08. Pengkhianat

153 15 10
                                    

Play now: Traitor - Olivia Rodrigo

---

Masih dengan seragam yang membalut tubuhnya, Eliza berlari mencari ruangan tempat Leon dirawat. Singanya sedang tidak baik-baik saja. Eliza bahkan tidak peduli kalau dia menabrak bahu orang lain di sepanjang dia berlari. Sampai Eliza melihat teman-teman Leon berada di depan ruangan rawat pasien.

"Leon mana? Dia baik-baik aja, kan? Ini cuma kecelakaan kecil, kan?"

Keenam laki-laki yang duduk di kursi pun menoleh, Eliza datang dengan raut kekhawatiran yang kentara sekali di wajah cantiknya.

Liam berdiri dan menghampiri Eliza. "Lo tenang. Leon ada di dalem."

"Tapi dia gak—"

Zayn langsung memotong perkataan Eliza, "Leon parah, El. Dan lo tahu apa penyebab Leon kecelakaan?"

Eliza menggeleng.

Zayn kembali melanjutkan, "Ada orang yang sengaja potong selang rem motor Leon. Leon gak bisa kendaliin motornya karena remnya blong. Dia kecelakaan waktu balapan semalem."

"Baru kemarin malem Leon balapan. Karena Leon menang, lawannya gak terima. Jadi Leon ditantang tadi malem, dan sayangnya, mereka pakai cara licik buat jatuhin lawan. Leon kalah, dia dicurangi," timpal Daniel.

Tubuh Eliza seketika lunglai yang langsung ditahan sama Liam. Ternyata yang Adel bilang itu benar, Leon terlibat dalam aksi balap motor. Kenapa Leon tidak pernah mengatakan hal demikian? Jadi, waktu itu, Leon membohonginya?

"Leon gak pernah bilang kalau dia ikutan balap motor. Gue kecewa." Eliza melangkahkan kakinya untuk memasuki ruangan Leon. Leon, kenapa dia berani membohongi Eliza?

"Harusnya kalian gak bilang gitu ke dia. Leon emang gak pernah nunjukin sisi gelapnya sama Eliza. Kalian pasti tahu sendiri alesannya," peringat Liam.

---

Kaki Eliza melangkah kecil mendekati Leon. Tubuh yang selalu mendekapnya erat, hari ini tubuh itu terbaring lemah. Eliza duduk di samping Leon, menelisik wajah laki-laki itu yang terdapat sedikit memar.

"Sakit, Yon. Denger kenyataan dari orang lain itu jauh lebih sakit, daripada kamu sendiri yang bilang sama aku."

Tidak ada tanda-tanda mata Leon untuk terbuka. Kalau Leon sedang dalam keadaan sadar, pasti sudah banyak kata 'maaf' yang laki-laki itu ucapkan seperti biasanya.

"Bangun, Yon. Biarin aku marah sama kamu! Ayo, bangun!"

Percuma saja, teriakan Eliza tidak memberikan dampak untuk Leon terbangun. Tangisannya pun mungkin tidak didengar lelaki itu.

Dentuman keras yang berasal dari luar ruangan terdengar sampai ke telinga Eliza. Gadis itu menyapu pipinya yang basah sama air mata. Dia pun berdiri, beranjak keluar ruangan untuk melihat apa yang tengah terjadi.

"Jangan bilang kalau lo yang lakuin semua ini!"

Theo tiba-tiba saja datang. Laki-laki itu melempar sesuatu yang membuat teman-temannya terpekik kaget. Sebuah ponsel. Theo melempar sebuah ponsel di hadapan Lingga. Mata sipitnya menyorot tajam ke arah Lingga. Sedang dadanya naik turun. Terlihat kalau lelaki itu tengah marah.

Theo bergerak mundur saat Liam mendorongnya. Liam pun tak kalah tajam menatap Theo. "Apa maksud lo datang-datang bikin keributan? Emang apa yang udah Lingga lakuin, ha?!" bentak Liam.

Theo tersenyum sinis. Dia pun berkata, "Gue nemuin hp Lingga di halaman rumah Leon. Apa alesan gue buat gak curiga sama lo?" tanya Theo ke Lingga.

LEONARDO [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang