Kadang, amarah jalan keluarnya
dengan belajar mengerti.•••
Dor
"AH."
"Kak Anrez!"
Anrez meringis saat pistol milik Shakira menembak bagian bahunya. Air mata Tiara semakin pecah saat melihat bagaimana peluru itu menembak bahu Anrez.
"Saudari Shakira, turunkan pistol Anda!"
Shakira melempar pistol miliknya dan mengangkat kedua tangannya. Polisi pun membawa Shakira ke kantor polisi untuk ditindak lanjuti.
Mahalini, Lyodra, Ziva, dan Keisya segera menghampiri Tiara dan membebaskan tangan dan kaki Tiara. Sedangkan Nuca dan Biel menghampiri Anrez yang terduduk lemas.
"Ayo ke rumah sakit terdekat sekarang," kata Lyodra diberi anggukan oleh semuanya.
Tiara menghampiri Anrez yang sedang meringis kesakitan karena bahunya yang habis tertembak.
"Kak, bahu kamu ..."
Anrez menatap lekat manik mata Tiara kemudian mengelus puncak kepada gadis itu. "Gak apa-apa. Kamu kuat jalan?"
"Kuat kok."
"Ayo, Rez, Ti."
•••
Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, akhirnya mereka sudah berada di rumah sakit terdekat. Anrez dan Tiara kini sedang diperiksa keadaannya oleh dokter.
Sekarang Tiara berada di depan ruang operasi menunggu Anrez yang berada di dalam sana. Lukanya sudah diobati, beberapa jahitan sudah dokter lakukan di luka sayatan yang lumayan dalam. Kini yang ia khawatirkan adalah keadaan Anrez.
Lampu ruang operasi berubah menjadi hijau. Tak lama dokter pun keluar dari ruangan tersebut.
"Gimana, Dok?" tanya Tiara khawatir.
Dokter itu tersenyum. "Pelurunya sudah saya ambil, dan sudah saya jahit. Keadaan pasien stabil kok, sebentar lagi akan dipindahkan ke ruang rawat. Sepertinya pasien harus menginap dulu kurang lebih 2-3 hari," jelas dokter membuat mereka semua bernafas lega terutama Tiara.
"Oh, iya, karena lukanya berada di bahunya, tolong jangan biarkan pasien melakukan kegiatan yang berat-berat dulu agar bekas jahitannya cepat mengering. Terima kasih," lanjut dokter itu lalu pergi dari hadapan mereka.
"Alhamdulillah, Ya Allah."
Tiara menoleh ke arah teman-temannya begitu ingat sesuatu. "Tasnya Kak Anrez mana?" Biel memberikan tas milik Anrez kepada Tiara.
"Kalian ngabarin Mama Papa aku gak?" tanya Tiara dibalas gelengan oleh mereka.
Tiara mengangguk. Tangannya tergerak mengambil ponsel milik Anrez yang berada di tas cowok itu. Jari Tiara menari lincah di atas layar ponsel Anrez untuk mencari kontak sang mama.
"Halo, Rez."
"Maa, ini Tiara."
"Eh, kok kamu? Kamu dari mana aja? Kok belum pulang jam segini? Handphone kamu juga gak aktif, perasaan Mama juga gak enak dari tadi."
"Maa, Tiara di Tangerang. Mama ke sini, ya, nanti Titi shareloc. Kak Anrez dirawat, Ma."
"Hah? Kok bisa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa Ini ✓
Teen FictionAkan bahagia sekali rasanya kalau Allah menakdirkan kita berjodoh. Anrez Adelio yang mengidolakan seorang Tiara Andini ternyata perasaannya berkembang menjadi rasa sayang. Laki-laki itu bertekad untuk memperjuangkan gadis itu agar menjadi miliknya...