Kepada satu nama, terima kasih telah mengenalkanku pada banyak hal. Salah satunya adalah tentang harapan.
Berharap pada suatu kemustahilan adalah cara lain untuk menyakiti diri sendiri.
Katakan aku egois, yang terlalu menginginkan untuk bisa memilikimu. Sedang semesta bekerja bukan untuk menyatukan kita.Kamu, maaf, aku telah lancang mencintaimu
---
Theo merasa ada satu hal yang hilang: sikap Ana berubah, tidak seperti Ana yang Theo kenal sebelumnya. Terhitung tiga hari, gadis itu seakan menjauh. Tadi pagi saja saat Theo datang menjemput ke rumah gadis itu, Ana sudah berangkat lebih dulu. Tentu Theo dibuat heran, apa salahnya? Apa dia pernah berbuat salah?
"Na!"
Panggilannya didengar, orang yang dipanggil pun menoleh. Sayangnya, Ana kemudian melenggang pergi tanpa mau menanggapi.
Tangan yang menggantung di udara untuk menyapa, perlahan turun lantaran sapaan itu tak kunjung dibalas. Theo menatap punggu Ana yang perlahan menjauh, sampai gadis itu menghilang karena masuk ke dalam kelas.
"Lo kenapa, sih, Na? Perasaan, gue gak lagi ulang tahun. Kok lo tiba-tiba nyuekin gue?"
Theo masih diam berdiri di tengah orang-orang yang hilir mudik di lorong sekolah. Dia masih penasaran, ada apa sama sahabat perempuannya itu.
Sebelum bergabung dengan Leopard, sebelum berteman dengan Leon dan yang lain, Theo lebih dulu mengenal Ana.
Waktu itu, saat masa pengenalan peserta didik baru, Theo memeberhentikan motor di depan halte saat melihat ada seorang gadis yang duduk sendirian di sana. Dirinya menawarkan tumpangan, namun gadis itu menolak dengan alasan belum kenal. Theo mengulurkan tangan, mengajak berkenalan pada gadis di depannya, "Gue Theo. Dan kita udah kenalan. Gak ada alesan lagi buat lo nolak tawaran dari gue."
Gadis itu tidak ada alasan lagi untuk menolak. Theo menawarkannya tumpangan, dia pun ikut bersama laki-laki yang baru dikenalinya ini. Awalnya, dia ragu, tapi Theo benar mengantarnya sampai ke depan rumah dengan selamat. Itulah awal pertemuan mereka. Tidak romantis, tapi Theo senang bisa mengenal gadis itu.
Ariana Moza. Mempunyai sifat yang supel, membuat Theo mudah untuk berbaur dengannya. Obrolan mereka pun nyambung. Sampai tidak sadar, keduanya telah menjalin hubungan pertemanan sampai ke kelas dua belas.
Kalo lo mau ngejauh, kasih alasan buat gue supaya gue gak ngejar lo. Temui gue di taman, istirahat.
Pesan itu telah terkirim pada seseorang. Theo pun kembali memasukkan ponselnya ke saku celana. Langkah membawanya memasuki kelas, membaur dengan keempat temannya yang tengah bersenda gurau.
---
Awalnya, Theo mengira kalau Ana tidak akan menemuinya. Tapi gadis itu sekarang sudah berada di sampingnya.
Seperti biasa: di bawah payungan langit biru, duduk di kursi taman yang berada di bawah pohon yang rindang. Tapi hari ini ada yang berbeda—tidak ada lagi gurauan dari keduanya. Mereka sama-sama diam, tanpa mau meredam sunyi yang hampir lima belas menit merajai.
Karena Theo yang mengajak Ana ke sini, dia pun membuka suara, "Gue gak tahu salah gue di mana, tapi sikap lo seolah nyuruh gue buat gak deketin lo lagi. Kasih tahu gue, biar gue bisa perbaiki kesalahan gue sama lo."
Theo tentu tidak nyaman dengan sikap Ana yang akhir-akhir ini banyak berubah.
Ada jarak di antara keduanya. Yang biasanya duduk berdempet, sekarang tampak renggang. Ana memfokuskan pandang pada satu objek di depannya— tanaman layu yang sepertinya tidak ada yang merawatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEONARDO [SELESAI]
Teen FictionLeonardo Adiwalaga. Laki-laki yang terlahir dalam naungan zodiak Leo, membuatnya berambisi ingin menguasai dunia dan menjadi orang nomor satu. Si pemilik zodiak berlambang singa ini selalu jadi sorotan, baik di kalangan kaum Hawa yang mencoba untuk...