Untuk membaca part ini dan selanjutnya, pastikan kamu punya banyak stok kesabaran😋
Enjoy to read, thank you!♡
---
Kompak semuanya berdiri dengan raut wajah yang menampilkan keterkejutan setelah Bagas mengatakan hal demikian.
"Volker?" Liam bergumam.
Zayn kemudian mengintip di jendela dan menyibakkan gorden tidak terlalu lebar untuk melihat situasi di luar. Rahang laki-laki itu mengeras saat tahu suasana di luar, yang kemudian dia berkata, "Brengsek! Mereka main curang!"
"Kita keluar sekarang!" putus Liam. Saat laki-laki itu akan beranjak, tangannya langsung ditahan sama Lingga.
"Gak! Pasukan mereka banyak, Bang. Lo mau mati konyol, ha?!" Lingga membentak.
Liam berpikir sejenak, benar juga apa yang dikatakan Lingga. "Telepon Leon, cepet!" Tak ada pilihan lain selain menghubungi sang ketua.
Karena posisinya sedang menyekal ponsel, Angga langsung sigap atas perintah dari sang wakil. Menggulir dan mencari satu nama dari deretan banyak nomor yang ada di kontak Angga, setelah ketemu, laki-laki itu menunggu panggilan terhubung.
Tegang, panik, dan tidak tahu harus bagaimana. Seperti itu sekarang situasi yang sedang mereka hadapi.
"Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif, cobalah beberapa saat lagi."
Sial, benar-benar sial. Bukannya panggilan terhubung ke Leon, malah justru suara operator yang Angga dengar. Laki-laki itu mengumpat, yang kemudian ia berkata, "Bang Leon hp-nya gak aktif!"
Langsung saja Liam merebut ponsel Angga dan kembali menelepon Leon. Dan nihil, hasilnya tetap sama, nomor Leon susah dihubungi. "Sialan! Yon, di mana sih lo?!"
"Gak biasanya dia matiin hp." Theo ikut menimpali. Iya, karena baru kali ini Leon susah dihubungi padahal situasi lagi genting dan butuh orang itu.
"Leon, argh!" Liam membanting ponsel milik Angga ke sofa karena saking kesalnya. "Lo kabarin anak-anak yang lain, cepet!"
Baru saja Angga akan mengambil dan hendak menghubungi anggota Leopard yang lain, tiba-tiba saja pintu terbuka dengan cara paksa membuat ia refleks melempar ponselnya karena terkejut. Liam maju dan melindungi anggotanya di posisi paling depan sebagai perisai.
"Mau gak mau, kita harus hadapin mereka, Bang," kata Yuda yang berdiri di belakang Liam meski sebenarnya ia tidak yakin. Tidak yakin karena mereka kalah jumlah.
"Ga, lo udah kasih tahu anak-anak?" tanya Liam.
Angga menggeleng yang membuat Liam naik pitam.
"Selamat malam, kawan." Robin masih berada di ambang pintu. Laki-laki itu tersenyum puas saat melihat hanya ada beberapa orang di dalam markas Leopard. Apalagi saat melihat raut panik dari mereka semua.
"Cih, najis banget diaku kawan sama lo!" Zayn mencibir.
"Mana ketua kalian?" tanya Robin yang tak lama kemudian tawa laki-laki itu menggema— membuat anggota Leopard semakin naik pitam. Keberadaan Leon tidak terlihat yang membuat ini menjadi kesempatan untuk Robin.
"Mau apa kalian?!" Liam bertanya dengan nada bicara yang terkesan dingin dan terdengar tidak ingin melihat kehadiran Robin berada di sini.
"Kita ke sini cuman mau silaturahmi, kok kalian pada tegang gitu?" Robin menjawab pertanyaan dari Liam. Kemudian laki-laki itu keluar— kembali pada pasukannya.
"Kita keluar dan hadapin mereka. Persetan sama kalah jumlah, yang penting—"
Daniel langsung memotong perkataan Liam. Terlihat jelas raut ketakutan dan ketidakyakinan di wajah Daniel. "Yam, yang bener aja? Mereka itu licik. Robin bawa semua pasukannya. Gimana kita bisa menang, ha?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
LEONARDO [SELESAI]
Teen FictionLeonardo Adiwalaga. Laki-laki yang terlahir dalam naungan zodiak Leo, membuatnya berambisi ingin menguasai dunia dan menjadi orang nomor satu. Si pemilik zodiak berlambang singa ini selalu jadi sorotan, baik di kalangan kaum Hawa yang mencoba untuk...