BAB 49 || LDR

31.6K 3.9K 884
                                    

Bacanya pelan-pelan aja yaaaa...

***

Zefanya terus membujuk Gus Farez agar diperbolehkan ikut ke Jakarta menghadiri acara pernikahan salah satu teman geng motornya itu. Namun, Gus Farez juga tak kalah  kekeh, tetap pada pendiriannya.

“Mas perginya naik motor, Ze. Nggak mungkin kalau Mas ngajak kamu. Sekarang kan kamu lagi hamil muda.”

“Tapi pengin ikut...”

Gus Farez menggeleng pelan. “Dirumah aja, ya,” bujuknya. Dan akhirnya Zefanya berhasil menurut.

Zefanya langsung membaringkan tubuhnya diatas kasur sembari menarik selimutnya. Di punggunginya suaminya karena posisinya sekarang yang tertidur miring membelakangi Gus Farez.

Gus Farez menyusul berbaring. Dipeluknya tubuh Zefanya dari belakang dengan erat.

“Nanti Mas ajak jalan-jalan setelah dari Jakarta, ya,” bisiknya tepat di telinga Zefanya.

Suara Gus Farez yang terdengar dekat di telinganya lantas membuat tubuh Zefanya meremang seketika. Posisi keduanya yang sangat berdekatan membuat Zefanya dapat mendengar deru nafas Gus Farez.

Ia pun membalikkan badannya tidak lagi membelakangi Gus Farez. Kini posisinya telah menghadap penuh ke arah suaminya. Kepalanya dia sembunyikan di ceruk leher Gus Farez lalu menghirup aroma tubuh Gus Farez dalam-dalam.

Malam ini biarkan dirinya menghabiskan waktu bersama suaminya sebelum besok keduanya harus LDR untuk sementara.

“Baunya kok enak, Mas? Kamu ganti parfum?” tanya Zefanya setelah beralih menduselkan kepalanya di ketiak Gus Farez.

“Nggak. Mas pakai parfum biasanya.”

“Tapi baunya enak banget.”

Setelahnya, Gus Farez langsung membawa Zefanya kedalam pelukannya. Menjadikan tubuh Zefanya seolah-olah guling yang nyaman untuk dipeluk.

***

Setelah sarapan selesai, Zefanya kembali mengecek barang yang akan dibawa Gus Farez nantinya. Ada pakaian untuk shalat, ada juga pakaian yang nanti akan digunakan saat acara.

“Udah nggak ada lagi yang mau dibawa, Mas?” tanya Zefanya memastikan.

“Nggak ada. Udah semua kayanya.”

“Aldi sama yang lain juga pada ikut ke Jakarta, Mas?”

“Iya. Mereka berangkat dari rumah masing-masing dari semalem,” jawab Gus Farez. Ia kemudian menggendong tas ranselnya.

“Yaudah kamu hati-hati ya, Mas. Jangan ngebut!”

“Iya. Kamu juga hati-hati di rumah ya. Harus inget sekarang ada adek bayi disini,” balas Gus Farez sembari mengelus pelan perut Zefanya.

“Mas berangkat dulu, ya. Assalamualaikum,” pamitnya. Tak lupa ia mencium kening Zefanya sebelum benar-benar meninggalkan area pesantren.

Melihat suaminya yang sudah menghilang dari pandangan mata, Zefanya pun langsung merosotkan bahunya ke bawah.

“Jadi sepi,” gumamnya pelan. Saat membalikkan badan dirinya tidak sengaja berpapasan dengan Umi Bilqis. Wanita yang kerap dipanggil Umi itu pun mendekat dan menyadari raut wajah menantunya yang terlihat tidak bersemangat.

“Mau ikut Umi?” tawarnya pada Zefanya.

“Ikut kemana Umi?” tanya Zefanya balik.

“Umi mau mengisi pengajian di luar kota. Kalau mau nanti abis dhuhur kita berangkat.”

ALFAREZ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang