Jemari bu Tuti terus mengetuk meja- meredam kesunyian yang terjadi antara beliau dengan kedua murid di hadapannya. Niat hati ingin menjamu sarapan di sekolah, tapi justru hal memalukan seperti ini yang beliau dapatkan.
Jarak terjadi antara Leon dan Farel. Masing-masing dari mereka duduk dengan saling berjauhan. Leon lebih tertarik menatap kalender yang ditempel di dinding-menghitung lamanya hari minggu. Sementara Farel, dia sibuk memainkan sepatunya. Belum genap sehari sekolah di Maheswari, dia sudah masuk ke dalam ruangan yang berusaha untuk dia jauhi ini.
"Kamu! Siapa nama kamu?"
Kepala Farel melirik ke kanan dan kiri, merasa kalau pertanyaan itu ditujukan untuknya, laki-laki itu menjawab, "Farel."
"Belum sehari penuh sekolah di sini, sudah berani membuat masalah? Bagaimana jika kamu didepak hari ini juga dari sini?"
Sontak saja, Farel terkejut mendengarnya. "Lho, jangan dong, Bu. Saya kan baru masuk hari ini, masa langsung dikeluarin dari sekolah?"
Sedangkan Leon, senyum menyeringai terukir di bibirnya. Dia dan Farel pun kembali beradu tatap. Dalam gumamannya, Leon berucap, "Mampus!"
"Sayangnya, kesempatan selalu datang dua kali," kata Bu Tuti.
Leon tidak terima mendengarnya. Sementara Farel, dia tersenyum senang.
"Gak bisa gitu dong, Bu!" Leon berkomentar, "belum sehari aja dia udah berani bikin masalah, gimana sama hari berikutnya?"
"Terus, apa kabar sama kamu yang setiap harinya selalu bikin masalah?" Pertanyaan bu Tuti mampu membungkam mulut Leon.
Oke, baik. Mungkin hari ini, keberuntungan lagi-lagi tidak berpihak kepadanya. Apalagi saat Farel menatap meledek ke arahnya, membuat Leon benar-benar ingin menghabisi keparat yang satu itu.
Bu Tuti memusatkan perhatiannya pada Leon. "Tahun ini, kamu baru buat ulah lagi setelah sekian lama. Leon, kenapa kamu sampai mukul Farel? Dia itu murid baru di sini."
"Dia yang duluan mukul saya," adu Leon.
Tak tinggal diam, Farel pun menimpali, "Gue gak akan mukul lo, kalau lo gak mulai duluan nyari masalah!"
"Yang nyari masalah sama lo, siapa? Emangnya lo siapa sampe ikut campur urusan gue?" tanya Leon yang membuat Farel naik pitam.
"Gue gak terima kalau lo kasar sama-"
"Yang suruh kalian ribut, siapa?" Bu Tuti langsung memutus perkataan Farel dan melerai keduanya. "Saya tidak mau dengar alasan dari kalian lagi. Dan ini teguran buat kalian untuk terakhir kali, kalau sampai saya melihat kalian berkelahi lagi, saya tidak akan segan-segan keluarin kalian dari sekolah ini."
Bu Tuti mengeluarkan sesuatu dari laci meja. Dua buah buku berukuran persegi panjang yang masing-masing dari buku tersebut berjumlah 58 lembar. Hal itu tentu saja menjadi pertanyaan di benak Farel dan Leon. Kemudian guru tersebut menyodorkan buku itu beserta pulpen pada kedua murid di hadapannya. "Hukumannya gampang, kok. Kalian tidak akan kena panas sinar matahari, tidak akan capek ngepel kamar mandi. Cuman duduk manis doang di sini," ujar Bu Tuti seraya memaksakan senyum.
Kalau seperti itu, sih, Farel sama Leon setuju-setuju saja buat sanksi atas perbuatan mereka. Tapi kelegaan itu jadi sirna saat Bu Tuti berkata, "Tulis 'Saya berjanji dan tidak akan mengulanginya lagi' dalam buku ini sebanyak satu buku penuh!"
"Wah, si Ibu nih kalau bercanda suka kelewatan," canda Farel, "mending ngepel di kamar mandi aja deh, Bu. Saya ikhlas lahir batin." Jelas saja Farel lebih memilih berkeringat karena mengepel daripada harus duduk manis tapi jarinya tersiksa karena harus menulis sebanyak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEONARDO [SELESAI]
Teen FictionLeonardo Adiwalaga. Laki-laki yang terlahir dalam naungan zodiak Leo, membuatnya berambisi ingin menguasai dunia dan menjadi orang nomor satu. Si pemilik zodiak berlambang singa ini selalu jadi sorotan, baik di kalangan kaum Hawa yang mencoba untuk...