"Kamu jangan lupa balas budi, Nak. Gak semua orang itu baik sama kita, sekali pun dia deket sama kita."
Lingga mengangguk seraya tersenyum. Diusapnya punggung tangan sang mama dengan lembut, kemudian Lingga berkata, "Pasti, Ma. Lingga akan balas budi sama Bang Leon, gimanapun caranya."
"Mama seneng kamu masih dikelilingi sama orang-orang baik. Seribu orang membencimu, tapi masih ada satu orang yang peduli sama kamu. Nanti, kenalin Mama sama yang namanya Leon, ya? Mama mau ketemu, dan bilang makasih sama dia."
"Dia itu ketua di komunitas yang aku ikutin, Ma. Orangnya sebenernya baik, cuma kehalang aja sama mukanya yang sangar. Di sekolah, gak ada yang berani sama Bang Leon karena dia banyak pasukannya."
Lingga terkekeh saat Naomi mengacak-acak surainya.
"Udah, kamu berangkat sekolah, gih. Nanti telat."
Mengangguk sebagai respons, Lingga pun mencium tangan dan kening Naomi. Setelahnya, dia keluar dari rumah untuk menuju sekolah.
Alhamdulillah, Lingga senang karena kondisi mamanya mulai membaik.
Kaki Lingga sudah berpijak di SMA Maheswari, tepatnya di lorong. Para murid yang berdatangan, meredam sunyi yang semula menyelimuti.
Langkah Lingga melamban, dilihatnya Zayn yang berjalan berlawanan arah dengannya, laki-laki itu menatapnya dengan tatapan tajam. Lingga menoleh ke belakang, beberapa murid yang lain tengah bersenda gurau. Mungkinkah Zayn melayangkan tatapan itu untuknya?
Langkah Lingga terhalang, saat Zayn berdiri menghadang.
"Bang-"
Suara Lingga tertahan saat tangan Zayn mencengkeram kerah seragamnya yang membuat Lingga tercekik.
"Bang, lo-"
"Sekali pengkhianat, selamanya tetap pengkhianat!" bentak Zayn dengan tatapan menyorot Lingga dengan tajam.
Aksi kedua laki-laki itu pun mengundang banyak siswa-siswi yang berdatangan guna menyaksikan.
Lingga meronta dalam kungkungan Zayn. Perutnya yang belum ada asupan makanan, tentu dia kalah kuat sama kakak kelasnya ini. Lingga tidak tahu kenapa Zayn tiba-tiba saja menyerangnya.
"Gue tahu ini ulah lo!" tuduh Zayn.
"Lepas!" Lingga terus meronta, namun Zayn tidak membiarkannya terbebas begitu saja. "Gue gak tahu apa-apa!"
Zayn terkekeh sinis. "Gak usah pura-pura bego. Kalau bukan lo, siapa lagi?"
"Maksud lo apa, ha? Gue gak ngerti!"
Kepalan tangan yang hendak Zayn layangkan ke wajah Lingga, tergantung di udara saat ada yang menahannya.
"Teman itu merangkul, bukan saling pukul!"
Itu suara Leon. Dialah yang menahan tangan Zayn saat lelaki itu akan memukul Lingga.
Leon menatap Zayn dengan tatapan datar. Satu tangan Zayn yang mencengkeram kerah Lingga, dia tarik kembali membuat Lingga bisa menghirup oksigen banyak-banyak.
Suara ketukan sepatu terdengar serempak. Liam, Daniel, dan Theo mendekati mereka bertiga dengan berlari tergopoh-gopoh.
"Gue ketinggalan apa? Harusnya gue gak kesiangan!" Daniel bertanya. Tercetak raut bingung di wajahnya.
Liam menatap Leon, Zayn, dan Lingga bergantian. "Kenapa sampe banyak murid yang kumpul di sini?" tanyanya.
Tidak menanggapi mereka, Zayn terus saja menatap Lingga dengan tajam. "Gue pikir, lo udah tobat jadi pengkhianat," Zayn terkekeh sinis, "ternyata...."
KAMU SEDANG MEMBACA
LEONARDO [SELESAI]
Teen FictionLeonardo Adiwalaga. Laki-laki yang terlahir dalam naungan zodiak Leo, membuatnya berambisi ingin menguasai dunia dan menjadi orang nomor satu. Si pemilik zodiak berlambang singa ini selalu jadi sorotan, baik di kalangan kaum Hawa yang mencoba untuk...