BAB 36 || Liburan

27.4K 3.8K 70
                                    

Karena aku pengertian sama jomlo-jomlo, jadi malem ini kasih double up!

>>><<<

HAPPY READING

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT!

***

Setelah shalat isya Gus Farez langsung merebahkan tubuhnya diatas kasur hal itu membuat Zefanya sedikit heran saat melihatnya.

“Mas nggak ngajar pengajian malem?” Ya, biasanya setelah pulang dari masjid Gus Farez akan langsung menuju ke kelas untuk mengajar. Namun kali ini laki-laki itu justru sudah terbaring di atas kasur.

“Mas liburkan dulu. Badan Mas capek banget. Kayaknya masuk angin deh,” ujar Farez sambil memijat bagian pundaknya sendiri.

“Yaudah aku kerokin, ya,” balas Zefanya.

“Nggak,” tolak Gus Farez cepat.

“Harus. Aku nggak butuh jawaban kamu, Mas,” jawab Zefanya dengan tegas. Ia pun langsung beranjak keluar kamar. Beberapa menit kemudian ia kembali masuk kedalam kamar dengan membawa minyak angin dan sendok di tangannya.

Gus Farez yang melihatnya sontak melebarkan kedua bola matanya. Ia pun langsung merubah posisinya menjadi duduk.

“Kamu ngapain bawa-bawa sendok?” tanyanya dengan mendelik.

“Buat kerok lah,” balas Zefanya enteng.

"Sejak kapan kerok pake sendok? Biasanya kan pakai koin.”

“Pake sendok aja biar lebih kerasa.”

“Biasanya ada juga yang pake bawang. Kenapa nggak pake itu aja?” Gus Farez masih berusaha untuk mengulur waktu.

Zefanya sudah duduk di belakang Gus Farez. Ia lalu menepuk punggung Gus Farez.

“Nggak ada pake bawang-bawang. Emangnya kamu anak kecil,” cibirnya.

“Cepet dibuka bajunya!” titah Zefanya. Gus Farez yang mendengar nada galak dari Zefanya pun menurut. Ia perlahan-lahan membuka kaos polosnya.

Zefanya memulai dengan mengoleskan minyak angin ke punggung lebar Gus Farez. Setelahnya ia mulai mengarahkan sendok ke bagian punggung yang sudah diolesi minyak.

Srek!

“Ahh...” keluh Gus Farez. “Sakit, Ze,” adunya.

“Makanya kamu jangan banyak gerak biar nggak sakit.”

“Ya gimana nggak banyak gerak, aku aja geli kamu kerok gini.... Aw!”

“Ze pelan-pelan,” tegur Gus Farez.

Bukannya menurut, Zefanya justru semakin mengencangkan kerokannya.

Srek!

“Awsh... Mas bilang pelan-pelan, kok malah makin kenceng sih!” protesnya.

“Kamu dikerok aja berisik banget deh, Mas,”gerutu Zefanya. Karena merasa kesal, ia pun kemudian mengalungkan kakinya ke pinggang Gus Farez dan mengunci pergerakan tubuh suaminya itu.

“Ze geli,” adu Gus Farez dengan menggeliat karena saking gelinya.

Setelah beberapa menit kemudian kini terpampang lah goresan-goresan merah di punggung lebar Gus Farez.

Zefanya melepaskan tautan kakinya di pinggang Gus Farez lalu bangkit dari posisinya. Ia berdiri di samping ranjang menatap Gus Farez sembari mendengus kesal.

ALFAREZ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang