BAB 7 || Permen Karet

35.3K 4.4K 48
                                    

HAPPY READING

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT

***

Sebuah gelembung terbentuk dari mulut Zefanya yang tengah mengunyah permen karet. Baginya sebuah permen karet adalah teman sejatinya. Dikala gadis itu merasa stres, ia hanya perlu mengunyah permen karet untuk kembali merasa tenang.

Zefanya kembali menggelembungkan permen karetnya. Ketika sudah terasa hambar Zefanya mengambil dari mulutnya dengan tangan dan melemparnya asal.

Puk!

"Wah apa nih?" seorang santri putra yang tengah berjalan itu berucap ketika merasakan ada sesuatu di rambutnya.

Lelaki yang mengenakan kaos hitam polos dan juga sarung itu kemudian meraba rambutnya.

"SIAPA YANG NGELEMPAR?" teriaknya.

Santri tersebut merasa sial karena saat ini ia sedang tidak mengenakan peci sehingga permen karet nyasar itu langsung mengenai rambutnya.

Zefanya yang mendengar teriakan itu langsung menghentikan langkahnya. Ia tidak menyangka lemparan permen karetnya akan mengenai seseorang. Bukannya kabur, gadis dengan jilbab cokelat itu justru dengan berani berjalan mendekat ke arah santri putra tersebut.

"Gue yang ngelempar, kenapa?" tanya Zefanya dengan nada menantang.

Santri tersebut tidak langsung menjawabnya. Ia menatap Zefanya dari bawah ke atas.

"Lo santri baru ya?"

"Kalo iya, kenapa?"

"Kenalin gue Raka, lo?"

Zefanya memutar bola matanya dengan malas. "Penting buat lo?" ia sedikit merasa heran dengan sikap laki-laki didepannya yang cepat berubah. Perasaan tadi marah-marah kenapa malah sekarang ngajak kenalan.

Dilihat dari gaya bahasanya Zefanya merasa jika Raka bukan asli orang Bogor.

"Lo bukan asli sini, kan?" tanya Zefanya.

"Gue asli Jakarta. Gue lihat lo kayanya juga orang Jakarta, ya?"

"Hmm."

"Gue lihat juga, kayanya kita punya kesamaan,"

Zefanya mengernyit tak paham. "Maksud lo?"

"Lo kayanya dipaksa juga kan masuk ke pesantren?"

Zefanya tertawa remeh. Apa tadi katanya, dipaksa? Bukan dipaksa, tapi Zefanya sendiri yang ingin ikut dengan si pria bule alias Gus Farez.

"Benarkan yang gue bilang. Tebakan gue emang nggak pernah salah," ucap Raka dengan bangga.

Zefanya menolehkan sedikit kepalanya ke samping, "sok tau," gumamnya.

"KALIAN BERDUA NGAPAIN DISANA?"

Zefanya dan Raka dengan kompak menolehkan kepalanya ke arah sumber suara. Zefanya menghela napasnya panjang. Lagi dan lagi ketenangannya diganggu oleh sosok wanita berjilbab panjang yang menjadi musuhnya.

"Ada apa lagi sih ustazah, itu hukuman istighfar udah gue taruh di meja kantor pengurus," ucap Zefanya dengan geram.

"Kalian berdua ikut saya ke kantor!" titah ustazah Syifa. Zefanya membalasnya dengan suara decakan sebal.

Tiba di kantir pengurus Zefanya duduk dihadapan ustazah Syifa. Sedangkan Raka berdiri di samping Zefanya.

"Kalian berdua ngapain berkhalwat seperti tadi di taman?" matanya menajam menatap ke arah dua insan yang berada di depannya.

ALFAREZ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang