HAPPY READING
JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT!
***
Zefanya dan Falsya melanjutkan kegiatannya membuat bakso. Tak lama Sandra ikut bergabung dengan keduanya. Mereka duduk dilantai, didepannya terdapat wadah besar yang berisi adonan bakso yang sudah siap.
"Ini kegedean baksonya, Sya," ujar Sandra. Zefanya pun melihat adonan di tangan Falsya yang ternyata dibuat bulatan besar.
"Lo mau bikin orang mati mendadak, Sya?"
"Ini segini cukup tau!" elak Falsya.
"Cukup apanya. Yang ada nggak Matang nanti pas dimasak, Sya."
"Yaudah ini aku kecilin lagi." Falsya kemudian mengurangi adonan ditangannya hingga terasa cukup.
Setelah satu jam berkutat, kini bakso yang mereka buat sudah matang. Sandra mengambil secukupnya lalu meletakkannya ke dalam baskom berukuran sedang.
Mereka kembali duduk di atas lantai lalu menyantap bersama bakso yang telah mereka buat.
"Anjir, panas banget lagi!" seru Zefanya kesal. Ia pun meniup satu bakso yang berada di dalam sendoknya.
"Jangan ditiup, Ze. Makruh," ucap Faslya mengingatkan.
Zefanya pun akhirnya mendinginkannya dengan mengipas salah satu tangannya. "Enak," gumamnya.
"Enak banget ini, Ze," puji Sandra.
"Kamu kok bisa masak, Ze? Aku kira cewe kaya kamu nggak bisa masak." Falsya mengakhiri ucapannya dengan cengiran pelan.
"Gini-gini gue masih cewe kalau lo lupa, Sya."
"Hehehe. Oh iya, pertanyaan aku tadi belum dijawab. Kok, kamu pinter masak?"
"Ya gimana nggak bisa, dari kecil gue harus terbiasa buat mandiri." raut wajah Zefanya mendadak berubah menjadi sedikit lebih sendu.
"Emangnya mama kamu kemana, Ze?"
"Nyokap meninggal waktu ngelahirin gue."
Falsya sontak merasa bersalah atas pertanyaannya. "Maaf, Ze. Aku nggak bermaksud."
"Santai aja kali. Lagian kejadiannya juga udah lama. Toh nggak ada juga momen yang bisa gue kenang sama nyokap." Zefanya memaksakan senyumnya diakhir ucapannya.
Sandra dan juga Falsya terkejut karena baru mengetahui fakta tersebut sekarang. Selama ini Falsya maupun Sandra tidak berani bertanya-tanya mengenai kehidupan Zefanya karena perangai Zefanya yang terkesan tak acuh terhadap sekitar.
Sandra tidak membuang-buang kesempatan. Ia pun bertanya lebih lanjut mengenai latar belakang Zefanya.
"Kalau ayah kamu kemana, Ze? Soalnya waktu akad, kan, kamu pakai wali hakim."
"Bokap ada di Jakarta. Raganya aja yang ada..." Zefanya menjeda ucapannya dengan menghela napas panjang.
"Tapi jiwanya, udah hilang sejak lama."
Falsya yang seakan mengerti situasi akhirnya memilih mengalihkan pembicaraan. "Ini udah selesai, kan? Biar aku yang nyuci." Falsya membawa wadah bekas makannya ke dalam wastafel.
Selagi Falsya mencuci baskom, Sandra duduk mendekat ke arah Zefanya. "Kamu baik-baik aja, kan, Ze?" tanyanya memastikan.
Zefanya lantas tersenyum tipis. "Seperti yang lo liat."
***
Didepan aula sana terdapat Leora dan Shiren yang tengah berdiri sembari berisik pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFAREZ [TERBIT]
SpiritualPART MASIH LENGKAP NOVEL TERSEDIA DI MARKET PLACE SHOPEE JAKSAMEDIA Ini adalah kisah seorang gadis bernama Adhara Zefanya Claire. Gadis dengan trauma masa lalunya. Dibenci, dihina, dan di siksa adalah makanan sehari-harinya sejak kecil. In juga ki...