BAB 23 || Mimpi Zefanya

35.2K 4.5K 138
                                    

HAPPY READING

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT!

***

Suasana hening serta bau obat-obatan menguar di seluruh penjuru ruangan. Di satu ruangan itu terdapat seorang pria yang duduk di samping brankar seorang gadis yang terbaring tak berdaya. Tangan pria itu tak pernah lepas dari genggaman tangan sang gadis. Mulutnya terus mengeluarkan kalimat doa yang ditujukan untuk gadis kesayangannya.

Dering ponsel berbunyi dari saku kanan pria itu. Ia melepaskan genggamannya sejenak untuk mengambil ponsel di saku celananya.

“Halo, assalamualaikum, Umi,” sapanya lebih dulu.

“Waalakumus-salam. Gimana kabarnya Zefa, Rez?”

“Zefa belum sadar sampai sekarang, Umi.”

“Jangan berhenti berdoa ya, Nak. Minta kesembuhan sama Allah untuk Zefanya.”

“Iya, Umi.”

“Kamu jangan lupa istirahat juga, ya. Umi tahu semalam pasti kamu nggak tidur, kan?”

“Farez nggak bisa tidur sebelum Zefanya bangun, Mi.”

“Ya sudah, nanti Umi sama yang lain jenguk ke rumah sakit, ya.”

“Iya, Umi.”

“Umi tutup ya. Assalamualaikum.”

“Waalaikumus-salam.”

Tangan besar Gus Farez kembali menggenggam tangan Zefanya setelah sebelumnya mengembalikan ponsel ke dalam sakunya.

Tangan besar Gus Farez kembali menggenggam tangan Zefanya setelah sebelumnya mengembalikan ponsel ke dalam sakunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matanya tak berhenti memandangi wajah Zefanya yang begitu tenang. Gus Farez baru menyadari begitu sempurnanya pahatan di wajah cantik istrinya itu. Pipi chuby, hidung sedikit mancung, seta bibir tipis berwarna merah jambu itu mampu membuatnya betah memandanginya.

Sepuluh menit berlalu Gus Farez masih setia memandangi wajah istrinya. Sampai tiba-tiba raut tenang di wajah Zefanya berubah menjadi raut wajah seperti orang ketakutan.

Gus Farez terus memperhatikan wajah Zefanya. Hingga wajah pria itu berubah panik saat melihat kepala Zefanya bergerak terus menerus ke arah kanan dan kiri secara bergantian.

Tangan Gus Farez kemudian bergerak mengelus punggung tangan Zefanya seraya mencoba memanggilnya.

“Ze...”

“Ze kamu kenapa? Jangan buat aku khawatir.”

Usai mengucapkan kalimat tersebut, Gus Farez dapat melihat kedua mata Zefanya yang terbuka lebar.

Zefanya tersadar dari pingsannya. Gadis itu langsung bangkit dari posisinya dan berubah posisi menjadi duduk. Dengan napas yang terengah-engah ia langsung memeluk tubuh tegap Gus Farez yang berada di sampingnya.

ALFAREZ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang