BAB 47 || Positif

32.6K 4.2K 460
                                    

HAPPY READING

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT!

***

2 Minggu berlalu setelah kasus penculikan terjadi tempo lalu. Baik Sandra maupun papanya kini sudah mendekam di penjara dan menerima hukuman yang setimpal.

Keempat inti anggota Vescorioz juga sudah kembali ke rumah mereka masing-masing di daerah Bandung setelah acara anniversary kemarin di Jakarta.

Hubungan Zefanya dan papanya juga kian membaik. Dia sering berkomunikasi dengan papanya meski hanya sekedar menanyakan sudah makan atau belum dan juga menanyakan bagaimana kesehariannya di kantor.

Pagi ini Zefanya rasanya malas sekali untuk beranjak dari kasur busanya. Selepas salat subuh tadi ia langsung masuk ke kamar dan kembali menarik selimut. Dari kemarin tubuhnya rasanya selalu lemas dan memintanya untuk bermalas-malasan.

Pintu kamar terbuka menampilkan sosok lelaki berpeci yang baru saja pulang dari masjid. Gus Farez berjalan dan duduk di tepi ranjang tepatnya disamping tubuh Zefanya yang sedang terbaring.

“Kok, udah tiduran lagi? Kamu belum setor hafalan lho, Sayang,” ucap Gus Farez lembut. Lelaki itu memegang pundak Zefanya yang memang tengah tertidur dengan posisi miring membelakanginya.

Zefanya membalikkan badannya mengubahnya menjadi posisi terlentang. “Hari ini libur dulu ya setorannya...” bujuknya.

“Kenapa emangnya, hm?”

“Nggak tau, badan aku rasanya capek banget.”

Gus Farez lantas menempelkan punggung tangannya di dahi Zefanya. “Nggak panas, kok,” ujarnya.

“Kan aku bilangnya capek bukan demam, Maaaas,” balas Zefanya dengan gemas.

“Kamu belum punya hafalan buat di setorin ya?” tuduh Gus Farez. Dia menebak hal tersebut bukan tanpa alasan. Pasalnya Zefanya juga pernah melakukan hal yang hampir sama seperti sekarang ini. Tidak mau setoran, dan ternyata alasannya karena belum punya hafalan untuk disetorkan.

“Enggak. Ih udah males ah...” kesal Zefanya akhirnya dengan menarik selimut hingga menutup wajahnya dengan sempurna. Gus Farez yang melihatnya sontak mengerutkan dahinya tak paham. Kenapa jadi mudah sekali istrinya ini marah-marah.

“Ze,” panggilnya.

“...”

“Sayang,” panggilnya lagi. “Mas minta maaf ya kalau udah nyinggung perasaan kamu. Ayo dong buka selimutnya. Nggak pengap emangnya?”

Zefanya membuka selimutnya dengan cepat membuat Gus Farez yang sedari tadi menunggu kini tersenyum senang. Namun, raut senang di wajahnya berubah seketika saat melihat Zefanya beranjak dari kasur dan berlari ke arah kamar mandi dengan cepat.

“Huek...huek...”

Gus Farez yang mendengar Zefanya mual-mual langsung menghampiri istrinya masuk kedalam kamar mandi. Dipijatnya tengkuk leher Zefanya dengan pelan agar gadis itu dapat memuntahkan isi perutnya yang membuatnya mual-mual.

Zefanya memutar keran wastafel lalu membersihkan mulutnya dari noda muntahan yang tersisa disana.

“Kamu kenapa kok bisa mual? Perasaan nggak ada durian di rumah hari ini,” ujar Gus Farez heran.

“Aku nggak tau. Daritadi aku udah bilang sama Mas kalau badan aku rasanya capek banget,” keluh Zefanya sembari terus memegangi perutnya.

“Yaudah kamu istirahat dulu aja ya.” Gus Farez menuntun Zefanya kembali ke ranjang agar gadis itu bisa beristirahat disana.

ALFAREZ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang