menjalankan motornya, dan berhenti tepat didepan Embun.

"Ngapain si gitu? Gue bisa nolak dengan baik-baik, ajakan Galaksi!" gerutu Embun.

"Naik." perintah Angkasa dingin.

"Engga."

Angkasa membuang nafasnya kasar, dan menggenggam tangan Embun. Menuntunnya, untuk segera naik keatas motor.

Embun hanya bisa pasrah, dan segera menaiki motor Angkasa. Setelah siap, Angkasa segera menjalankan motornya.

"Engga usah, deket-deket sama Galaksi!" larang Angkasa, saat sudah berada dijalan.

"Dih! Siapa lo? Berani larang-larang gue?" tanya Embun.

"Lo pelupa? Udah nenek-nenek? Lansia?" tanya Angkasa beruntun.

"Gue udah bilang beberapa kali si? Engga masuk juga ke otak lo?!" tanya Angkasa, sedikit membentak.

"Gue itu, calon suami lo!" teriak Angkasa.

Embun segera memukul bahu Angkasa, dengan kencang. Semua orang menatap mereka dijalan, karena suara Angkasa sangat kencang.

"Anjir! Malu-maluin!" bentak Embun.

"Biarin, biar seluruh dunia tau" ucap Angkasa, dengan senyum tipisnya.

Embun hanya membuang mukanya, mengapa Angkasa menjadi segila ini sekarang?

"Perasaan pelet gue, engga kuat-kuat amat"  batin Embun.

TBC
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak teman 🧡

Jangan lupa, komen ya! Biar tambah semangat up-nya!

Luka_10

After EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang