Tatapan penuh makna yang membuatku gugup saat pertama kali bertemu.
•••
Tiara terbangun dari tidurnya. Ia menguncir asal rambutnya agar tidak mengganggunya.
Wanita itu bangkit untuk mencuci muka, langkahnya tertatih memegang perutnya yang membesar saat sudah berusia sembilan bulan sekarang.Berat badannya meningkat drastis, terlihat gemuk dengan pipi bulat yang kentara namun masih tetap cantik. Apalagi di mata Anrez. Matanya menatap Anrez yang masih tertidur pulas di ranjang. Tiara menghidupkan lampu kamar agar dia semakin mudah melangkah.
Jam masih menunjukkan pukul enam pagi. Tiara kembali mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang. Tak terasa kini hanya tinggal menunggu saatnya tiba dirinya akan bertemu dengan sang buah hati.
Tiara berdiri dari duduknya lalu berjalan ke arah samping ranjang suaminya. Ia mendudukkan tubuhnya di sebelah Anrez. Ditatapnya lekat laki-laki yang selama ini menemaninya.
"Sayang," panggil Tiara sambil mengusap wajah Anrez.
"Hm?"
"Bangun, yuk. Sarapan," kata Tiara.
Anrez membuka matanya lalu tersenyum. Bahagia sekali rasanya saat ia terbangun dari tidurnya, wajah Tiara lah yang pertama kali dirinya lihat.
Anrez mendudukkan tubuhnya sambil menatap lekat manik mata milik Tiara. Tangannya terulur mengelus lembut perut Tiara yang sudah membesar.
"Pagi, istrikuu," sapa Anrez seraya mencium singkat bibir istrinya kemudian mendekatkan wajahnya pada perut Tiara.
"Pagi, jagoan," sapa Anrez pada calon anaknya lalu mencium perut Tiara.
Tiara tersenyum manis memperhatikan kegiatan Anrez yang sedang berinteraksi dengan calon anaknya. Ia mengelus lembut rambut suaminya seraya merapikannya.
"Ayo turun, kita sarapan," ajak Tiara.
Anrez mengangguk lalu berdiri dari duduknya. Ia menggamit tangan Tiara lalu digenggamnya erat-erat kemudian berjalan beriringan menuju meja makan.
Tiara dan Anrez mendudukkan tubuhnya di kursi meja makan. Menu sarapannya sudah siap saji di atas meja.
"Kamu mau apa?" tanya Tiara sambil mengambil piring untuk suaminya.
Anrez merebut pelan piring yang berada di tangan Tiara. "Udah, aku aja yang bawa. Kamu duduk aja."
Tiara tersenyum lalu kembali mendudukkan tubuhnya. Ia memperhatikan suaminya yang tengah sibuk mengambil sarapan untuknya dan untuk dirinya sendiri.
"Makasih, sayang," kata Tiara saat Anrez memberikan sepiring nasi goreng kepadanya.
"Sama-sama, istrikuu."
Mereka pun memakan sarapannya sesekali ditimpali dengan obrolan. Tak berselang lama, akhirnya mereka selesai sarapan.
Tiara berdiri dari duduknya hendak membereskan bekas sarapannya tadi.
"Yang, udah nanti aja sama Bibi," seru Anrez.
Tiara terkekeh. "Iya deh, ini aku satuin aja piring-piringnya biar Bibi gampang."
"Sama aku aja. Kamu duduk di ruang keluarga gih, sana," seru Anrez mau tak mau Tiara harus menurutinya.
"Iya deh," balas Tiara lalu berjalan menuju ruang keluarga.
Tiara memilih membuka ponselnya dari pada menonton televisi. Tak lama, Anrez mendudukkan tubuhnya di samping Tiara.
"Lagi apa, sayang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa Ini ✓
Ficção AdolescenteAkan bahagia sekali rasanya kalau Allah menakdirkan kita berjodoh. Anrez Adelio yang mengidolakan seorang Tiara Andini ternyata perasaannya berkembang menjadi rasa sayang. Laki-laki itu bertekad untuk memperjuangkan gadis itu agar menjadi miliknya...