02. Upaya Untuk Balas Dendam

332 25 27
                                    

Jam berapa kamu baca part ini?

Play now: Fuck It

Follow instagram: @tjartika_

---

Nama 'Leonardo Adiwalaga' tentu sudah tidak asing lagi di SMA Maheswari. Nama yang memiliki arti 'laki-laki yang kuat dan pemberani seperti singa, serta selalu unggul dalam perang', sangat cocok dengan karakternya. Tingginya 178, alisnya yang tebal terduduk di atas mata yang selalu menyorot dengan bengis. Dia juga terlahir dari gen berkulit putih bersih.

Leopard berada di bawah kekuasaannya tentu bukan hal yang salah. Karena si pemilik zodiak berlambang singa ini berambisi ingin menguasai dan menjadi nomor satu. Ya, memang seperti itu tabiat orang-orang dalam naungan zodiak Leo.

Leon mempercepat langkah, mensejajarkan dirinya dengan gadis yang sedari tadi terus menghindar.

"Sayang, aku minta maaf."

Kalimat yang diulang berkali-kali itu membuat Eliza mendengkus. Tidak ada kata lain apa selain itu? Pikirnya. Dia pun memberhentikan langkah, berbalik arah hanya untuk menatap Leon seutuhnya. "Maaf! Maaf! Maaf! Kamu itu maunya apa, sih?!"

"Sayang...."

Banyak murid-murid yang hilir mudik di koridor, tapi itu tidak membuat Leon menyerah hanya untuk meminta maaf pada kekasihnya, meski tidak sedikit yang melirik mereka berdua. Biarkan saja, Leon tidak peduli.

Wajah Leon memelas, pertanda ia sungguh-sungguh meminta maaf. Tangannya sering kali ditepis saat dia mencoba untuk menyentuh Eliza.

Tangan Eliza bersedekap di depan dada. Matanya menyorot ke arah lain, tidak ingin menatap pada lelaki yang ada di depannya. Muak sekali kalau harus beradu tatap dengan laki-laki ini.

"Aku emang keluar tadi malem," kata Leon.

Baru Eliza melirik Leon, tapi tatapannya masih tidak bersahabat. "Dari jam tujuh sampe jam sebelas aku nungguin kamu buat nelepon, tapi gak ada. Bales chat aku aja, nggak. Aku gak masalah kalau kamu keluar atau kumpul sama temen-temen kamu, emang gak bisa ya buat ngabarin dulu? At least, kabarin biar aku gak nungguin kamu semalaman!"

Leon diam. Tapi dalam diamnya itu dia merangkai kata-kata apa yang pas untuk dilontarkan setelah ini.

"Aku denger-denger, katanya tadi malem ada balap motor di jalan yang sepi itu. Kamu gak ke sana, kan?"

Seketika mata Leon membola, terkejut saat kekasihnya bertanya seperti itu.

"Kamu gak ke sana, kan?" tanya Eliza sekali lagi. Dia menelisik netra lelaki itu, sedang yang ditatap, selalu saja mengalihkan pandangan.

Jemari Leon bergerak untuk menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal sama sekali. "A–aku... aku gak ke sana kok, El," kilah Leon. Bibirnya memaksakan untuk tersenyum—meyakinkan Eliza kalau ia berkata yang sebenarnya. "Tadi malem cuma kumpul aja sama anak-anak Leo."

Kalau saja Eliza bisa membaca gerak-gerik Leon yang tengah berbohong, dia tidak akan bisa ditipu sama lelaki itu.

"Bener?" tanya Eliza, memastikan.

Leon mengangguk cepat! "Kapan sih aku bohong?"

"Ya udah iya aku maafin."

Bak menemukan sumber air di tanah yang tandus, Leon tersenyum semringah mendengarnya. Kedua matanya berbinar saat permintaan maafnya diterima Eliza. "Makasih, Sayang."

Eliza mengangguk, bibirnya pun ikut tersenyum. Sedang tangan Leon mengusap-usap surainya. "Aku cuma gak mau kamu ngelakuin hal-hal kayak gitu. Apalagi kamu ketuanya. Aku takut, Yon."

LEONARDO [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang