Bab 18 || Zefanya & Dugaannya

36.6K 4.6K 265
                                    

HAPPY READING

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT!

***

Suara gemercik air turun dari langit berhasil membasahi bumi di kota Bogor pagi ini. Cuaca yang dingin serta hawa yang sejuk membuat siapapun enggan beranjak untuk beraktivitas. Seperti yang terjadi pada gadis berambut pirang yang kini sudah resmi menjadi seorang istri.

Zefanya masih bergelung dalam selimut usai melaksanakan salat subuh.

Pintu kamar terbuka dan menampilkan sosok Gus Farez yang berjalan mendekati Zefanya.

“Ze bangun, yuk! Kita sarapan dulu,” ucapnya dengan nada lembut seperti biasanya. Zefanya tak bergeming membuat Gus Farez mencobanya sekali lagi.

“Sayang, ayo bangun!” bisiknya dengan suara serak tepat di telinga Zefanya.

Hal yang dikejutkan pun terjadi, Zefanya langsung terbangun, dan langsung terduduk dengan mata yang menatap tajam ke arah Gus Farez.

Gus Farez tersenyum tipis melihat hal itu. “Harus banget dipanggil sayang baru mau bangun, hm?” godanya dengan menaikkan alis sebelah.

“Nggak usah manggil sayang! Karena gue nggak sayang sama Lo!”

“Bukan nggak, tapi belum...”

“Nggak akan!” sentak Zefanya langsung.

“Yakin?”

“Yakinlah,” jawabnya tanpa pikir lama.

“Allah maha membolak-balikkan hati lho, Ze.”

Zefanya pun langsung beranjak dari kasur dan kini berdiri tepat di depan Gus Farez. Kepalanya mendongak menatap lamat kedua mata hazel milik suaminya. “Kalau tetep nggak bisa?”

Gus Farez tersenyum tipis. “Berarti kamu menang.”

Zefanya langsung mengerutkan dahinya tak paham.

“Maksudnya? Berarti... kalau berhasil sayang, tandanya kalah, gitu?” tanya Zefanya memastikan. Dan Gus Farez membalasnya dengan mengangguk pelan. Sedetik kemudian laki-laki itu kembali tersenyum tipis, lalu mencubit pelan hidung Zefanya.

“Ayo sarapan.”

***

Gus Farez kembali ke kamar lebih dulu usai sarapan. Zefanya menyusulnya 15 menit kemudian setelah ia beres membersihkan meja makan bersama Naya.

Zefanya menatap lekat penampilan Gus Farez dari atas sampai bawah yang terlihat sudah rapi. Detik berikutnya ia mengalihkan pandangannya dan berjalan ke arah kamar mandi. Namun belum sempat melangkah, dengan cepat lengannya sudah ditahan oleh Gus Farez.

“Aku mau ke kebun durian dulu ya.”

“Hm.”

“Aku mau pergi.” Gus Farez mengulang kembali ucapannya.

“IYAAA,” balas Zefanya dengan penuh penekanan.

“Aku ma-”

“Yaudah tinggal pergi Guuuuus. Ribet banget sih! Udah sana aku mau mandi.” Zefanya kemudian menutup pintu kamar mandi dengan membantingnya cukup keras.

Satu jam Zefanya menghabiskan waktu di kamar mandi. Entah apa yang dilakukannya hingga membuatnya betah berada didalam sana.

Setelah selesai Zefanya pun menyisir rambut pirangnya yang warnanya sudah sedikit memudar. Tiba-tiba ia mendengar ketukan pintu dari arah luar.

ALFAREZ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang