BAB 4 || Sayang

45.6K 4.8K 157
                                    

HAPPY READING

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT

***

"Aku bukan pembunuh..."

"AKU BUKAN PEMBUNUH!"

Zefanya terbangun dari tidurnya dengan nafas memburu. Setelah beberapa hari tidurnya terasa nyenyak, kini mimpi buruk itu kembali hadir menghantuinya.

Falsya, yang tertidur disampingnya ikut terbangun saat mendengar suara teriakan Zefanya.

"Ada apa, Ze? Kamu habis mimpi buruk?"

Zefanya menggeleng pelan. "Nggak papa, Sya."

Zefanya kembali menarik selimutnya dan kembali tertidur.

***

Keadaan masjid saat ini ramai dipenuhi oleh para santri usai melaksanakan kewajiban dua rakaatnya.

Hari ini Zefanya mengikuti salat jamaah di masjid. Kalau bukan paksaan dari Falsya dan juga Sandra mungkin Zefanya masih bergelut dalam selimut di atas kasurnya.

Naya, gadis cantik pemilik wajah campuran berjalan menghampiri Zefanya. Wajah Naya yang berseri-seri dan segar terlihat sangat kontras perbedaanya dengan Zefanya. Penampilan Zefanya yang kucel terlihat seperti kambing yang tidak pernah dimandikan.

"Teh Zefa," Zefanya yang dipanggil hanya mengangkat alis sebelahnya.

"Teh Zefa mau kemana?"

"Balik kamar."

"Tadarus dulu yuk, Teh. Kita lanjutin iqro yang kemarin," ujar Naya dengan antusias.

"Gue kemarin udah bilang kan, gue penginnya kakak lo yang ngajarin gue ngaji."

Naya menghela nafas berat. Ia tidak masalah jika kakaknya mengajari Zefanya belajar mengaji. Tapi yang menjadi masalahnya ada pada diri kakaknya. Ia tidak yakin kakaknya akan bersedia mengajari Zefanya mengaji.

"Hari ini, Teh Zefa sama Naya dulu, ya. Nanti Naya coba tanyain sama, Aa," ucap Naya dengan lembut.

Sesuai janjinya dengan Zefanya. Naya berjalan menghampiri Gus Farez yang tengah duduk di ruang keluarga. Lelaki tersebut duduk di atas sofa dengan kaki kanan yang diangkat menumpuk kaki kirinya.

Naya mendaratkan dirinya disebelah Gus Farez. "Aa lagi sibuk?"

"Nggak. Ada apa, Dek?" kepala Gus Farez menoleh ke samping ke arah lawan bicaranya.

"Hmm, gimana ya A' ngomongnya."

Gus Farez yang melihat tingkah adiknya gugup dan juga gelisah lantas meletakkan kitab yang sedari tadi di tangannya ke arah meja.

"Ada apa, bicara aja."

"Teh Zefa nggak mau kalau Naya yang ngajarin ngaji," ucap Naya dengan pelan.

Gus Farez mengerutkan keningnya mendengar ucapan Naya. Kenapa wanita tersebut menolak Naya. Ia jadi berpikir apakah keduanya sedang terlibat masalah.

"Kalian ada masalah?"

"Nggak ada, A'," Naya menggeleng pelan. "Teh Zefa mau Aa yang ngajarin dia ngaji."

Gus Farez sontak membelalakkan kedua matanya. "Aa nggak mau."

Naya yang mendengar penolakan tegas dari Gus Farez langsung merosotkan bahunya. Ia lalu memepetkan tubuhnya ke samping Gus Farez. Tangannya terangkat merangkul lengan milik kakaknya.

ALFAREZ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang