BAB 2 || Bendera Permusuhan

54.4K 5.5K 173
                                    

HAPPY READING

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT

***

Langit yang masih petang serta suara ayam yang mulai berkokok menandakan waktu sudah berganti hari.

"Teh bangun sudah subuh," ucap Naya sembari mencoba membangunkan Zefanya.

"Apa sih berisik banget deh lo! Gue masih ngantuk!" Naya berjengit kaget saat mendengar suara Zefanya yang terdengar keras.

"Tapi ini udah pagi, Teh. Kita juga harus segera salat subuh, keburu waktunya habis."

"Salat tinggal salat. Nggak usah ngurusin gue!" tanpa memperdulikan Naya yang berusaha membangunkanya, Zefanya justru menarik selimut dan kembali menyelami alam mimpinya. Naya yang melihat sikap Zefanya hanya mampu beristighfar.

Salat? Apa itu? Bahkan Zefanya sudah lupa cara salat. Terakhir kali dia salat saat dirinya berusia 7 tahun.

Naya terpaksa keluar dari kamar dan bergegas salat jemaah di masjid.

Saat berada di depan pintu, Naya berpapasan dengan Gus Farez yang juga baru keluar dari kamarnya. Lelaki dengan pakaian putih dan juga sarung putih ditubuhnya menatap lekat ke arah Naya.

"Dimana gadis itu, Nay?" tanya Gus Farez.

"Masih tidur, A. Naya udah coba bangunin, tapi Teh Zefa nggak mau bangun juga."

Gus Farez menghela napasnya panjang. Lelaki bersarung putih itu lalu berjalan mendekati kamar adiknya.

"Zefa! Bangun kamu!" Gus Farez sedikit berteriak didepan pintu sembari terus mengetuk pintu kamar Naya. Merasa tidak ada sahutan dari dalam, GusFarez kembali memanggilnya.

"Zefa! Kamu bangun atau saya tidak perbolehkan lagi kamu disini!" ucap Gus Farez tegas.

Mendengar ancaman Gus Farez, Zefa langsung terbangun dan beranjak membuka pintu kamar.

Gus Farez sontak saja terkejut melihat keadaan Zefa yang hanya mengenakan baju lengan pendek milik Naya. Laki-laki itu langsung memutar tubuhnya membelakangi gadis yang dibawanya semalam.

"Nay, Aa minta tolong kamu urus dia ya!" pinta Gus Farez yang langsung diangguki Naya.

"Ayo Teh, Naya ambilkan mukenah dulu." Naya kemudian kembali masuk ke dalam kamar dan mengambil salah satu mukenahnya di dalam lemari. Ia lalu memberikannya pada Zefa.

Usai berwudu Zefanya memakai mukenahnya. Ia sempat kesulitan saat memakai kain putih besar tersebut. Setelah di bantu Naya keduanya lanjas menuju ke masjid.

Zefanya yang tidak tahu cara salat hanya mengikuti gerakan orang-orang disekelilingnya saja.

Zefanya langsung beranjak setelah melakukan gerakan salam. Naya yang duduk disebelah gadis itu kemudian menahanya.

"Teh Zefa mau kemana?" tanya Naya.

"Ke kamar lah, gue masih ngantuk!" Zefanya sudah bersiap melangkah keluar dari masjid, namun urung saat lengannya di tahan kembali oleh Naya.

ALFAREZ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang