HAPPY READING
JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT
“Kamu tidak lebih dari seorang monster yang berkedok dalam wujud manusia”
***
Pengantin yang baru sah pagi tadi berniat pergi ke Jakarta sore ini untuk menemui keluarga Zefanya. Zefanya sudah berkali-kali menolaknya namun Gus Farez memaksanya untuk tetap pergi.
Gus Farez mengeluarkan motor besarnya yang berwarna hitam yang sudah mendekam lama di garasi Ndalem. Penampilan laki-laki itu benar-benar berbeda saat ini. Dengan celana jeans hitam serta jaket hitam di tubuhnya mampu membuat Zefanya berdecak kagum. Para santri yang saat itu melihatnya pun ikut terkejut sekaligus terpana melihat penampilan Gus-nya yang sedikit berbeda dari biasanya.
Gus Farez menghentikan motonya tepat di depan Zefanya. Ia yang masih berada di atas motor kemudian memakaikan helm di kepala Zefanya. Untuk kedua kalinya mereka berada dalam posisi yang saling berdekatan. Bahkan Zefanya bisa merasakan embusan napas Gus Farez yang menerpa mengenai wajahnya.
Clik!
“Naik,” titah Gus Farez setelah memastikan pengaman helmnya telah terkuci. Zefanya memegang kedua pundak Gus Farez sebagai tumpuan tubuhnya saat menaiki motor besar milih Gus Farez.
“Vescorioz,” gumam Zefanya saat membaca tulisan di belakang jaket hitam milik Gus Farez.
Jalanan yang cukup macet di ibu kota membuat mereka menempuh perjalanan hampir selama 2 jam lebih. Sepeda motornya berhenti tepat di depan bangunan besar dengan gaya modern. Gus Farez memarkirkan sepeda motornya di halaman rumah tersebut.
“Ini rumah kamu?” tanya Gus Farez setelah turun dari motor. Zefanya menjawabnya dengan menggelengkan kepala. “Terus?”tanya Gus Farez kembali.
“Berisik! Udah ayo masuk.” Zefanya tanpa sadar menggandeng tangan Gus Farez dan membawanya berjalan mendekati pintu. Gus Farez menyunggingkan senyum tipis melihat tangannya.
Zefanya membunyikan bel rumah besar itu. Tak butuh waktu lama seorang wanita berusia 30 tahunan muncul dari balik pintu.
“Ya Allah, Zefanya... Gimana kabar kamu, sayang?” wanita itu membawa Zefanya kedalam pelukannya. Melepaskan semua rindu yang seakan sudah lama tidak bertemu.
“Zefanya baik, Tan.”
Risma— Tante yang selama ini membiayai hidup Zefanya sekaligus yang memberikannya sebuah ponsel ternama yang kini sudah hancur.
“Ayo masuk dulu, sayang.” Tante Risma membawa Zefanya dan Gus Farez duduk di ruang tamu.
“Ini pasti suami kamu, ya?” Tante Risma menunjuk ke arah Gus Farez.
“Iya, Tan. Namanya Farez,” jawab Zefanya. Gus Farez lantas tersenyum ramah ke Tante Risma.
“Maaf ya, sayang. Kemarin Mas Satya nggak bisa jadi wali di nikahan kamu. Terpaksa Om kamu itu meminta wali hakim untuk mewakili,” sesal Tante Risma.
“Nggak papa, Tan. Lagipula Om Satya, kan, lagi umroh.” Zefanya sudah terbiasa dengan hal-hal seperti ini. Masih ada keluarga yang peduli saja sudah sebuah keberuntungan bagi Zefanya.
“Kemarin Mas Satya udah coba telepon papa kamu. Tapi, papah kamu kekeh nggak mau dan bahkan nggak peduli sama pernikahan kamu.” Zefanya menghela napasnya pelan dan memaksakan senyumnya saat mendengar penuturan Tante Risma. Di momen sekali dalam seumur hidupnya saja papahnya
masih tidak peduli. Zefanya jadi berpikir apa mungkin jika dirinya sudah tidak ada baru papahnya akan peduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFAREZ [TERBIT]
SpiritualPART MASIH LENGKAP NOVEL TERSEDIA DI MARKET PLACE SHOPEE JAKSAMEDIA Ini adalah kisah seorang gadis bernama Adhara Zefanya Claire. Gadis dengan trauma masa lalunya. Dibenci, dihina, dan di siksa adalah makanan sehari-harinya sejak kecil. In juga ki...