13. Pradivia Sheina

136 14 11
                                    

Play now: It's You - Sezairi

---

Jam berwarna putih melingkari pergelangan tangan kirinya yang kuning langsat. Rambut cokelatnya yang lumayan tebal dan panjang, menari-nari seiring kakinya melangkah. Senyumnya terukir, seakan siap untuk mengisi hari ini dengan lebih baik. Sedangkan kaki jenjangnya, membawanya melangkah menjelajahi lingkungan baru ini.

Banyak pasang mata yang menatap bingung ke arahnya. Sedang yang menjadi pusat perhatian, tak sedikit pun dia memedulikan. Di sini, di tempat baru ini, dia akan memulai lembaran baru dengan status siswi baru.

Langkahnya berhenti di depan lima orang laki-laki yang tengah bercengkerama, maksudnya, hanya mereka berempat saja yang bercengkerama, sementara satu orang lagi tengah sibuk dengan ponsel.

"Permisi, numpang tanya. Ruangan Kepala Sekolah, di mana, ya?"

Liam, Zayn, Theo, dan Daniel serempak menoleh. Mereka mendapati perempuan yang belum pernah mereka melihatnya. Sedangkan Zayn, mata laki-laki itu tampak berbinar. Jemarinya bergerak menyisir rambutnya— merapikan penampilan hanya untuk mendapat perhatian dari gadis asing ini. "Anak baru, ya?" tanya Zayn.

Gadis itu mengangguk. Sedang matanya sedari tadi tidak lepas dari salah satu laki-laki yang seakan tidak peduli akan kehadirannya.

"Gue Zayn. Zayn Raditya Samuel." Tangan Zayn terulur, menunggu gadis ini untuk menerima uluran tangannya.

"Dia nanyain ruang kepsek, bukan ngajak kenalan!"

Zayn tidak memedulikan Daniel yang menyindirnya. Karena ada satu hal yang lebih penting: Zayn harus tahu siapa nama gadis ini.

"Pradivia Sheina. You can call me 'Divia'," ujar gadis itu yang mengenalkan dirinya.

Zayn menarik tangannya, karena gadis itu tidak menjabat tangan yang sedari tadi menunggu untuk dijabat. "O–oh, Divia. Padahal tangan gue mulus kok, Div," sindir Zayn.

"Sorry, gue nanya belum dijawab, loh."

"Oh, iya, jadi lupa." Zayn cengengesan— menunjukkan deretan gigi putihnya. "Lo tadi nanyain ruang kepsek, kan?"

Divia mengangguk.

"Gak jauh dari sini, di depan sana ada belokan, lo tinggal belok aja. Nanti di situ ada ruangan kepsek."

Divia menangkap omongan Zayn, tapi matanya tidak bisa lepas dari sosok lelaki yang menurutnya paling tampan di antara mereka. Laki-laki itu tengah tersenyum, yang sayangnya senyum-senyum melihat layar ponsel. Divia kesal, dia tidak menoleh sedikit pun ke arahnya. Padahal Divia ingin melihat sorot matanya.

Divia mengerjapkan mata saat tangan Zayn melambai di depan wajahnya.

"Lo dengerin gue kan, Div?" tanya Zayn.

"Eh, iya. Lurus, kan?"

Zayn mendengkus, jadi dari tadi Divia tidak memerhatikannya? "Kok lurus? Belok, Div."

"Oh, oke. Makasih, Zayn!" Divia pun berlalu, dia berjalan mengikuti arahan dari yang Zayn katakan tadi.

"Kayaknya itu cewek lebih tertarik sama Leon daripada sama lo."

Zayn mendelik ke arah Daniel. "Jangan sok tahu lo!"

"Gue lihat, kali. Dia juga tahu: mana yang enak buat dilihat, dan mana yang bikin 'enek' buat dilihat."

Tawa Theo meledak, membuat atensi murid-murid yang ada di koridor menatap mereka berlima. Urusan menertawakan teman, Theo akan maju paling depan. Si pemilik mata sipit itu mengumpat, saat Zayn menjitak kepalanya.

LEONARDO [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang