BAB 5 || Istighfar

39.7K 4.4K 39
                                    

HAPPY READING

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT

***

Berita mengenai kejadian di masjid kini telah menjadi trending topik di pesantren. Para santri tak henti-hentinya membicarakan tingkah laku Zefanya yang dianggapnya sudah keterlaluan.

"Lo, baru jadi santri baru aja udah caper banget!" Leora berbicara tepat saat Zefanya dan kedua temannya melintas di depannya.

Zefanya menghentikan langkahnya begitupula dengan kedua temannya yang sudah diliputi cemas. Sandra yakin akan terjadi perdebatan lagi diantara Zefanya dan juga Leora.

"ULANG SEKALI LAGI!" teriak Zefanya. Matanya sudah menatap tajam ke arah Leora.

Leora mengangkat jari telunjuknya dan di arahkannya ke dada Zefanya.

"Lo, nggak usah caper jadi orang!"

"Bukannya lo yang caper?" Zefanya maju selangkah lebih dekat.

"Jelas-jelas lo yang caper sekaligus murahan! Orangtua lo nggak pernah ngedidik ya? Atau jangan-jangan emang udah keturunan dari ibu lo? Oh, atau jangan--"

Plak!

Emosi Zefanya sekarang benar-benar berhasil dipancing. Ia paling tidak suka jika kenakalannya disangkut pautkan dengan sosok ibunya.

Zefanya menatap marah ke arah Leora, "Jaga mulut busuk lo ya!"

Falsya yang berada disamping Zefanya berusaha menahan lengan gadis tersebut. "Ze, udah. Ayo balik ke kamar aja." Zefanya menurut. Falsya dan Sandra menggandeng lengan Zefanya dan membawanya masuk ke dalam kamar.

Sandra keluar sebentar dan kembali setelah mengambil segelas air untuk Zefanya.

"Nih, diminum dulu, Ze. Biar kamu tenang."

Tanpa mengucapkan terimakasih, Zefanya langsung menenggak habis air di gelas tersebut.

"Ada ya orang berbentuk setan kaya dia!" Zefanya kembali emosi saat mengingat kejadian barusan. Ia yakin dirinya pasti akan menjadi bahan perbincangan lagi oleh para santri.

"Dia begitu karena ngerasa senior di pesantren, Ze," ujar Falsya.

"Senior gimana? Masih banyak yang lebih tua dari dia. Apalagi tuh orang juga pasti nggak ada apa-apanya dibandingkan dengan pengurus."

"Gini, Ze... " Sandra menjeda ucapannya sembari duduk mendekat ke arah Zefanya. "Senioritas di pesantren sama di sekolah itu beda."

"Apa bedanya?"

"Kalau di sekolah, yang berkuasa adalah kakak kelas. Tapi kalau di pesantren, santri yang sudah lama mondok, dialah yang berkuasa," terang Sandra.

"Dan asal kamu tahu, Leora udah mondok disini sejak SMP. Jadi bisa dihitung kalau dia udah mondok selama 8 tahun."

"Pantes! Nama sana kelakuan nggak ada bedanya, sama-sama si raja hutan," kesal Zefanya.

***

Kegiatan hari ini berjalan seperti biasa, usai jemaah ashar para santri disibukkan dengan pengajian kitab yang sudah dibagi dalam beberapa kelas. Kecuali santri yang bernama Zefanya.

Gadis itu kini tengah membaringkan tubuhnya di atas kasur. Ia menatap langit-langit atap kamarnya dengan lengan kanannya digunakan sebagai bantalan kepalanya.

Tiba-tiba Zefanya teringat dengan sesuatu. Ia mengecek keadaan diluar kamar. Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri secara bergantian untuk memastikan keadaan benar-benar sepi.

ALFAREZ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang