Sepuluh menit menunggu, akhirnya Pak Danu memerintahkan pada kelompok dua untuk bersiap-siap karena sebentar lagi giliran mereka. Kelompok satu masih dalam perjalanan dan belum sampai di garis finish, dan sekarang akan disusul sama kelompok dua yang terdiri dari: Leon, Eliza, Farel, Divia, dan Daniel.
Mengerti akan arahan yang disampaikan dari Pak Danu, kelimanya mengangguk dan bersiap untuk segera memasuki hutan dengan ribuan pohon yang menjulang tinggi.
Untuk kelompok dua, Leon menjadi pemimpin dengan sebatang lilin yang ia pegang. Ia memastikan anggotanya terlebih dahulu, setelah semuanya siap, kelimanya langsung memasuki hutan tersebut.
"El, jangan jauh-jauh dari gue, bahaya." Farel mengaitkan lengan Eliza di lengannya. Ia tidak mau kalau sampai hal yang tidak diinginkan terjadi pada gadis itu.
Eliza menjadi tidak enak hati sama Leon, ia tahu kalau Leon mendengar pembicaraan Farel tadi. Bagaimanapun juga, Leon masih tetap menjadi kekasihnya. "Em... Rel, gue—" Baru saja Eliza akan menarik tangannya dari Farel, melihat Divia yang menggandeng tangan Leon membuat Eliza menjadi panas.
"Leon, jangan jauh-jauh dari aku, ya? Aku takut," pinta Divia yang berjalan di samping Leon dengan menggandeng tangan laki-laki itu.
Leon sepertinya tidak merasa terbebani saat Divia menggandeng tangannya. Tapi masalahnya, Eliza yang kepanasan. Bagaimana tidak, Ia berjalan di belakang kekasihnya sendiri yang bergandengan tangan dengan gadis lain.
"Lo jadi cewek gak usah gatel, bisa?"
Baik Leon maupun Divia, keduanya sama-sama menoleh ke belakang setelah Eliza mengatakan itu. Divia sengaja menggenggam tangan Leon lebih erat lagi. "Gue atau lo ya yang gatel?" tanya Divia. "Sok-sokan selingkuh sih, giliran cowoknya sama cewek lain, lo marah. Lo itu bener-bener egois, ya?"
Eliza tak merasakan dingin lagi saat kata-kata itu keluar dari mulut Divia. Yang ada sekarang ia malah semakin panas. "Lo jadi orang jangan sok tahu!" bentak Eliza, "yang selingkuh siapa, ha? Gue gak—"
"Kalau masih mau pada ribut, mending kalian balik sana!" bentak Leon. "Dan lo Eliza, gak usah playing victim."
Apa katanya? Bahkan Eliza saja tidak merasa menyakiti siapa pun. Ingin ia berteriak, kalau ia tidak pernah main sama lelaki lain di belakang Leon.
"El, udah." Farel memperingati Eliza untuk tidak membalas kedua orang itu lagi. "Mereka berbicara seakan paling tahu segalanya. Udah, diemin aja."
Sebisa mungkin Eliza menahan diri untuk tidak emosi. Ya, Farel benar, lebih baik diam membiarkan ocehan mereka yang tidak ada benarnya sama sekali.
"Kok gue ngerasa jadi nyamuk ya di sini? Kenapa gue gak satu kelompok aja sih sama si Zayn, mana gue jalan paling belakang lagi!"
Astaga, keempatnya sampai melupakan kalau ada satu lagi teman mereka. Iya, Daniel. Mana ia berjalan yang paling belakang. Sementara yang lain berjalan sambil bergandengan tangan di depannya. Sopan kah seperti itu?
"Gue kira cuman berempat, tahunya ada satu orang lagi," ucap Farel yang membuat Daniel memajukan bibir bawahnya. Cemberut.
"Dan, lo di belakang gue!"
Daniel menuruti perintah dari sang ketua untuk berjalan di belakang Leon dan Divia. Jadi posisinya menjadi di tengah-tengah antara Leon-Divia dan Eliza-Farel.
Setelah perselisihan yang sempat terjadi tadi, kelimanya kembali melanjutkan perjalanan untuk segera sampai di garis finish.
Daniel berjalan menunduk tanpa mau menatap ke depan, dan menoleh ke kanan dan kiri. Tidak, ia tidak mau kalau sampai matanya melihat sesuatu yang tidak ingin ia lihat.
Jarak tempuh hanya 500 meter, tapi kenapa seakan terasa begitu lama?
"Yon, beneran lewat sini, gak? Jangan sampai ya lo bawa kita nyasar di tengah hutan kayak gini," tanya Farel memastikan. Ia merasa kalau kelompoknya hanya berjalan di situ-situ saja.
Leon berdecak, "Kalau lo ngeraguin gue, lo aja yang jalan paling depan."
Eliza mulai geram. Situasi yang dirasa semakin mencekam, ditambah mereka yang mau adu mulut lagi membuatnya kesal. "Udah, deh. Lanjut jalan aja, kenapa sih?!"
Baru beberapa langkah melanjutkan perjalanan, Leon kembali menghentikan langkah saat kakinya menginjak sesuatu. Hal itu tentu saja membuat orang-orang yang berjalan di belakang Leon jadi ikut berhenti.
"Bos, lo kenapa berhenti lagi sih?!" tanya Daniel yang geram. Dia itu hanya ingin cepat sampai di tempat tujuan tanpa ada gangguan lagi. Ada saja hambatannya.
"Heh, lo kalau mau ngerem, bilang-bilang, dong!" bentak Farel yang tak digubris Leon sama sekali.
Awalnya, Leon tidak menggubris terhadap sesuatu yang dia injak. Dengan pencahayaan yang minim ini, Leon tidak bisa melihat benda tersebut dengan jelas. Tapi, ia penasaran terhadap benda tersebut.
Kening Leon mengkerut. Tangan kanannya menggenggam benda tersebut dengan erat. Sialan, menemukan benda ini saja, pikiran Leon berkelana memikirkan hal yang tidak-tidak.
"Apaan tuh, Bos?"
Leon tidak menggubris pertanyaan dari Daniel. Leon pun berdiri. Mata laki-laki itu beredar—berharap menemukan sebuah jawaban dari benda yang ditemuinya ini. "Gak mungkin ini ulah panitia," gumam Leon.
Karena penasaran, Daniel langsung merebut benda tersebut dari tangan Leon. Tangannya yang memegang benda itu pun gemetar, bersamaan dengan hatinya yang berdebar. "Pi–pistol...?"
Mulut Divia terbuka lebar. Dia terkejut saat Daniel mengatakan kalau benda yang ditemui Leon ternyata sebuah pistol.
Sedangkan Farel, dia merebut pistol itu dari tangan Daniel. "Pelurunya masih ada. Gue gak yakin ini kerjaan panitia. Ini ngebahayain nyawa orang!"
Pistol? Melihat benda tersebut, ada 'satu nama' yang terbesit dalam benak Eliza. Orang yang ditemuinya kemarin di bawah pohon besar itu. Tidak mungkin. Tidak mungkin benda ini milik orang itu.
"El, lo kenapa?"
Suara Farel menarik Eliza dari keterdiamannya yang tengah memikirkan sesuatu. "Tadi... yang duluan lewat sini si–siapa aja?" tanya Eliza.
"Li—"
Daniel menyerobot—memotong perkataan Farel, "Liam, Theo, Ana, Adel, sama... Zayn."
Nama itu ada dalam urutan yang tadi Daniel sebut. Pikiran Eliza semakin berkecamuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEONARDO [SELESAI]
Teen FictionLeonardo Adiwalaga. Laki-laki yang terlahir dalam naungan zodiak Leo, membuatnya berambisi ingin menguasai dunia dan menjadi orang nomor satu. Si pemilik zodiak berlambang singa ini selalu jadi sorotan, baik di kalangan kaum Hawa yang mencoba untuk...