BAB 28 || Penyakit Mental

35.5K 4.4K 180
                                    

HAPPY READING

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT!

***

Gus Farez memarkirkan sepeda motornya terlebih dahulu di halaman rumah. Ia kemudian turun dari motor dan disusul Zefanya di belakanganya. Saat keduanya membuka pintu, keadaan didalam rumah benar-benar gelap.

Zefanya mengerutkan keningnya, pasalnya rumah sangat gelap sedangkan pintu dalam kondisi tidak terkunci.

Keduanya masuk secara bersamaan dengan berjalan perlahan-lahan. Tiba-tiba muncul sorot cahaya yang tak jauh dari arah depan.

"Selamat ulang tahun Zefa sayang," ucap Risma dengan gembira. Wanita paruh baya itu berjalan sembari membawa sekotak donat ditangannya. Sedangkan sorot cahaya tadi berasal dari api lilin yang dibawa oleh Satya.

"Selamat ulang tahun keponakanku," sahut Satya. Laki-laki itu berjalan menghampiri Zefanya lalu memeluknya.

Zefanya masih terkejut dengan yang ia dapatkan saat ini. Setelah tersadar ia kemudian membalas pelukan Satya. Risma ikut memeluk bergantian setelahnya.

"Selamat ulang tahun ya, Ze. Tante kira kalian pulangnya nggak akan semalam ini."

Zefanya dan Gus Farez kompak melihat ke arah jam dinding yang ada di ruang tamu. Arah jarum jam kini sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Keduanya kembali beralih menatap dua orang paruh baya didepannya.

"Tadi ada sesuatu di jalan, Tan," ujar Zefanya sembari tersenyum tipis.

"Yaudah, kalian berdua istirahat sana," titah Risma.

Zefanya dan Gus Farez pun mengangguk lalu beranjak ke lantai atas, menuju ke kamar. Setelah bersih-bersih diri, Gus Farez keluar dari kamar mandi. Matanya mengarah pada Zefanya yang tengah duduk termenung diatas ranjang. Ia pun berjalan mendekatinya lalu duduk disampingnya.

"Kenapa, hm?"

Zefanya terlonjak kaget lalu menghela napasnya pelan. "Seneng aja tahun ini bisa dirayain banyak orang. Tahun kemarin aku cuma ngerayain sendirian di makam mama."

"Maaf ya, Mamas belum sempat beliin kado buat kamu. Soalnya Mamas juga baru tau tadi pagi kalau kamu ulang tahun hari ini." Wajar bila Gus Farez tidak tahu tanggal lahir Zefanya, pasalnya gadis itu datang ke pesantren tidak membawa berkas-berkas seperti santri yang mendaftar pada umumnya sehingga Gus Farez tidak bisa mencari data diri Zefanya di daftar para santriwati.

"Terus Mamas tau darimana kalau hari ini aku ulang tahun?"

"Dari tante Risma."

"Ha? Kapan ngasih tahunya?" tanya Zefanya heran.

"Ingat waktu kamu cuci piring setelah sarapan? Tadinya aku mau susulin kamu. Tapi nggak jadi karena tante Risma bilang mau bicara sama aku, dan ternyata tante Risma mau ngasih tau kalau hari ini ulang tahun kamu."

Tangan Gus Farez kemudian terangkat mengurai anak rambut Zefanya yang keluar hingga mengenai pipi. Ia kemudian menangkup wajah Zefanya dengan kedua tangannya dan menatap matanya dengan lamat.

Lama mengamati Gus Farez tiba-tiba tersenyum membuat Zefanya bergidik ngeri.

"Kamu kenapa sih, Mas?"

"Kamu cantik."

Dua kata singkat namun mampu membuat jantung Zefanya ingin meloncat. Semburat merah di pipinya pun tak mampu menyembunyikan rasa malu yang dirasakannya saat ini.

Gus Farez masih setia memandangi wajah Zefanya hingga tanpa sadar wajahnya kini sudah sangat berdekatan dengan wajah Zefanya.

"Boleh?"

ALFAREZ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang