20. Dia Berubah

105 9 3
                                    

Seseorang yang kamu ketahui mencintaimu dengan tulus, mungkin besok kamu tidak akan merasakan ketulusan itu lagi. Sebab kamu sudah bermain dengan perasaan, jangan berharap akan ada kesempatan

Segigih-gigihnya orang mengejar, sekuat apa pun dia mempertahankan, kalau perjuangannya tidak dihargai, kata 'pergi' adalah sebuah pilihan

Jangan pernah membuat luka untuk seseorang yang selalu ada. Jika dia memilih untuk pergi, kamu akan kehilangan segalanya. Sebab kamu tidak akan pernah menemukan sosok yang sama sepertinya di diri orang yang kamu anggap paling segalanya

Karena orang baru, tidak akan pernah sama dengan orang yang singgah lebih dulu

---

Ada kesedihan di sana, saat Eliza melihat pantulan dirinya di cermin. Hari ini, semesta seolah merenggut semangatnya. Pikirannya kembali terseret pada kejadian semalam- tentang kesalahpahaman antara dirinya dengan Leon yang mengakibatkan hubungan keduanya menjadi renggang. Leon yang tidak memberikannya kesempatan untuk menjelaskan, juga Eliza yang tak seharusnya memeluk Farel waktu itu.

Tidak ada satu pun pesannya yang dibalas. Puluhan kali Eliza memanggilnya pun, Leon seakan tidak sudi untuk mengangkatnya. Sekali lagi Eliza coba memanggilnya, tetap saja, hasilnya masih sama dengan yang semalam. Leon terus menolak panggilannya.

Eliza memilih untuk menyudahi aksinya, ponsel itu ia simpan di dalam saku seragam. Yang kemudian matanya melirik pada benda yang tersedia di meja belajar. Seulas senyum terbit menghiasi wajahnya yang ayu. "Kamu pasti mau nerima ini."

Sebuah kotak bekal yang berisikan nasi goreng lengkap dengan topingnya, akan dia bawa dan memberikannya pada seseorang. Tas ransel sudah tersampir, saatnya untuk berangkat ke sekolah.

Jarak dari rumah Eliza ke sekolah memakan waktu selama kurang lebih dua puluh menit. Kakinya yang beralaskan sepatu hitam, kini sudah berpijak di paving sekolah, tepatnya di parkiran. Pandangan gadis itu beredar-mencari-cari seseorang yang akan dia temui pagi ini. Sampai pandangannya berhenti di satu objek yang membuat dia menyegerakan untuk ke sana.

"Aku buatin nasi goreng spesial buat kamu."

Sebuah benda berbentuk kotak yang berwarna biru laut berada di hadapan Leon yang baru saja membuka helm. Untuk sekadar melirik si pemberi pun tak sudi. Tapi itu tidak membuat Eliza menarik kembali tangannya.

Baru hendak beranjak, tangan Leon ditahan sama Eliza. Dia melirik gadis itu sekilas, sempat dia melihat tatapan memohon dari gadis ini.

"Sebagai permintaan maaf, aku buatin ini buat kamu. Terima, ya?"

Leon terkekeh sinis. Nasi goreng? Permintaan maaf? Lucu sekali. Tangan Leon bergerak mengambil benda tersebut, membuat senyum semringah terukir di bibir Eliza. Dia membuka tutup kotak bekal itu, membuat aroma dari masakan tersebut menguar memasuki penciumannya. Sayang, Leon sama sekali tidak berselera untuk melahapnya. "Satu kotak nasi goreng, gak sebanding sama sakit hati yang gue rasain."

Nasi yang beraromakan mentega dengan warna kuning yang ditaburi banyak toping, kini berpindah tempat dari tempat nasi ke paving. Makanan itu berserakan, tidak lagi layak untuk disantap.

Leon tersenyum sinis. Sedangkan Eliza, tentu dia terkejut sama sikap Leon yang keterlaluan. Senyum Eliza kian memudar, genangan air pun menggenang di matanya. Bukan hanya Eliza, keempat teman Leon yang menyaksikan pun tidak habis pikir sama ketua mereka.

"Yon! Itu nasi, bro! Kok lo main buang gitu aja, sih?!" bentak Zayn.

Memangnya, Leon peduli?

Eliza berjongkok mengambil tempat nasi yang Leon jatuhkan tadi. Untuk membuat makanan ini, Eliza membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Tapi setelah makanan ini siap untuk disantap, justru malah berakhir mengenaskan seperti ini. Dengan tangan yang gemetar, Eliza memunguti nasi yang sudah berserakan itu untuk kemudian dimasukkan ke dalam kotak nasi yang nantinya akan dia buang di tempat sampah.

LEONARDO [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang